PART 28

83K 5.6K 129
                                    

FARA

Sejak awal pekerjaan ini memang sudah terasa tidak benar. 

Saat Revan memintaku untuk bekerja bersamanya selama yang aku bisa. 

Saat tatapan mata Revan tiba-tiba menyejukkan hatiku dikala pekerjaan terasa sangat sulit.

Saat pelukan Revan tiba-tiba membuatnya mengingat hangatnya pelukan seorang Ayah. 

Saat tiba-tiba perhatiannya membuatku nyaman dan tak ingin lepas.

Seharusnya sejak 2 tahun yang lalu, aku sudah menyerahkan surat resign dan menghilang sebelum semua semakin runyam seperti sekarang.

Seharusnya aku tidak perlu lagi bersembunyi dari Mama dengan alasan mencari pundi-pundi uang untuk menghidupinya. 

Seharusnya aku berhenti bekerja dan mulai mencari pasangan hidup dengan serius. Bukan terjebak disini dan akhirnya semakin tidak bisa lepas.

Aku tidak bisa menggambarkan perasaanku dengan jelas. Jenis perasaan seperti apa yang sebenarnya kurasakan kepada Revan. Semuanya terasa campur aduk, mengalahkan rasa bubur yang diaduk bersama teman-temannya. 

Aku menyukainya. Yes.

Aku menyayanginya. Yup.

Aku mempedulikannya. Of course.

Tapi, apa aku mencintainya?

Tapi, apa aku menginginkannya menjadi kekasih? Pasangan?

Mungkin, jika pertanyaan itu dilontarkan 2 tahun yang lalu, 80% aku akan menjawabnya dengan lantang: YES.

Tapi, sekarang?

Bukan karena perasaanku yang berubah. Bukan karena Revan berubah. Waktu yang bergeraklah yang membuat perasaan berubah. 

Aku bukan tipe perempuan yang cinta karena terbiasa. nyaman karena selalu bersama. sayang karena mengenal.

Karena terlalu terbiasa bersama dan mengenal-lah, yang membuatku berfikir ulang. Bahkan disaat aku sudah mengubur dalam-dalam perasaanku tersebut kepada lelaki itu.

ʘʘʘ

Setelah mendapat pesan Kiara malam itu, selama 2 hari aku mencoba melakukan review dan strategi apa yang harus aku lakukan. Mengenyampingkan perasaan sesak dan sakit yang kurasakan.

Aku harus menyelamatkannya. Aku harus menjaga citra dan nama baiknya.

Akhirnya selama 2  hari tersebut aku melakukan list klub malam yang kerap di datangi Revan dan melihat daftar transaksi kartu kredit Revan.

Aku kemudian melakukan sortir pada klub malam tersebut yang harus di blacklist karena pengamanan yang kurang dan memungkinkan Revan terekspos. 

Aku memiliki 4 list klub malam yang perlu dilakukan review langsung ke dalam klub.

Aku tau selera musik, keadaan dan minuman yang disukai Revan, maka dari itu aku harus menguji keempat tersebut dan memasuki 3 kriteria tersebut.

Aku baru saja selesai memasuki klub kedua, -tentu saja aku melakukannya tanpa sepengetahuan Revan-,  namun lagi-lagi harus dicoret dari daftar karena tidak memenuhi kriteria yang aku harapkan. 

Aku beranjak menuju klub ketiga yang jaraknya cukup jauh. Sedangkan badanku rasanya sudah mulai meronta meminta ampun. Perut dan tenggorokanku terasa panas hanya setelah mencoba meminum 2 gelas vodkatini minuman favorite Revan.

She's My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang