Bagian 19 -END

232 16 1
                                    

Zaidan Alfarizi ,Laki-laki hampir sempurna versi Messa. Karena Messa paham kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Zidan punya kekurangan , dan kekurangan itu tentang pendirian. Kemana laki-laki itu akan berlabuh saat messa menyediakan secangkir teh untuk dinikmati berdua. Tapi Zidan tidak ingin teh, ia ingin kopi favoritnya Dila.

"Mau kemana dek" tanya kak Sita menelisik penampilan Messa sore itu

"Hehehe kondangan mba" jujur saja Messa sedang tidak dalam mood tertawa atau tersenyum.

"Hehehe kondangan mba" jujur saja Messa sedang tidak dalam mood tertawa atau tersenyum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sungguh rasanya Messa ingin mangkir saja dari pikiran dan perasaannya sendiri. Gadis itu muak......

Setelah Kak Sita pergi Messa langsung berjongkok mengirup napas dalam2 dan berulang kali merapalkan doa2 apapun yang bisa ia baca.

"Finnaly this is your answer Messa"

Gadis itu bergumam hingga tak menyadari kedatangan Ardan di ambang pintu.

Laki-laki itu menghela napas , Ardan mendeklarasikan kebodohan dirinya sendiri karena berhasil jatuh cinta dengan gadis di bawahnya saat ini.

"Yaudaaa jadi penunggu pintu aja ya nggak usah jadi kondangan"

Messa mendongak , mau tak mau Ardan ikut jongkok di hadapan gadis itu

"Gue udah ganteng kan ?"

Pertanyaan itu sukses membuat Messa sadar, laki-laki di hadapannya berbeda dari biasanya. Warna rambutnya kali ini pun normal , pakaian formal, wajah tampan , laki-laki mapan

"Idiihhhh , ganteng sih tapi masih jomblo " Ardan menatap gadis itu dengan seksama seolah kedipan matanya akan menghilangkan gadis di hadapanya itu.

"Hahahaha aduuuuh , make up ku nanti crack nih" ucapnya masih setengah tertaawa

"Udah belom ketawanya ? Keburu malem ini catringnya abis lo makan piring aja" Messa segera berlari mengikuti ardan yg sudah dusuk manis di dalam pajero sport miliknya

"Udah sampe mana skripsinya ?" Laki-laki itu tak berhenti melirik gadis di sampingnya

"Bentar lagi selesai bang tenang aja , messa kan storng" padahal kantung mata gadis itu kian hari kian menghitam

Ardan terkekeh pelan

"Jangan begadang terus, makan tuh , kurus banget kayak lidi "

"Apaan siiiii hobi banget ngehujat dr dulu" Messa menatap tajam Ardan yang tertawa

'Subhanallah itu senyumnya adem bener yak huhuhu'

"Udah bisa move on kan ?" Messa diam, dari sekian banyak alasan yang mengharuskannya meninggalkan perasaan itu , ada hal menyebalkan yang masih mengusiknya hingga saat ini 'kenangan'

2 tahun berlalu , bukan messa yang teramat malas bergerak mungkin waktu yang bergerak terlalu cepat elaknya. Gadis itu terlalu sibuk hingga perlahan bayang laki-laki itu hilang. Hanya sesekali mampir di saat-saat krusial seperti menjelang tidur, atau kantin kampus misalnya.

'Janur kuningnya udah melengkung Mess udah deh'

Perlahan ucapan Ardan seperti peluru yang menembus dada gadis itu. Anehnya messa tetap tak bergeming hanya mengangguk lalu tersenyum.

"Entar juga lupa sendiri bang biarin aja"

gadis itu masih sadar sesadar-sadarnya bahwa laki-laki disampingnya itu menaruh perhatian lebih kepadanya, untuk saat ini Messa hanya berharap bisa berhenti mencintai laki-laki di atas pelaminan itu. Dan jika bisa ia ingin membalas perasaan laki-laki di sampingnya.

"Eh Ardan sekarang sama Messa ya" ucap Dila ramah, seolah melupakan kejadian beberapa tahun lalu di rumah zidan atau dila memang mencoba tak mengingatnya

"Heheh doain aja lahh biar cepet nyusul kalian" messa menatap ardan tak percaya

Messa hanya tersenyum di samping Ardan

"Kak Dila , mas Zidan langgeng ya sampe kakek nenek hehehe buatin ponakan yang lucu yaaa , semoga bahagia selalu"

Messa memasang senyum terbaiknya, senyum terbaik untuk pelajaran hidup terbaik

"Iya dek , kamu juga ya semoga bahagia " Ardan menarik messa untuk segera turun darir pelaminan sebelum gadis itu menangis

"Dan" kali ini Zidan kembali memanggil Ardan

"Jagain messa " ucapnya berbisik , Ardan hanya membalas dengan acungan jempol tanda mengiyakan

Zidan , ia tidak pernah menyangkal kehadiran gadis berambut hitam sebahu itu. Tawanya riang , senyumnya memabukkan, sifatnya yang menyenangkan.

Zidan terlalu dimanjakan dengan pesona gadis itu. Untuk sepersekian detik , ia benar benar ingin Berjalan mendekat merengkuh tubuh mungil gadis itu.
Tapi sejauh apapun Zidan pergi , ia akan tetap kembali, rumah yang sesungguhnya Dila.

"Udah selesai belom makannya ? Pulang yuk pengen sate padang "
Messa hampir tersedak saat laki-laki itu tiba-tiba bertingkah lucu

"Yuk sekarang aja "

Keduanya tidak tau, di atas pelaminan sana laki-laki bermata sipit itu menelisik seluruh gerak gerik mereka.

Ia tersenyum lalu menaruh antensinya pada wanita yang duduk di sampingnya
Wanita yang akan mendampingi seluruh sisa hidupnya.

"Mas udah bahagia dek , kamu juga ya"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Senja
Kugambarkan kau seperti itu
Sedemikian rupa hingga aku jadi buta
Selamat datang dan selamat tinggal
Keduanya terlalu lekat
Aku terlalu tenggelam dengan pesonamu
Aku lupa
Senja tak pernah tinggal
Aku terlalu naif untuk mengakuinya
Maaf
Sudah seharusnya aku tak menjadi penghalang malam
Untuk itu selamat tinggal






Akhirnya selesai juga :) , terima kasih untuk para pembaca dan yang sudah vote. Kalau kalian sampai sini tapi belum vote , please vote ya teman-teman.

Aku sempet mikir lama banget ini cerita mau dibikin kayak gimana ya..... dan selama itu aku mulai heran. Hal-hal yang aku tulis ini beberapa terjadi sama aku , waduh jadi horor sendiri kan aku. Haha mungkin aku yang terlalu serius nulis cerita ini sampai kebawa sampe dunia nyata but its okay.

Sekali lagi terima kasih sudah membaca dan vote 🙏😘

Dear Zidan ✔Where stories live. Discover now