2. Menikah Juga

4K 483 47
                                    

"Bu, tunggu!" Aku menyela dengan nada sedikit tinggi. "Saya bukan calon pengantinnya. Saya tukang ojol yang mau mengantarkan pesanan Ibu. Ini bunganya." Kutunjukkan bunga mawar biru pesanannya.

Bu Wiratama mengembus napas. Dari kedua ujung bibirnya yang diturunkan, sepertinya dia marah. Dia lalu melihat Lincess dengan pandangan kecewa. "Kamu ini, Ncess."

"Maaf, Bu." Lincess hanya menunduk menanggapi kekecewaan Bu Wiratama.

Bu Wiratama kemudian mengalihkan pandangannya kepadaku. Sedikit ngeri sih tatapan matanya, tapi aku harus berani menghadapi demi terselesaikannya pekerjaanku.

"Berapa harga bunganya? Saya lupa," tanya Bu Wiratama.

Aku mengecek dan memastikan harga bunga itu dari ponselku. "Satu juta dua ratus dua puluh satu ribu plus ongkir."

Eh, kenapa dia?! Tiba-tiba Bu Wiratama menyambar buket bunga dari tanganku, lalu menjejalkan ke tempat sampah yang ada di samping pintu. Tindakannya membuatku tercengang selama beberapa saat. Sumpah, jantungku nyaris copot dibuatnya. Tidak hanya itu, aku juga panik. Bagaimana kalau setelah ini dia nggak mau bayar? Apa yang harus aku katakan pada Febby? Sial, Ibu-ibu ini bakalan merepotkanku.

"Kenapa bunganya dibuang, Bu? Ibu belum membayar—"

"Saya akan membayar dua puluh kali lipat jika kamu mau jadi pengantin dan bersanding di pelaminan dengan anak saya hari ini, di sini," potongnya membuatku terkejut untuk kedua kalinya.

Apa?! Ibu ini kayaknya "sakit" deh. Gila aja kalau aku harus jadi pengantin dadakan. Cuma dibayar 20 kali dari harga kembang lagi. Yang lebih parah, aku tidak tahu harus menikah dengan siapa. Hih, ogah!

"Bu Mira, saya sudah menghubungi agensi model untuk mengirimkan salah satu model mereka ke sini. Saya rasa anak ini tidak cocok—"

"Kita tidak punya waktu, Ncess." Bu Wiratama yang dipanggil Lincess dengan nama depannya memangkas ucapan Lincess dengan geram. "Anak ini saja. Cepat dandani dia."

"Tapi, Bu. Saya tidak mau jadi pengantin. Memang pengantin wanitanya ke mana? Kenapa saya yang harus menggantikannya?" Aku kekeh menolak tawaran Bu Wiratama.

"Berapa banyak uang yang kamu mau untuk menjadi pengantin sehari?" tantang Bu Wiratama tanpa menjawab pertanyaanku. "Asal kamu tahu, kamu itu cuma jadi pengantin di sini. Setelah acara selesai, selesai juga tugas kamu. Mau nyari ke mana duit sebesar dua puluh empat juta empat ratus empat puluh dua ribu rupiah dalam sehari?" lanjutnya.

"Saya tetap nggak mau, Bu," tolakku. Memang jadi sebuah dilema untukku. Jika dia membatalkan pesanannya, peformaku dalam kemitraan tidak terpengaruh. Namun, aku harus mengganti rugi kepada Febby karena bunganya sudah rusak. Duit dari mana? Dan jika aku sendiri yang membatalkan pesanan, maka aku akan kena sanksi dari perusahaan. Ibu satu ini memang tidak waras.

Kualihkan pandanganku ke arah pintu untuk menghindari tatapan penuh intimidasi Bu Wiratama. Tiba-tiba saja seorang pria baya bersetelan jas hitam membuka pintu dan masuk. Dia berjalan ke arah kami dan mengakhiri langkah di samping Bu Wiratama. "Ada apa ribut-ribut?"

"Dia tidak mau menggantikan Willow. Mama rasa tawaran Mama kurang menggoda," jelas Bu Wiratama kepada pria itu.

Itu sih bukan tawaran, tapi paksaan. Bisa-bisanya dia bilang cuma tawaran.

"Berapa yang Mama tawarkan?" tanya pria itu.

Bu Wiratama melirikku lalu menjawab pertanyaan pria yang kurasa adalah suaminya. "Dua puluh empat juta."

Pria tua yang masih kelihatan gagah itu memandang ke arahku. Ups, tatapannya mencurigakan. Mau ngomong apa ya dia?

"Saya Surya Wiratama, suaminya Bu Mira. Saya akan tranfer seratus juta sekarang dan tidak ada penawaran lagi. Oke? Deal?"

Terpaksa Menikahi Driver Ojol (Cinta di Ujung Rindu)Where stories live. Discover now