5| Kepergian Untuk Kedatangan

106 10 0
                                    

Raka terpaku sendirian. Mikha baru saja meninggalkannya setelah mengungkapkan pelik dalam dirinya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, takut untuk bertemu dengan Mikha.

"Raka? Tumben di sini?"
Raka membalikkan tubuhnya mendapati Novi yang sudah ada di sana. Raka hanya bisa tersenyum kecil.

"Aku tadi lihat Mikha lari dari sini. Dan ternyata ada kamu,"

"Iya. Mikha lari karena aku."

"Mikha bilang kamu mau pindah ke Jakarta?"

"Iya, karena itu Mikha lari."

"Mungkin kamu harus memberi tau Mikha dengan lebih lembut supaya dia bisa mengerti."

"Mikha itu sulit dicairkan. Dia akan menerima dengan sendirinya, aku tidak bisa bicara apa-apa." Jawab Raka. "Aku pergi dulu, ya." Raka melangkah meninggalkan Novi di atas bukit.

🌙

"Raka, kamu sudah siapkan barang-barangmu?" Tanya Danu yang bertemu Raka di depan rumah.

"Kurang sedikit,"

"Segerakan. Besuk kita akan berangkat."
Raka mengangguk, lalu melangkah masuk ke rumah. Hari keberangkatannya semakin dekat, dan ia tau Mikha akan semakin marah padanya.

🌙

Mikha mangkir saat makan malam. Dan sekarang, gadis itu belum juga menampakkan wajahnya, padahal sebentar lagi Raka dan keluarganya akan berangkat ke Terminal.

"Mikha tidak akan keluar. Kalian berangkat saja! Nanti kalau terlambat malah bahaya," ucap Lilis -ibunda Mikha.

"Kita tunggu sebentar lagi, ya, Pak?" Bujuk Raka. Danu mengangguk kecil.

Lima menit kemudian, masih tak ada tanda-tanda akan keluarnya Mikha. Akhirnya, Raka dan ibunya berangkat ke terminal, karena Danu akan ke Jakarta naik mobil.

Sementara Mikha baru saja bangun dari tidurnya. Ia langsung melompat untuk meninggalkan kamar.  "Ibu, Raka mana?" Tanya Mikha dengan nada suara panik.

"Sudah berangkat. Salah sendiri sok ngambek,"

Tanpa aba-aba, Mikha langsung berlari. Ia menyambar sepeda Raka yang terparkit di halaman depan. Ia belum sepenuhnya bisa naik sepeda, sesekali ia terjatuh, lalu mencoba untuk kembali bangkit dan mengayuh sepedanya.

Sesampainya di terminal, Mikha meringis kesakitan karena beberapa bagian dari tubuhnya terluka. "RAKA!" Teriak Mikha tanpa mempedulikan orang di sekitarnya.
Mikha berlari ke pos pemberangkatan bus ke Jakarta. Info yang ia dapatkan adalah bus sudah berangkat hampir setengah jam yang lalu. Dan keberangkatan selanjutnya masih nanti pukul 10.00.

Gadis itu tak bisa menahan isakannya. Ia kecewa pada dirinya sendiri karena pada saat terakhir ia tak bisa memanfaatkan waktu terbaik. Mikha sendirian, tak tau harus bertindak bagaimana sekarang.
Raka sudah pergi.

🌙

Jakarta, Juni 2014
Raka dan ibunya turun di terminal dengan selamat. Lelaki itu membantu ibunya untuk membawa barang-barang menuju becak yang banyak terparkir di sana. Rumah baru mereka terletak tidak jauh dari terminal, jadi bisa dijangkau dengan becak.

ALUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang