UAS

3.4K 280 53
                                    

"Wa, dengerin gue!"

"Shut up, Bagas!"

Nashwa menepis kasar tangan Bagas. Beberapa hari ke belakang, ia diberi tugas ganda di kelas. Pertama, mengawasi Bagas, kedua (tanpa diketahui oleh sahabat-sahabatnya) ia dijadikan sasaran lelaki itu untuk menjelaskan semuanya.

"Ada yang harus banget gue ceritain, bukan hanya tentang Charisa. Tapi tentang kalian,"

Nashwa yang sedang membereskan tasnya mematung, ia menutup mata perlahan. Selama sepuluh tahun bersama, tak pernah ada masalah yang benar-benar masalah bagi mereka. Meski ada beberapa kejadian tak mengenakan juga.

*
"Pokoknya gue mau ke time zone!" Charisa memberenggut. Saat itu mereka masih SMP dan sedang jalan-jalan di mall.

"Cha, lo jangan kaya anak kecil dong!" Bentak Friden tak sengaja, Deven yang merasa tak enak sahabatnya dibentak oleh cowok lain menyenggol lengan Friden.

"Lo jangan kasar bro kalo sama cewe!"

Dan mereka pulang sendiri-sendiri. Diam-diaman selama satu minggu, tapi akhirnya kembali bersama setelah Joa menangis karena orang tuanya berantem.
*
"Raisya lo bisa diem gak?" Joa kehilangan kesabaran karena Raisya tak kunjung diam padahal mereka sedang mengisi latihan ulangan online.

"Kok lo sensi sih, Jo?" Tanya Raisya tak suka. Biasanya Joa malah membela dirinya, tapi sekarang malah marah-marah.

"Gue pusing banget malem kemarin gak bisa tidur, gue cape tau gak sih? Lo jangan nambah beban! Selama ini lo gak pernah ngerti apa yang pikirin!"

"So? Terus semua salah gue?"

"Syaaa!" Anneth memperingati agar mereka tak memperburuk suasana.

"Apa Neth? Mau salahin gue juga?!"

"Raisyaa!" Bentak Deven halus, tak suka ada seseorang yang berkata kasar pada Anneth. Jika pada klausa Joa atau Nashwa yang dimarahi, ia tak terlalu peduli sebab kedua cewek itu punya tameng sendiri dalam hatinya. Meski pun keduanya sama sama sensitif.

Mereka akhirnya marahan juga selama beberapa hari, tapi baikan karena sudah waktunya libur panjang. Dan dengan siapa lagi bermain kalau bukan dengan sahabat sendiri? Mereka pun baikan dan memutuskan berlibur dengan mendaki gunung. Meski pun harus berhenti di tengah jalan karena para cewek kehabisan tenaga.
*
Nashwa tersenyum miris mengingat semuanya. Sekarang apalagi yang harus mereka hadapi?

"Bella,"

Nashwa terkesiap dan refleks membalikkan badan.

"Dia jadiin gue alat. Dia suka sama Deven."

Nashwa tertawa sinis, setelah mengambil tasnya, ia berjalan berhadapan dengan Bagas.

"Kita udah tau, dan kita gak mau bahas ini. Semuanya udah jelas."

"Gak Wa gak semudah itu," Bagas menggeleng, "Bella itu gak mudah dibuat nyerah. Dia gak licik, tapi dia jahat. Hatinya busuk!"

"Terus kenapa lo mau sama dia?"

"Gue mau lindungin Charisa,"

Nashwa terdiam, untuk beberapa saat, dia bisa melihat kejujuran dari mata Bagas.

"Lo bisa jelasin semuanya ke gue. Lima menit."

***

"Oke," Raisya menjentikkan jari, "menurut gue Bagas jujur, sih."

Semua sahabatnya mengangguk, termasuk Charisa. Agenda belajar bersama berubah jadi agenda gosip. Rumah Anneth sudah seperti kapal pecah. Untung Mami sudah paham betul kelakuan himpunan monster makanan ini.

Pelangi Berjubah Hujan [T A M A T]Where stories live. Discover now