3. Menang Banyak

3.4K 377 34
                                    

Selamat membaca.

======

"Hei, kamu kalau ngomong jangan sembarangan ya," sergah Aric, "asal kamu tahu kalau mama saya tidak memaksa melakukan ini, males banget saya berhubungan dengan gadis kampungan yang nggak tahu etika kayak kamu!" kata Alaric.

"Terserah lo mau ngomong apa. Gue nggak peduli!" balasku pura-pura cuek, padahal di dalam diri ini dorongan untuk mengucir bibir Aric pake karet gelang terasa sangat kuat. Namun, bodo amatlah. Yang jelas, aku sudah dapat uang yang banyak yang bisa digunakan untuk membantu Enyak dan menabung. Adu argumenku bersama cowok jutek ini pun dipaksa berakhir saat kulihat Pak Surya mendatangi kami dan duduk di samping Aric.

"Aric, ini. Jangan sampai salah ucap. Jangan bikin malu." Kulihat Pak Surya memberikan catatan kecil pada Alaric dan reaksi Aric kemudian hanya mengangguk.

Sementara itu, aku mulai merasa sedikit gugup. Masalahnya orang-orang disekitar kami saling berbisik. Yang aku dengar mereka membicarakan tentang pengantin perempuan. