xiv

5.8K 968 51
                                    


  ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ 
(xiv).

Sejak berhasil meluruskan kesalahpahaman yang dibesar-besarkannya sendiri, Taehyung kembali pada rutinitasnya. Nongkrong di perpustakaan. Kali ini ia tidak menghabiskannya dengan membaca sastra, melainkan mengupas catatan-catatan kuliahnya mengingat ujian akhir semester sebentar lagi tiba. Mingyu masih sibuk mengurus ini dan itu, dan Taehyung tidak terlalu akrab dengan senior lain selain kakak sepupunya itu. Jadilah ia berkerut-kerut alis sendirian di perpustakaan karena sulit memahami materi.

Kursi di samping Taehyung berderak saat sepasang tangan menariknya mundur. Sebuah tas hitam muncul, yang bisa dilihat Taehyung lewat ekor matanya. Itu tas Jungkook, dan Taehyung mulai hilang fokus saat laki-laki itu duduk tepat di sampingnya. Tidak lagi memberi jarak seperti sebelum-sebelumnya.

"Hai." Jungkook menyapa.

Wajah Jungkook begitu dekat, ditambah Taehyung sedang memakai kacamatanya. Ada lingkaran hitam yang begitu kentara di kedua matanya. Taehyung pernah melihat lingkaran hitam itu, tapi nampaknya tidak separah ini.

"Hai," balas Taehyung, setelah terdistraksi cukup lama. "Kau kurang tidur?"

Alis Jungkook terangkat sedikit. Nampaknya tidak menyangka akan langsung diserang pertanyaan macam itu.

"Semacam itu," jawab Jungkook, sedikit ambigu.

Taehyung merogoh isi tasnya, mengeluarkan satu baris vitamin rasa jeruk dan melemparnya pada Jungkook. "Tangkap."

Harus Taehyung akui, kalau refleks Jungkook sangat bagus. Wajar saja lelaki itu jadi bintang olahraga. Jungkook menangkap sebaris tablet vitamin yang diberi Taehyung dengan sigap, kemudian memberi senyuman manis.

"Trims, Tae."

Taehyung tidak menjawab. Jungkook menarik tasnya, lalu bangkit. Kursi sedikit berderit saat Jungkook menggesernya mundur.

"Sudah mau pergi?"

Ada nada tidak rela dalam suara Taehyung, dan lelaki itu hanya bisa berharap Jungkook tidak menyadarinya.

Jungkook mengangguk, menahan senyum. "Yup."

Taehyung misuh-misuh. "Untuk apa datang dan duduk kalau mau pergi juga, sialan."

Sejujurnya Taehyung berharap Jungkook tidak mendengar gerutuanya. Tapi salahkan saja keheningan di perpustakaan dan telinga Jungkook yang kelewat sensitif. Yang dibicarakan hanya terkekeh, lalu tangan besarnya bergerak mengacak rambut Taehyung.

"Mengisi energi," timpalnya, "aku duluan, ya. Sampai jumpa lagi, Taetae."

Wajah Taehyung memerah. Beruntung Jungkook sudah berjalan pergi, dan melewatkan pemandangan itu. Taehyung meraba dadanya sendiri. Dasar Jeon Jungkook sialan! Sekarang bagaimana caranya ia bisa fokus pada materi kuliah kalau jantungnya saja seperti habis dibawa maraton begini?

  ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ 

Hmm something smells fishy

Thirty-one Scenes ✔Where stories live. Discover now