Chapter 08

113K 6.5K 158
                                    

Detra tersenyum miring saat melihat Aleta tengah berjalan bersama dengan Revo. Mata Detra berkilat penuh marah namun ia menyembunyikan segala amarahnya dengan menampilkan senyum menawan dengan maksud yang terselubung.

Lusi, cewek itu hanya bisa menatap Detra bingung. Berdiri disamping Detra hanya menemani cowok itu tersenyum tidak jelas dengan arah mata kosong menatap satu objek, Aleta. Bel pulang baru saja dibunyikan 15 menit yang lalu dan Detra tadi berjanji akan mengantarkannya pulang kerumah. Namun, sejak tadi Detra tidak beranjak dari tempatnya. Berdiri tidak jelas dipinggiran parkiran.

"Detra kamu jadi ngantarin aku pulang nggak sih?" rengek Lusi manja.

Detra menatap tajam Lusi dengan ekspresi wajah datar. Suara Lusi langsung membuyarkan segala aksi brutal Detra yang sejak tadi Detra coba susun. Apalagi ini, Lusi terlalu berharap kalau Detra akan mengantarkan pulang. Padahal Detra hanya ingin mencoba memanasi Aleta, namun sialnya Aleta tidak melihat keberadaannya dan lebih memilih pulang bersama Revo.

Harusnya tadi Detra menarik Aleta. Jangan sampai membiarkan kekasih keras kepalanya itu bersama dengan Revo. Kepalang tanggung, Detra lebih mementingkan egonya dan saat ini ia mati - matian menahan emosi hampir diujung dan siap meledak seperti bom. Revo, mantan pacar Aleta saat SMP. Detra tidak menyukai orang satu itu. Perlu gue singkirin batin Detra meraung penuh emosi.

"Pulang sendiri." balas Detra dingin.

Lusi membulatkan mulutnya tak percaya mendengar kalimat Detra "bercanda? Kamu tadi yang maksa aku buat pulang bareng."

Detra mengangkat bahu acuh "gue ada urusan."

"Aku udah suruh supir aku pulang, Detra. Pokoknya kamu harus tanggung jawab, antar aku pulang. Titik!" Lusi melipat tangannya didepan dada dengan bibir cemberut.

Detra menaikan satu alisnya. Sikap Lusi malah membuat Detra merasa geli. Kalau Aleta yang seperti itu mungkin Detra akan merasa gemas, tapi kalau Lusi? Bukan merasa gemas, Detra bahkan ingin memotong bibir Lusi agar berhenti mengoceh dan bersikap manja.

"Gue nggak peduli." ketusnya.

Detra membuka pintu mobilnya namun ditahan oleh Lusi. Cewek berambut pirang itu masih bersikeras meminta Detra untuk mengantarkan pulang.

"Antar aku!" paksa Lusi menahan pergelangan tangan Detra.

Mata Detra mengerjap pelan. Ia memandangi tangan dan wajah Lusi secara bergantian. Lancang pikir Detra. Ternyata Lusi melibatkan perasaan selama tiga hari ini, apa Lusi pikir dengan renggangnya hubungan dan Aleta beberapa hari ini memberikan kesempatan untuk Lusi masuk dalam hati Detra? Jangan berpikir seperti itu, seorang Detra tidak mungkin sebaik itu.

"Lepas!" titahnya dengan suara dingin.

Lusi menggerakan tangan Detra maju mundur. Mendengar kalimat Detra yang menjurus pada perintah tanpa bantahan itu sama sekali tidak membuat Lusi merasa takut. Cewek itu justru tersenyum manis, seolah berpikir Detra tidak akan mungkin marah dan meninggalkannya pulang sendiri.

"Gue bilang lepas!" sentak Detra memutar tangan Lusi lalu mendorong Lusi kasar.

Lusi terperangah kaget dengan aksi tak terduga dari Detra. Ia tidak menyangka jika Detra bisa berbuat kasar seperti ini. Padahal selama 3 hari ini Detra baik padanya, cowok itu bersikap sangat manis. Tapi, kenapa Detra justru marah hanya karena tangan yang dipegang? Detra susah ditebak, Lusi baru sadar jika Detra bukan murni mau mendekatinya. Detra punya tujuan lain, dan bodohnya Lusi tidak tahu. Kalau ia hanya diperalat Detra agar Aleta cemburu saat melihat kebersamaan mereka berdua.

"Detra kamu kok kasar sih sama aku?"

Detra mengangkat sudut bibirnya sinis "kaget?" Detra melipat tangan didepan dada "gue bisa aja matahin tangan lo yang udah berani nyentuh gue akhir - akhir ini. Gue jijik sebenarnya."

Lusi membulatkan matanya semakin tak percaya. Kalimat Detra membuat Lusi marah dan malu secara bersaaman. Apa maksud Detra berkata demikian? Setiap deretan kalimat Detra sangat mengerikan, cowok itu benar - benar serius. Bahkan bulu kuduk Lusi sampai meremang. Terlihat seperti saiko.

"Jangan ganggu gue lagi!" tunjuk Detra kewajah Lusi.

Detra masuk kedalam mobilnya lalu membawa mobilnya keluar dari wilayah Nusantara meninggalkan Lusi. Lusi mengepalkan tangannya penuh emosi. Baru kali ini ada cowok yang menolak kehadirannya. Lusi merasa dipermalukan.

"Brengsek!" maki Lusi.

Lusi bersumpah. Suatu saat nanti dia akan membalas semua perbuatan Detra padanya.

🔪🔪🔪

Detra memandangi pisau kecil berkilat kesayangannya. Pisau yang selama ini menjadi teman baik Detra. Melukai bahkan sampai membunuh orang - orang yang berani menyentuh Aleta-nya. Bagi Detra, tanpa pisau itu Detra tidak bisa apa - apa, tidak ada kepuasan dalam diri Detra ketika membunuh seseorang hanya menggunakan tangan kosong atau benda tajam lainnya.

Satu kesukaan Detra. Ia paling suka melihat korbannya mati secara perlahan, menggoreskan sedikit ujung pisau tajamnya menyayat leher membiarkan pelan - pelan korbannya merintos memohon ampun penuh frustasi. Setelah korban mulai kehabisan darah, baru Detra akan menancapkan pisau itu tepat diulu hati si korban. Setelah itu, Detra akan pergi tanpa meninggalkan jejak lalu tertawa penuh kepuasan.

"Lo haus kan? Udah berapa hari ini gue nggak kasih lo minum." ujar Detra mengajak pisaunya berbicara.

Detra tertawa sinis pisau itu semakin terlihat mengerikan saat terkena pantulan sinar lampu. Berkilat dan juga sangat tajam, siap untuk mengoyak tubuh mangsanya bermandikan darah. Detra mengelus pisaunya dengan gerakan pelan, matanya menatap tajam satu bundaran papan berisikan beberapa foto yang akan ia jadikan mangsa.

Revo, wajah mantan kekasih Aleta satu diantara mereka. Sudah lama Detra mengincar Revo dan kesabaran Detra sudah habis. Detra benar - benar ingin menyingkirkan Revo dari kehidupan Aleta.

Krak...

Pisau lemparan Detra tepat menancap diatas foto Revo. Detra tertawa kesetanan, ia sangat menanti hal ini. Satu kuman akan segera Detra habisi.

"Selamat tinggal Revo. Sorry, lo bikin gue muak dan harus gue singkirin." desis Detra tajam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Vote ya 😁

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now