Chapter 10

111K 6.7K 316
                                    

Tidak seperti pagi seperti biasanya. Entah mengapa hari ini Aleta tidak bersemangat bersekolah. Ini bukan karena Detra ataupun Lusi, tapi ada sesuatu yang mengganjal didalam hati Aleta dan mengatakan jika sesuatu hal akan terjadi.

Berulang kali Aleta menarik lalu menghembuskan nafasnya hanya untuk sekedar menetralkan suasana hatinya agar membaik. Bukannya merasa tenang, Aleta justru dibuat makin bingung dengan apa yang ia rasakan saat ini.

"Perasaan gue kok nggak enak gini ya?" Aleta mengusap tengkuknya sembari berjalan menuruni tangga menuju ruang tengahl. "kok jadi kepikirin Revo sih?!"

Aleta tidak mengerti kenapa perasaan tidak enak yang dirasakannya saat ini malah tertuju pada Revo. Setelah Revo mengantar pulang tadi malam, Aleta sempat mendengar teriakan namun Aleta tidak menggubris karena Aleta pikir itu hanya halusinasi. Lagipula tidak mungkin itu suara teriakan Revo, Aleta sangat tahu kalau Revo bukan tipe cowok pembuat masalah.

"Pagi Ma pagi abang." sapa Aleta mencium pipi Ria-mamanya lalu ber highfive dengan Kenzi.

"Kemarin abis sekolah nggak pulang kamu mampir kemana?" tanya Ria sembari mengoleskan selai rasa nanas kesukaan Aleta diatas roti.

Aleta meneguk susu putihnya hingga setengah. Padahal Aleta berharap Mamanya itu tidak menanyakan alasan kenapa Aleta pulang terlambat dari hari biasanya. Karena Aleta tahu ujungnya apa, rentu Ria akan bertanya kenapa Aleta tidak berasama dengan Detra melainkan dengan Revo.

"Kamu jalan sama Revo ya dek?" tanya Kenzi usil.

"Nggak kok." elak Aleta enggan menanggapi lebih.

Kenzi mencebikkan bibirnya lalu melahap roti selainya. Kedua siku tangannya menompang pada meja, Kenzi makan dengan gerakan pelan namun matanya fokus menatap Aleta penuh penasaran.

"Detra? Udah putus sama anak cebong itu?"

"Sembarangan putus!" sewot Aleta.

Kenzi manggut - manggut "kok jarang main kesini. Udah 4 hari nggak ngapel? Biasanya tiap malam."

"Tau. Tanya aja sama Detra-nya langsung. Jangan tanya ke Leta." sewotnya lagi.

"Detra udah pu_"

"Bisa diem nggak bang. Leta tuh la_"

Sebuah mobil berplat B 3251 RV jatuh kedalam jurang...

Deg....

Jantung Leta berdetak dengan cepat saat mendengar suara pembawa acara sebuah saluran berita mengatakan jika sebuah mobil jatuh kedalam jurang. B 3251 RV? Aleta ingat plat mobil itu. Mobil yang kemarin malam mengantarkan Aleta pulang kerumah, dan mobil tersebut jatuh kedalam jurang. Revo....

"Nggak! Nggak mungkin..." Aleta menggelengkan kepalanya tidak percaya, matanya berkaca - kaca menatap layar televisi yang masih menyiarkan berita dari tempat kejadian.

Aleta membekap mulutnya saat melihat mobil putih Revo sudah tidak berbentuk lagi. Posisi mobil sudah terbalik dan jauh didasar jurang. Lalu bagaimana keadaan Revo?

"Revo, ya allah Revo!"

"Leta kamu kenapa?" panik Kenzi buru - buru Kenzi meraih tubuh Aleta. Kenzi memeluk Aleta, ia tidak mengerti kenapa tiba - tiba Aleta menangis histeris sambil menyebut nama Revo.

"Bi kerasin suara tv-nya!" pinta Kenzi.

Bi Ningsih yang tengah menonton dengan serius pun dengan cepat mengeraskan volume televisi. Hingga seisi ruang tengah melihat berita yang begitu menggemparkan.

Jasad korban hangus terbakar. Korban bernama Revorion Atmajaya, anak tunggal dari pengusaha Reihan Atmajaya. Saat ditemukan Jasad sudah terlempar jauh dari mobil dalam kondisi yang mengenaskan. Polisi masih menyelidiki kasus kecelakaan tunggal ini, namun diduga korban sengaja....

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt