Day 7

3.3K 501 0
                                    

Satu piring porselen jadi korban murka. Pagi damai kediaman Kise 2 hari lalu seolah seperti omong kosong bagi Kise saat ini.

(Name) menatap heran sang suami. Menyudahi sejenak kegiatan mencuci piring. Apa-apaan ini, pikirnya sanksi. Kise bangun lebih siang daripadanya, alih-alih segera sarapan lelaki pirang itu malah membanting piring.

"Maksudnya apa ini, Mas?" tanya (Name) tenang. Ia masih mengernyit heran menatapi Kise yang mengatur napas.

"Kamu kemarin ngapain?!" tanya Kise rendah. Napasnya yang tersengal menyulitkannya bicara. Ia mendongak, menatap (Name) yang kelihatan tak mengerti. "Jangan masang muka seolaj nggak paham apa-apa, Dhek," maki Kise lirih. Ia meraih gelas terdekat dan membantingnya hingga pecah berkeping ke lantai. "Kamu ketemu sama cowok lain, JANGAN BERANI BILANG KAMU NGGAK NGAPA-NGAPAIN!"

(Name) yang hendak membela diri spontan menutup mulut. Ia menatap Kise lamat-lamat. "Mas, tenang. Aku bisa--"

"TENANG?!" sentak Kise keras. "Kondisinya panas gini, aku pusing mikirin harus cerai-in kamu atau enggak! Kemarin aku lihat kamu sama orang lain. Terus sekarang kamu bilang AKU HARUS TENANG, HAH?!" Sekali lagi napas Kise memburu. Dadanya teramat sesak seiring jam berdetik perlahan di ruangan itu.

(Name) kehilangan kata-kata. Tidak percaya Kise benar-benar membentaknya. "Iya, bener. Aku ketemu mantan pacar aku," gumam (Name) pelan, membenarkan. "Terus kamu mau apa, Mas? Itu nggak ngaruh sama kondisi keluarga kita!"




"Ya udah sana balik sama mantan kamu!"

"Tapi--

"Pergi," usir Kise lirih, "aku nggak mau lihat kamu di sini."




(Name) menatap Kise lekat dengan pandangan terluka. Tak percaya dengan usiran Kise.

"Mas--"


"Tolong," ulang Kise dengan suara serak. Ia mengalihkan pandangannya jauh ke luar jendela, tangannya menutupi wajah sendiri.

***

Sekali lagi, pasangan muda Aomine ditamui Kise (Name). Tanpa perlu sang menantu keluarga Kise menjelaskan maksud kedatangannya,  Rinnosuke segera mempersilakan perempuan itu masuk. Ia juga segera mengambil koper titipan (Name).

"Makasih," ujar (Name) pelan setelah menerima barangnya. "Maaf udah ngerepotin," gumam perempuan itu lirih.


Aomine melirik istrinya.

"Santai saja," sahut Rinnosuke kalem. "Jadi?" tanya perempuan itu kemudian, ambigu.

(Name) tersenyum tipis, muram. "Aku mau balik ke kostan untuk sementara," ujar wanita itu lirih. Kemudian melempar senyum pada Rinnosuke dan Aomine. "Makasih, ya," ucapnya sekali lagi kemudian berpamitan.





"Jujur 'aja gue ngerasa nggak enak udah jadi orang yang tahu masalah mereka," komentar Aomine sepeninggal (Name) dari kediamannya.

"Kayaknya emang lagi rusuh," komentar Rinnosuke mengangkat bahu.

*

Kise (Name) merasa sudah sangat lama ia tidak menginjakkan kaki di pekarangan rumah besar bercat gading ini. Ia menyeret kopernya dengan ragu memasuki lebih dalam areal bangunan bertanda pengenal "Kost Takeguchi" itu.

Setelah melewati kolam ikan koi kecil yang dihiasi teratai di sana-sini, (Name) membelok ke pintu utama. Sebelum itu, ia menyusuri semacam kebun kecil. (Name) ingat dia sering mengambil terong di kebun ini untuk dijadikannya menu makan siang. Maklum, anak kost--keuangan tidak selalunya terjamin.

Ketika tersenyum tipis mengingat kenangan masa lalu sebuah seruan membuat (Name) spontan menoleh ke arah pintu depan. Berdiri di undakan sana adalah putri tunggal pemilik kostan, Takeguchi Kaori--teman seangkatan (Name) semasa sekolah dulu.

"Mbak Kao!" sapa (Name) semangat.

Senyum Kaori semakin lebar. "Uwah! Beneran (Name) ternyata!" seru perempuan itu sembari menyongsong (Name). Ketika telah dekat, keduanya spontan saling peluk--melepas rindu setelah nyaris 8 tahun tidak bertemu.

"Selamat datang kembali di Kost Takeguchi!" seru Kaori riang sembari menyeret (Name) memasuki rumah. []

10 Days to Divorce ∣∣ Kise Ryouta Version [✓]Where stories live. Discover now