Chapter 4 - Soon Ran's Birthday pt. 1

19 2 0
                                    


Sudah dua minggu Soon Ran lebih memilih bersembunyi di dalam kamarnya. Sesekali ia hanya keluar untuk mengambil makanan dan mandi. Setelah itu ia kembali masuk kamar dan menghabiskan waktu seharian di sana. Raut mukanya selalu tampak kesal ketika bertemu dengan Soon Young. Kedua saudara tersebut sama sekali tak berbicara. Mereka hanya saling memandang. Dalam hati, Soon Young tidak ingin seperti itu. Namun, Soon Ran selalu menampilkan sikap dinginnya. Hal itulah yang membuat Soon Young kesal. Ditambah lagi ia masih teringat sikap keterlaluan Soon Ran pada Se Ya di acara kelulusan SMA Taewon. Ia ingin marah habis-habisan tapi ia tak bisa melakukannya pada kakaknya sendiri. Jika itu terjadi pun mungkin Se Ya malah yang akan mendapat imbasnya.

Sementara itu, sikap sinis dan kasar Soon Ran pada Se Ya semakin terlihat jelas. Beberapa kali Se Ya mendapat bentakan dari Soon Ran saat ia berusaha membantu sepupunya itu mencari piyamanya, membuat sarapan, dan mengobati luka di jarinya. Soon Young sudah sering menasehati kakaknya agar tidak berbuat seenaknya pada Se Ya. Tetapi Soon Ran tidak peduli. Ia malah marah mendengar ucapan Soon Young yang berhubungan dengan Se Ya.

" Ya! Diamlah Soon Young! Jangan membelanya lagi!" teriak Soon Ran pada Soon Young yang akan membuka mulutnya. Soon Young ingin membenarkan bahwa sikap Soon Ran yang mendorong Se Ya sampai membentur meja makan itu kelewatan. Namun, rupanya Soon Ran tak membiarkannya berkata sepatah kata pun. " Kalian berdua itu sama saja. Se Ya-ya, jangan pernah menyentuhku lagi!"

Soon Ran menatap Se Ya tajam. Ia pun meninggalkan ruang makan sambil membawa sebotol air. Ia pun masuk ke kamarnya diikuti bantingan pintu yang keras. Mendengar suara itu, Se Ya dan Soon Young setengah kaget. Gadis berambut coklat pendek yang masih terduduk lemas di lantai hanya menghela napas berat. Hatinya cukup terluka ketika mengingat tindakan Soon Ran yang penuh kebencian padanya. Kenapa ia tak menyukaiku? Kuatkan aku Tuhan. Soon Young tidak tega melihat kakak sepupunya. Ia merendahkan tubuhnya dan membiarkan lututnya menyentuh lantai. Sambil memandang Se Ya yang masih tertunduk, ia memegang pundaknya dan berkata lirih,

"Maafkan Kakakku, Se Ya Noona. Maaf."

Ia mengubah pandangannya ke lantai dengan air muka sedih. Perlahan Se Ya mengangkat kepalanya. Ia menatap Soon Young yang terlihat merasa sangat bersalah. Hatinya membatin, Soon Young-a... Aku... Aku tak boleh seperti ini.

Se Ya pun segera mengeluarkan suaranya. " Soon Young-a, lihat... aku," pinta Se Ya lembut.

Soon Young pelan-pelan menjatuhkan pandangannya lagi ke Se Ya. Ia terdiam. Se Ya pun mengembangkan senyumnya lalu berkata lagi, " Aku akan baik-baik saja. Aku memaafkan kakakmu. Terima kasih sudah menemaniku selama ini. Jangan sedih ya." Mata Soon Young mendadak berkaca-kaca. Ia terharu melihat Se Ya masih bisa tersenyum di kala sedih. Se Ya Noona memang berbeda dari kebanyakan orang. Seandainya kita bukan saudara.
Mereka saling menatap satu sama lain sembari tersenyum lebar.

