• 03 •

78.2K 5.7K 354
                                    

#03 — Mysterious Girl

• • •

Pulang sekolah, Valletta langsung melempar tasnya ke sembarang arah lalu menjatuhkan dirinya yang masih berseragam lengkap ke tempat tidur. Membuat Bubble—kucing Valletta—mengengong dengan nyaring karena tertindih badan Valletta.

"Bubble jangan di situ dong ah," keluh Valletta karena kaget dengan ngeongan kucing berbulu putih itu. Dengan cepat, kucing itu melompat turun dari tempat tidur dan mulai mencari posisi nyaman untuk kembali tidur di karpet berbulu.

Sambil menutup kedua matanya dengan lengan, Valletta kembali mengingat kejadian di atap tadi. Ia menyesal dan mulai merutuki diri sendiri karena dengan mudahnya membiarkan Nata memeluknya.

Harusnya, Valletta mendorong cowok itu, menendang, atau meninjunya habis-habisan. Memang seharusnya Valletta tidak selemah itu jika berhadapan dengan Nata. Bodohnya, ia justru malah menangis. Menunjukkan pada Nata bahwa ia lemah.

Mengembuskan napas lelah, Valletta bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk. Ia membuka seragamnya hingga menyisakan tank top putih dan melemparkan seragam atasnya itu dengan mudah ke dalam keranjang baju kotor.

"Ini nih malesnya sekolah di Adidarma. Kalau bukan karena gue juga penasaran sama kasus Nerra, ogah gue dipindahin ke sana," gumam Valletta kesal sambil meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi chat dan membuka ruang obrolannya bersama seseorang bernama Nerra Anjani.

Bubble chat itu tidak pernah bertambah lagi semenjak dua bulan yang lalu. Pesan terakhir yang dikirimkan Nerra hanya memberi tahu Valletta bahwa cewek itu baik-baik saja.

Dengan cepat, perasaan Valletta berubah menjadi kelam. Sorot matanya kini sendu, air mukanya menunjukkan kesedihannya. Bubble bangun dari tidurnya di karpet dan naik ke pangkuan Valletta. Sebelum berakhir tidur di pangkuan Valletta, kucing itu sempat mengeong menatap majikannya seolah mengerti kesedihannya.

"Gue masih penasaran, Ra. Kenapa lo milih pergi gitu aja. Lo selalu nunjukkin diri lo baik-baik aja, lo enggak pernah cerita sama gue kalau lo ada masalah. Lo selalu cerita sama gue soal banyak hal menyenangkan yang terjadi di hidup lo. Terus kenapa? Kalau hidup lo sebahagia itu, kenapa lo justru pergi dengan cara kayak gitu. Semuanya abu-abu buat gue, Ra. Lo sebenarnya kenapa?"

Valletta mengucapkan kalimat itu sambil memandangi chat room-nya bersama seseorang bernama Nerra Anjani. Jari tangan Valletta men-scroll layar ponselnya ke atas lalu ke bawah, membaca ulang chat-nya bersama Nerra. Tujuh puluh persen obrolan itu hanya berisi tentang cowok yang ditonjoknya tadi di sekolah. Arran Iskandar Aldrich, siapa lagi?

Valletta sudah mengetahui cowok itu sejak bertahun-tahun lalu dari cerita Nerra. Arran yang begini, Arran yang begitu. Nerra selalu bercerita padanya tentang banyak hal. Tentu saja Arran dan segala hal berkaitan dengan cowok itulah yang selalu menjadi topik utama obrolan Nerra. Arran dan segala hal positif dari cowok itu. Namun, menjelang kepergian Nerra, isi chat tentang Arran berubah.

Tidak lagi ada cerita-cerita romantis tentang Nerra dan Arran. Tidak lagi ada hal-hal yang dipamerkan Nerra padanya. Saat itu, Valletta hanya menduga bahwa mereka sedang ada masalah.

Nerra Anjani

lo putus apa gimana sih?

Enggak Ay

ah pusing gue sama hubungan percintaan lo

Sama gue juga :(
Cape aja rasanya
Arran berengsek
Lo mau tahu gaaa?
Hari ini dia matahin hati gue lagi
Iya gue tahu dia jahat Ay berengsek
Tapi seberapa keras usaha gue buat benci sama dia gue selalu gagal

BAD GAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang