Chapter 12

112K 6.4K 100
                                    

Aleta termenung memikirkan kejadian tadi pagi. Ia sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Detra. Perubahan kekasihnya itu sedikit terlihat. Detra bukan tipe cowok suka mengobral cerita sana - sini, hidup Detra terlalu tertutup bahkan selama 1 tahun ini Aleta tak pernah tahu menyangkut kehidupan Detra.

Aleta hanya tahu kalau Detra anak tunggal dari seorang pengusaha terkaya diindonesia dan juga cowok tempramental super possesif. Selain itu Aleta tidak tahu apapun. Setiap masalah yang Detra alami selalu Detra selesaikan sendiri, tidak pernah mau melibatkan siapapun. Padahal sebagai kekasih, Aleta hanya mencoba memainkan perannya dengan baik. Aleta ingin sedikit saja menjadi penampung keluh kesah Detra bukannya menjadi orang yang tak tahu apa - apa padahal didalam hatinya tersimpan ribuan pertanyaan penuh penasaran. Ada apa dengan Detra?

Suasana kelas didominasi oleh suara bu Susan sama sekali tidak bisa menarik titik fokus Aleta pada Detra. Bu Susan tengah menerangkan perihal materi yang akan diujikam ulangan minggu depan, namun Aleta hanya mendengarkannya seperti angin lalu saja. Disaat otak dan hati tidak sejalan mana mungkin bisa berpikir.

"Jangan ngelamun mulu Let." Bunga menegur dengan nada pelan. Matanya melirik Aleta sekilas lalu kembali fokus kedepan memperhatikan bu Susan. Bunga tidak ingin Aleta menjadi bahan tontonan satu kelas hanya karena kebiasan buruknya yang suka melamun. Bu Susan terkenal dengan guru galak tanpa memandang murid manapun. Diabaikan adalah satu hal yang paling bu Susan benci.

Aleta memejamkan matanya pelan. Helaan nafas pendek keluar begitu saja. Entah apa yang membuat Aleta berbuat demikian, teguran Bunga berhasil membuatnya kembali pada dunia nyata. Tidak seperti tadi, Aleta terlalu jauh berimajinasi akan Detra.

"Kenapa? Ada masalah lagi?" terka Bunga, cewek berkulit putih itu ikut menghembuskan nafas pelan. "gue pikir lo sama Detra udah baikan. Kemarin gue liat lo dipemakaman Revo sama Detra. Sekarang masalahnya apa?"

Bunga memang tak tahu persis masalah apa yang tengah dihadapi Aleta. Namun mendengar cerita dari Vio, Bunga bisa menyimpulkan jika hubungan Detra dan Aleta akhir - akhir ini mulai sedikit goyang.

"Gue kecewa sama Detra." ujar Aleta sendu.

"Kecewa kenapa?" Bunga menekankan kalimatnya matanya menatap Aleta lalu kembali menghadap depan takut ketahuan bu Susan jika ia sedang mengobrol.

Aleta mencoret bagian halaman belakang bukunya secara abstrak. Entahlah, Aleta belum terlalu paham definisi dari kata kecewa. Namun Aleta bisa tahu jika apa yang dilakukan Detra terhadapnya memang membuat hati Aleta sedikit terluka.

"Dia nggak bisa jujur sama gue. Lo tau kan Nga, gue itu paling anti sama yang namanya rahasia - rahasiaan."

"Emang lo tau darimana sih Let kalo Detra ada nyembunyiin sesuatu dari lo?" Bunga menaikan satu alisnya keatas. Bunga tidak habis pikir dengan Aleta yang gampang sekali mengasumsikan sesuatu yang tidak pasti.

"Dari perilaku dia. Gue bisa ngerasain kalo Detra lagi mikirin sesuatu yang bisa bikin dia nggak fokus. Tadi hampir aja Detra mau nabrak anak kecil." timpal Aleta dengan wajah semakin tertekuk masam.

"Detra nggak liat kali Let kalo ada anak kecil didepan mobilnya. Keasyikan ngobrol sama lo maka_"

"Ishhh lo tuh nggak tau tadi gimana. Pokoknya gue yakin kalo Detra nyembunyiin sesuatu dari gue." sela Aleta cepat.

Bunga membuka mulutnya bersiap untuk mengeluarkan argumennya lagi namun harus Bunga urungkan saat suara bu Susan terdengar marah menginterupsi Bunga dan Aleta.

"Itu yang duduk dibarisan tengah nomer tiga." tunjuknya pada meja Aleta dan Bunga.

Aleta dan Bunga kompak menunduk takut. Kalau sudah ditunjuk seperti ini alamat hukuman sudah menanti didepan mata.

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now