• Prolog •

150K 7.7K 198
                                    

#Prolog — Good Bye, Arran.

• • •

"Arran ...."

"Kenapa ya, kita jadi kayak gini?"

Arran diam di kursinya, memandang kosong pada sebuah pigura foto berisikan dua orang cowok dan seorang cewek mengenakan seragam SMA. Di hadapannya juga ada sebuah kotak berwarna cokelat dengan nama Arran di sana, tapi sampai saat ini, ia masih belum berminat membukanya. Jari tangan Arran kembali bergerak, menekan-nekan layar ponselnya agar suara itu terdengar lagi.

"Iya ... salah gue sih emang." Ia tertawa miris.

"Salah gue sendiri sampe kita jadi kayak gini, salah gue sampe lo jauhin gue. Iya, ini emang salah gue, sampe bikin lo jadi kecewa, marah, bahkan benci sama gue."

"Tapi, Ar ...."

Hening, Arran menunggu sejenak. Ia membiarkan jarinya mengambang di layar ponselnya sambil merenung. Pandangannya terus tertuju pada foto itu, lebih tepatnya pada satu-satunya cewek di foto itu.

"Mau sampai kapan kita kayak gini terus?" tanyanya lewat pesan suara itu. Nada bicaranya mulai bergetar. Tanpa melihat pun, Arran bisa menebak bahwa saat itu ia pasti sedang mencoba menahan tangis.

"Gue kangen sama lo, Ar."

Arran menghela napas. Jarinya bergerak lagi, men-scroll lalu mengetuk layar ponselnya.

"Gue butuh lo di sini, Ar."

"Gue ... gue minta maaf."

Arran mengepalkan tangannya saat mendengar isakan di akhir kalimat kata maaf itu. Raut wajah dingin Arran mulai berubah, rahangnya mengeras, sorot matanya menajam. Arran ingin marah, tapi ia menahan hal itu mati-matian. Jika bisa, ia ingin menghajar dirinya sendiri agar amarahnya itu bisa terpuaskan.

"Maafin gue Arran ...."

"Lo mau maafin gue,'kan?"

"Lo enggak seharusnya terus-terusan minta maaf kayak gitu sama gue," gumam Arran sedih bercampur marah.

"Sekarang, lo bisa enggak datang ke sini?"

"Gue kangen sama lo, gue pengen ketemu lo, Arran. Gue pengen lo peluk gue sekarang di sini. Gue pengen liat wajah lo ... buat yang terakhir kalinya."

Mendengar kalimat itu, Arran semakin marah hingga memukul meja dengan emosi. Gerakan tangan Arran itu turut membuat kotak berwarna cokelat di sana jatuh ke lantai hingga isinya berhamburan. Ada banyak sekali foto dan benda-benda tidak asing baginya, tapi Arran mengabaikan itu semua. Ia mulai menunduk, memijat kepalanya yang terasa pening. Arran menyesali apa yang sudah ia lakukan. Harusnya malam itu Arran datang, harusnya malam itu Arran memaafkannya, dan seharusnya malam itu ia ada di sana bersamanya.

Ada jeda waktu beberapa jam sebelum voice notes berikutnya dikirim pada Arran malam itu. Dengan perasaan tidak keruan, Arran kembali menekan icon play.

"Gue udah nunggu lo, tapi lo enggak dateng-dateng."

"Enggak apa-apa. Gue ngerti kok, Ar."

"Gue minta maaf," ujar Arran penuh sesal. "Gue minta maaf, Ra. Gue minta maaf karena enggak ada di sana malam itu. Gue minta maaf karena enggak ada di samping lo saat lo butuh gue. Gue yang salah, bukan lo. Gue yang harusnya ngemis maaf, bukan lo, Ra."

"Selamat tinggal Arran," ucapnya diiringi sebuah isakan tangis, hati Arran ikut miris mendengarnya. Ia bahkan tidak bisa membayangan apa terjadi setelahnya. Terlalu mengerikan dan terlalu menyakitkan. Membuatnya didera perasaan menyesal dan rasa bersalah yang berlebihan.

Ada satu voice notes terakhir yang dikirimkan pada Arran setelah kalimat itu. Arran mengetukkan lagi jarinya pada layar ponsel untuk menekan icon play di voice notes itu.

"Soal cewek itu ... cewek yang lo cari selama ini, gue sebenarnya tahu. Ma-maaf ... selama ini gue bohong sama lo, nama cewek itu ... Valletta Aylin, Ar. Dia—"

Cukup sudah. Arran menggenggam erat ponselnya lalu membanting benda itu ke dinding hingga hancur

Arran mengusap rambutnya ke belakang dengan kasar lalu meremasnya sesaat. Ia mendongak, menatap ke langit-langit kamarnya. Punggungnya ia sandarkan ke sandaran kursi. Arran mencoba mengatur napasnya yang memburu, ia mulai memejamkan kedua matanya.

Sosok itu kini terbayang di benaknya. Dengan perlahan berbagai kenangan tentang sosok itu bermunculan juga di sana. Arran semakin dibuat merasa bersalah. Dengan perlahan Arran membuka matanya lalu menegakkan lagi kepalanya, sorot matanya kembali menatap pada sosok cewek di foto itu dengan tatapan sendu.

"Maafin gue, Ra."

• • •

Hai!

Gue bawa cerita baru. Mainstream sih idenya, tapi ... suka-suka gue lah ya 😃 ini baru prolog. Jangan pusing dulu.

SELAMAT DATANG
DAN
SELAMAT MEMBACA!!

BAD GAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang