Chapter 05

136K 7.2K 534
                                    

Detra mengusap pelipisnya yang berkeringat bersamaan dengan itu bercakan darah sepanjang pelipis dan pipi menghiasi wajah cowok itu.

Sunggingan sinis bercampur rasa puas terpatri diwajah dinginnya. Seekor kucing berbulu putih penuh darah baru saja Detra habisi menggunakan tangannya. Kucing tak berdosa itu telah mati dihabisi oleh Detra dengan cara yang kejam. Empat kaki terpotong juga kepalanya terpisah dengan badannya.

Bukan tanpa alasan Detra membunuh kucing itu. Binatang yang dianggap Aleta lucu itu sudah berani mengambil perhatian Aleta saat berjalan ditaman sore tadi. Seperti kucing manja kebanyakan, binatang itu terus mengeong sembari menggeram mencoba mencuri simpati Aleta. Hingga berujung Aleta bermain dengan kucing tersebut lalu mengabaikan Detra.

Detra tidak suka jika ada seseorang yang mengacuhkannya. Sekalipun Aleta. Apalagi hanya karena seekor kucing sialan itu, Aleta seolah melupakannya. Detra selalu hilang akal. Jiwa psikopat bercampur rasa ingin membunuh selalu melingkupi diri Detra. Baginya, membuat sesuatu hal berhubungan dengan darah akan terasa menyenangkan saat Detra melakukan itu.

"Cih! Itu hukuman yang pas buat lo udah berani deketin Aleta." sinisnya dengan sorot mata penuh remeh menatap bangkai kucing tergeletak diatas rumput belakang rumahnya.

Lagi - lagi Detra tersenyum miring. Kalau Aleta tahu. Tentu kekasihnya itu akan segera meninggalkan Detra dengan alasan kalau Detra sudah gila. Faktanya. Dan Detra gila karena Aleta.

🔪🔪🔪

Aleta menyandarkan tubuhnya kebelakang sofa dengan sorot mata penuh bertanya pada Detra. Baru saja berpisah belum sampai dua jam, namun tiba - tiba Detra kembali mendatangi rumah. Hanya duduk anteng tanpa membuka suara hampir 10 menit dan itu membuat Aleta jengah.

"Kenapa sih?" tanya Aleta untuk kesekian kalinya.

Detra menaikan satu alisnya keatas tak paham "kenapa apanya?" tanya Detra balik.

Aleta menghela nafas jengah. Ia bersedekap dada lalu membanting pelan tubuhnya kebelakang sofa "kamu kenapa? Ngapain kesini lagi. Kan aku udah bilang malam ini aku mau belajar besok ada ulangan."

"Terus?"

Aleta berdesis geram ia benar - benar merasa kesal dengan sifat sok polos Detra. Seolah - olah tak mengerti dengan kilatan kalimat Aleta yang mengartikan jika saat ini Aleta tidak ingin diganggu siapapun.

"Peka dong!" Aleta menggeram kecil.

"Aku bukan putri malu, yang bisa peka sama sesuatu." balas Detra acuh.

Aleta memutar bola matanya malas "terserah kamu!" ketusnya.

Detra mengangkat bahu acuh. Membiarkan Aleta dalam mood ngambeknya, Detra lebih memilih memainkan ponselnya mencoba memancing reaksi Aleta berharap kekasihnya itu meladeni tingkah menyebalkannya.

"Detra!" jerit Aleta.

"Apa sayang."

"Langsung aja bilang. Kamu kesini mau ngapain sih!"

"Mama nyuruh aku jemput kamu."

Aleta menaikan satu alisnya keatas "mama?" beonya.

"Hmmm." balas Detra.

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now