《5》

44K 11K 4.5K
                                    

Garis kuning membentang di sekitar rumah Woojin. Beberapa polisi sedang menyelidiki kasus pembunuhan yang baru saja terjadi, termasuk menginterogasi Hyunjin dan Jeongin yang berada di tempat kejadian.

Hyunjin yang menelpon polisi.

"Jeong, lo harus bisa ngerelain Kak Woojin."

Jeongin tidak merespon. Dia hanya diam dengan tatapan kosong dan wajahnya pucat pasi karena masih syok dengan keadaan.

Hyunjin sendiri juga sama, tapi dia berusaha untuk tetap tegar di depan teman termudanya itu.

"Jeongin, Hyunjin!"

Merasa ada yang memanggil, Hyunjin menoleh. Ternyata teman-temannya baru saja datang.

Chan yang pertama kali sampai di depan Hyunjin langsung menggoyang-goyangkan badan temannya itu dengan wajah marah.

"Kenapa Woojin bisa meninggal? Jawab gue!"

"Kak Chan, lo harus bisa relain Kak Woojin. Sekarang lo tenang," bujuk Minho yang sejak tadi berusaha menenangkan Chan yang termakan emosi.

Bukannya menurut, Chan melayangkan tinjunya ke wajah Hyunjin hingga membuatnya tersungkur ke tanah.

"Woi, lo gila apa?! Kenapa jadi gue?!" Tanya Hyunjin tak terima. Dia langsung bangkit dan hendak balas memukul Chan jika tidak ditahan oleh Jisung dan Changbin.

"Karena semalem pas lo telponan sama gue, lo bilang Woojin bakal mati. Dan liat, dia beneran ninggalin kita semua!"

"Heh, gue gak tau kalo bakal jadi kenyataan. Gue ngomong gitu karena Kak Woojin bisa jadi target pertama si pelaku."

"Tapi omongan lo jadi kenyataan. Oh, jangan-jangan lo pembunuhnya?! Iya kan?!"

"Udah woi! Gak malu apa diliatin orang!" Bentak Changbin mencoba melerai perkelahian.

Jeongin geleng-geleng kepala. Dia sedang pusing jadi tambah pusing melihat perkelahian di depannya itu.

"Udah kenapa, sih. Kak Woojin juga gak bakal suka kalian berantem. Justru kalian berdua sama-sama mencurigakan," ucapnya blak-blakan.

Chan dan Hyunjin langsung diam, tapi mereka saling melirik satu sama lain seolah-olah mengirim kode untuk kembali berkelahi.

Minho yang sadar akan hal itu langsung memegang kepala mereka berdua dan menghadapkannya ke arah yang berlawanan.

"Nah, begini lebih baik."

Hyunjin mendengus sebal, namun tak sengaja matanya mengarah pada Felix yang sedang berbicara dengan salah satu polisi.

Dari raut wajahnya kelihatan sedang membahas sesuatu yang serius. Mereka juga menunjuk-nunjuk layar ponsel milik Felix sambil beradu argumen.

Entah apa yang mereka bahas, mereka membuat Hyunjin penasaran.

"Si Felix ngapain?" Tanya Jisung sambil menatap Felix heran. "Jangan bilang dia mau adu debat sama pak polisi terus yang kalah harus traktir makanan."

Changbin langsung menoyor kepala Jisung. "Ya enggak lah! Sekarang bukan waktunya buat bercanda!"

Jisung meringis sambil mengelus kepalanya. "Santai napa, gue cuma mau mencairkan suasana."

"Tapi gak gitu juga!"

"Aduh, kenapa jadi kalian yang berantem, sih? Apa perlu gue panggil salah satu polisi buat bikin lo berdua diem?"

Mendengar ancaman Minho, mereka berdua langsung diam.

"Oh ya, kok lo berdua bisa ada disini?" Tanya Minho mengalihkan topik.

"Aku habis belanja di minimarket depan, terus gak sengaja ngeliat Kak Hyunjin berdiri di depan rumah Kak Woojin sambil mondar-mandir gak jelas. Terus firasat aku tiba-tiba gak enak, habis itu aku langsung kesini dan ya gitu," jelas Jeongin panjang lebar.

Mata Minho menyipit. "Lo ngapain, Jin?"

"Gue gak sengaja lewat sini, terus denger teriakan Kak Woojin. Gue panik lah, gue mau masuk cuma kan gak enak sama yang punya rumah."

"Oh ya? Lo lagi gak nyembunyiin sesuatu, kan?" Tanya Chan sarkas.

"Lo ngajak ribut sama gue hah!"

"Kalem dong, lama-lama gue ceburin ke got nih." Dasar Jisung, bercanda nggak tahu waktu dan tempat.

"Lix, lo habis ngomongin apaan sama polisi?" Tanya Changbin begitu Felix datang menghampiri mereka.

"Enggak, cuma sekedar basa-basi aja."

Changbin tentu tidak langsung percaya. Jelas-jelas ia melihat Felix marah pada polisi itu.

"Sung, lo bilang mau ke rumah Kak Woojin?" Tanya Felix tiba-tiba.

"Iya, tapi sekitar jam sembilan gue udah pulang karena ditelpon nyokab. Katanya Kak Brian kena tipes."

"Ah masa, padahal tadi malem gue ngeliat lo berdiri di pinggir jalan," celetuk Changbin namun berhasil membuat Jisung menatapnya tak suka.

"Lo kok-" perkataan Chan terputus begitu melihat jasad Woojin yang dibawa keluar dari dalam rumah.

"K-kak Woojin." Nafas Minho tercekat, tak percaya dengan pemandangan di depannya.

Mereka semua membeku di tempat melihat jasad Woojin bisa dibilang menggenaskan. Bahkan Chan sampai oleng dan langsung ditahan Minho.

"Gue mau ikut ke rumah sakit," ucap Chan dan segera berlari ke motornya untuk menyusul mobil ambulan yang akan berangkat menuju rumah sakit.

Changbin dan Minho segera menyusul. Felix dan Jisung memilih untuk tinggal karena ingin memastikan sesuatu.

Sementara itu, Hyunjin menarik Jeongin untuk menjauh. Merasa aman, Hyunjin menatap Jeongin lekat-lekat.

"Lo tau apa alesan gue ada disini?"

Jeongin menggelengkan kepala.

"Karena gue ngeliat Jisung pergi dari halaman belakang rumah Kak Woojin."













































Dari jauh, arwah Seungmin mengepalkan tangannya dengan tatapan marah dengan pandangan yang mengarah pada mobil ambulan yang mulai meninggalkan lokasi kejadian.

"Aku harap kamu sadar." Entah untuk siapa kalimat itu ditujukan.

Jeongin yang merasa sedang diawasi menoleh. Dan tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu.

"K-Kak Seungmin?"

Dan wajah Hyunjin berubah pucat.














Minho or Chan?

[1] Who? | Stray Kids ✓Where stories live. Discover now