PART 41

81.7K 5.2K 192
                                    

FARA

Aku membuka mataku perlahan, mengerjapkan mataku mencoba membiasakan diriku yang setiap pagi kini kerap terbangun tidak sendiri lagi.

Revan masih terlelap di sampingku, jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Aku akhirnya memilih untuk menatap wajah tenang Revan. Aku menyentuhkan jariku di sepanjang garis wajah lelaki yang menjadi kekasihku ini.

Revan.

Revanaldi Hartono.

Lelaki yang terus saja membuat jantungku berdebar saat mata kami bertemu. Lelaki yang terus saja membuat dadaku berdesir saat melihat senyumnya dan mengucapkan terima kasih.

Aku tau kalau kata terima kasih itu memiliki magic, kata yang sederhana namun masih banyak di luar sana orang yang sulit sekali mengatakannya, padahal dampak dari kata sederhana ini adalah luar biasa sekali, seperti yang aku rasakan.

Entah siapa yang mengajarkan Revan untuk selalu tidak lupa mengucapkan terima kasih hingga setiap hari ia tidak pernah alpa untuk mengucapkannya setelah kami bekerja, setelah aku mengambilkan segelas air untuknya, setelah aku menyalakan lilin aromtherapy, setelah aku berdiskusi semalaman dengannya. 

Dari sekian banyak kelebihan Revan yang ia miliki, namun hanya karena sifatnya yang tidak pernah lupa mengucapkan terima kasih, itulah yang membuat aku benar-benar jatuh cinta dibuatnya.

"Terima kasih. Terima kasih sudah memilih bersamaku. Terima kasih sudah menggengam tanganku. Terima kasih su..."

Tubuh Revan yang sedari tadi yang kutau masih terlelap tidur tiba-tiba bergerak cepat mengambil tanganku yang berada di wajahnya dan menariknya hingga aku kini berada di atas dadanya, tangannya memelukku erat,

"Saya tidak pernah memilihmu. Saya tidak menggenggam tanganmu. Kamu bukan pilihan dan kamu bukan sekedar genggaman. Kamu hidupku, Fara."

Aku terdiam mendengar ucapannya tersebut,

"Saya tidak pernah tau hubungan kita akan seperti apa, tapi....."ucapannya terhenti sejenak, "a--aku ingin hidup bersamamu selamanya, Fara."

***

REVAN

Sebulan ini pekerjaan kantor cukup menyita waktu gue dan Fara sangat banyak. Proyek Ruko di Serpong sedang tahap offering kepada para Investor setelah hampir selama seminggu dikebut untuk menyelesaikan segala proses pelepasan tanah. 

Gue dan Fara memang lebih sering tidur bersama apalagi sebulan ini, selain karena hanya di ranjanglah gue bisa puas memeluk dia, hal lainnya adalah gue yang gak tega harus membuat Fara bolak-balik antara unitku dan unit dia.

Namun, ternyata tidur bersama ini benar-benar menguji kesabaran dan kejantanan gue sebagai lelaki. Ya, lo semua bayangin aja, Fara itu kalau udah capek banget sering banget cuman tidur pake tanktop dan celana pendek aja, dan gue cuman bisa memandang tubuhnya yang tidur itu padahal diri gue di dalam sana udah memberontak untuk melakukan hal lain.

Dan, ujung-ujungnya gue harus mandi air dingin tiap malam.

Shit.

Tapi, terkadang gue kesal dengan sifat Fara yang masih saja kaku di saat jam-jam kerja. Ya, maksud gue kan kalau cuman ada kita berdua aja masa gue megang tangan atau meluk dia tetap gak boleh. Jadi, ya gue lebih milih tiap malem mandi air dingin dibanding benar-benar tidak melepaskan rindu padanya.

Dasar gue bucin.

*

Gue berjalan keluar dari kamarku dna melihat Fara yang sedang duduk di sofa ruang tengah memegang tab-nya dan menyesap kopinya, pemandangan yang berbeda dari 6 bulan sebelumnya, dan gue sangat menyukainya.

She's My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang