#33 — Kotak dari Nerra
• • •
Valletta dibuat mengaduh kala buku yang ia ambil di rak paling tinggi itu malah terjatuh dan mengenai kepalanya.
Bunyi berdebum yang cukup keras di lantai perpustakaan yang diakibatkannya membuat seseorang yang sedari tadi fokus membaca di sana terganggu hingga mendecak kesal.
Baru saja Valletta berniat memungut buku yang terjatuh itu, seseorang melangkah melewatinya sambil menginjak buku yang hendak ia ambil.
Sambil membungkuk, Valletta mendongakan kepala untuk melihat siapa pelakunya. Tanpa rasa bersalah, Aldo pergi begitu saja setelah menginjak buku dan melirik tidak senang pada Valletta.
Dia kenapa sih sebenernya? batin Valletta kesal karena tingkah Aldo yang seperti itu.
Dengan cepat Valletta menggambil buku yang terjatuh tadi dan menyelesaikan transaksi peminjaman—tidak lupa membersihkan bekas tapak kaki Aldo. Ia pun langsung mengejar Aldo yang sudah keluar dari perpustakaan.
"Aldo," panggil Valletta sambil mengekori Aldo di koridor.
Cowok itu tidak menoleh, ia terus berjalan dan mengabaikan Valletta. Kesal dengan sikap Aldo, Valletta langsung menarik bagian belakang seragam cowok itu.
Aldo tersentak kaget dengan tindakan Valletta, dengan cepat ia berbalik dan refleks mendorong Valletta hingga cewek itu mundur nyaris jatuh.
"Ngapain lo?!" sentak Aldo dengan tampang tidak senang.
"Sumpah, masalah lo tuh apa sih sebernya sama gue?" tanya Valletta heran sambil melangkah mendekat. "Gue ngerasa enggak pernah ngelakuin hal jahat atau apa-apa sama lo, tapi kenapa sih sikap lo gitu banget sama gue?"
Aldo memandang Valletta tidak suka. Ia mundur dan memberikan jarak antara dirinya dan Valletta.
"Sikap gue gini sama semua orang. Lo jangan merasa special," jawabnya dingin.
Sial, ni cowok beneran ngeselin. Sekarang gue paham sendiri kenapa Arran bawaannya mau cari ribut mulu sama dia, batin Valletta dongkol.
Meskipun jengkel setengah mati, Valletta malah menyunggingkan senyum tipis pada Aldo.
"Bukannya lo harus perlakuin gue dengan sedikit special? Gue udah pernah nolong lo dari Arran, harusnya sih lo tahu terima kasih. Gue biasanya enggak pamrih sih kalau nolongin orang, cuma kok kayaknya lo lupa deh sama jasa gue yang itu. Sikap lo tuh enggak ada baik-baiknya sama gue, malah keliatannya lo kayak enggak suka banget sama gue."
Masih dengan tatapan tidak sukanya, Aldo menjawab, "Gue enggak pernah minta lo tolong. Gue juga enggak butuh pertolongan dari lo. Ngarep gue terima kasih sama lo? Enggak akan pernah. Karena gue enggak pernah ngerasa ditolong sama cewek kayak lo."
"Apa maksud lo cewek kayak gue?" tanya Valletta bingung.
Ia benar-benar tidak mengerti dan semakin jengkel saja pada Aldo. Padahal, ia tidak pernah melakukan hal jahat pada Aldo, tapi cowok itu selalu memberikan tatapan tidak senang dan bersikap teramat antipati terhadapnya. Jujur saja, itu membuat Valletta tidak nyaman. Selama ini ia selalu mendiamkan saja, tapi lama-lama risi juga.
Belum Aldo membuka mulut untuk menyahuti, seseorang dari arah belakangnya memangil Valletta dengan sangat heboh.
"Oy, Letta!"
Valletta menoleh. Itu Agra. Cowok itu menyunggingkan senyum lebar pada Valletta dari ujung koridor. Ben dan Nata juga ada di sana. Jelas, Valletta bingung dan bertanya-tanya mengapa Agra memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD GAMES
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Rencana Valletta untuk hidup damai di sekolah barunya hancur berantakan. Semua bermula ketika Valletta melayangkan tinjunya pada cowok paling dipuja dan berkuasa di SMA Adidarma. Tidak cukup hanya denga...