***

Dua hari yang lalu, Kwon Ahjumma baru pulang dari Ulsan yang tak lain tempat Nenek tinggal. Bibi Kwon sengaja menginap di rumah nenek beberapa minggu karena harus mengurus nenek yang sedang sakit. Pertama kali Bibi Kwon tiba di rumah, ia langsung membuat rencana perayaan ulang tahun Soon Ran bersama Soon Young dan Se Ya. Bibi Kwon memang Ibu yang baik dan penyayang. Wanita paruh baya itu selalu memikirkan kebahagiaan anak-anaknya. Maklum saja semenjak suaminya meninggal di usia Soon Ran yang masih tujuh tahun dan Soon Young yang dua tahun lebih muda dari kakaknya, Bibi Kwon harus bekerja keras menghidupi keluarganya. Ia bertekad menjadi single parent yang berhasil mendidik anaknya. Alhasil, Soon Ran dan Soon Young memang menjadi anak-anak yang cukup berprestasi di sekolahnya. Namun berbicara tentang sikap, Bibi Kwon sama sekali tidak tahu mengenai perilaku Soon Ran yang kasar pada Se Ya. Soon Ran sangat pandai menutupi hal itu dan Se Ya sangat penurut menyembunyikan rasa sakitnya selama ini. Sementara Soon Young, ia hanyalah adik yang sabar dan tak memiliki wewenang terhadap kakaknya. Ia berusaha memperbaiki hubungan Soon Ran dan Se Ya melalui cara yang halus namun semakin lama cara itu tak ada gunanya. Kakaknya sangat keras kepala melebihi batu karang.

***

Bibi Kwon, Soon Ran, Soon Young, dan Se Ya sudah duduk mengelilingi meja coklat yang ada di tengah ruang makan. Sebuah roti tart coklat dengan strawberry di atasnya begitu menggiurkan. Roti cantik itu pun terlihat indah dengan cahaya dari lilin kecil berjumlah 19 biji.

" Wah, ini membuatku terharu! Terima kasih, Bu." ucap Soon Ran sambil tersenyum.

" Benarkah? Ibu membeli tart yang kamu inginkan selama ini. Bagaimana kamu suka?" tanya Bibi Kwon sembari tersenyum.

Soon Ran mengangguk dengan ekspresi wajah riang. Se Ya dan Soon Young ikut tersenyum melihat hal itu. Bibi Kwon kembali berkata kalau Soon Ran harus berterima kasih juga pada Se Ya dan Soon Young yang sudah ikut membantu mempersiapkan perayaan ulang tahunnya. Mendengar itu, raut muka Soon Ran sedikit berubah.
Walaupun tak begitu kentara, Se Ya dan Soon Young dapat merasakan perubahan itu. Soon Ran menghela napasnya pelan. Ia menatap Soon Young lalu Se Ya secara bergilir sambil berterima kasih dengan sedikit menarik bibirnya simetris. Respons Soon Young dan Se Ya spontan hanya tersenyum simpul.

"Bagaimana pun Ibu sangat senang melihat kalian rukun," ucap Bibi Kwon sambil tersenyum lebar.

Deg!

Soon Ran, Soon Young, dan Se Ya mendadak membulatkan matanya. Air muka shock terlihat jelas di wajah mereka. Bibi Kwon menatap dua gadis dan satu pemuda di depannya dengan tatapan penuh keheranan.

Sementara itu konflik dalam hati Soon Young terus memanas. Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya?Tapi apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Ibu akan marah pada Noona atau...? Soon Young menggelengkan kepalanya.

" Ada apa, Soon Young? Kamu baik-baik saja, Nak?"

Soon Young menegakkan kepalanya menatap Bibi Kwon.

" Eomma , sebenarnya aku, Se Ya Noona, dan Soo Ran Noona tidak...."

" Tidak pernah bertengkar kan ya? Karena itu kami terlihat rukun. Sudah, sudah, aku lapar aku mau makan tart ya, Eomma."
Soon Ran menghentikan pembicaraan antara ibunya dan Soon Young dengan memotong tart duluan lalu memakannya.

" Ayo, Soon Young dan Se Ya, makanlah. Ini kan kue kalian juga."

" Eomma, mau sepotong tart? Aku akan potongkan dengan ukuran terbesar. Hahaha," ujar Soon Ran berusaha mengalihkan pembicaraan. " Ini roti spesial untuk Eomma. Hehe."

Dalam hati Soon Ran berkata, Aku tak akan membiarkan kalian berdua mengungkapkan segalanya. Se Ya, ini semua karena kau.

STAND BY YOU (On Hold) Where stories live. Discover now