xxx

6.1K 887 78
                                    


  ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ 
(xxx).

Siang itu Taehyung duduk-duduk bersama Jungwoo setelah menyelesaikan kelas. Jimin, Lisa dan Seulgi sedang mengambil kelas terakhir mereka hari ini; mengingat Taehyung memilih kelas yang lebih pagi. Kampus siang itu terasa lengang dan kosong, padahal Taehyung tahu mungkin itu hanya perasaannya saja. Ia merasa ada yang hilang, tapi enggan menjelaskan apa.

Di seberang tempat duduknya, Jungwoo sedang sibuk bersama ponselnya. Taehyung tidak mau ambil pusing, jadi ia menyibukkan diri dengan ponselnya sendiri. Tidak banyak hal menarik terjadi di media sosial Taehyung mengingat ia tak punya banyak teman bahkan di dunia maya. Taehyung benci punya waktu senggang, sebab ia jadi memikirkan Jungkook lebih sering dibanding seandainya saja ia sibuk. Taehyung butuh pengalih perhatian. Ia ingin merasa terdistraksi, tapi semua hal yang mendistraksinya sejauh ini hanyalah tentang Jungkook.

Jungkook. Entah bagaimana bisa nama itu mendadak jadi pusat dunia Taehyung sekarang. Taehyung tidak ingin menerima kenyataan kalau keberadaan Jungkook begitu penting, sebab ia tidak siap pada bayangan kalau saja Jungkook tidak menganggapnya sama berharga. Memang, sebaik-baiknya perasaan adalah yang berbalas. Taehyung setuju kalimat itu sekarang.

Taehyung hampir saja jatuh tertidur di atas meja kantin kalau saja Yugyeom tidak muncul menghampirinya. Wajah lelaki itu tampak kusut, mungkin karena sidang akhirnya hampir tiba. Taehyung mendengar kalau selain Bambam dan Mingyu, semua teman Jungkook bisa dipastikan lulus musim dingin mendatang.

"Jungkook menitipkan surat untukmu."

Nama Jungkook membuat Taehyung sedikit bergidik. Ia tidak bicara apapun dan langsung saja menerima surat yang disodorkan Yugyeom. Tidak banyak perubahan berarti di wajah Yugyeom saat surat dalam genggamannya beralih pada Taehyung.

"Tempo hari kau tidak datang."

Itu bukan pertanyaan.

"Mungkin kau tidak tahu, tapi Jungkook menunggumu datang sepanjang hari. Kurasa kau berhutang maaf padanya untuk yang satu itu."

Lalu Yugyeom pergi, dan Taehyung merasa ada sesuatu seolah jatuh menimpa hatinya sampai ia merasa sesak.

Tangan kurus Taehyung perlahan membuka lipatan surat itu, yang terlihat sederhana tanpa amplop. Debaran jantungnya semakin menggila seiring dengan terbukanya lembar demi lembar kertas. Taehyung menggigit bibir. Bulir-bulir air mata jatuh seiring dengan isakan pelan yang mendadak keluar dari mulut Taehyung. Jungwoo terlihat kaget, tapi Taehyung tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis lebih kencang.

Sial. Ia sungguh tidak mengharapkan ini.
  ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

Untuk,
Kim Taehyung

Aku tidak bermaksud untuk menyampaikan ini lewat surat, karena itu aku menunggumu seharian saat sidang. Berharap kau muncul dan mungkin saja aku mendapat kesempatan memberimu banyak, banyak penjelasan. Aku tahu kau selalu menunggu penjelasan-penjelasan itu dengan sabar, Tae. Sebab itu aku mungkin terlalu abai pada kemungkinan bahwa kau bisa saja lelah dan pergi.

Aku mencintaimu, Kim Taehyung. Sangat sangat mencintaimu sampai kupikir aku akan gila karena terus memikirkan kau seorang. Aku kira aku sudah menunjukkannya dengan sangat jelas, namun segala hal rupanya butuh sebuah penegasan.

Aku harap surat ini cukup menjadi jaminan untukmu bahwa aku akan memberimu penjelasan yang kau inginkan. Tapi tidak sekarang. Kuharap kau bersedia menunggu.

Saat kau membaca ini, kau tidak akan menemukan aku dimanapun. Tapi percayalah, bahwa aku akan kembali. Jadi jangan biarkan dirimu penasaran pada orang lain sampai waktu itu tiba. Bisa kau berjanji?

Salam,
Jeon Jungkook
  ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ 
Satu chapter lagi gengs

Thirty-one Scenes ✔Where stories live. Discover now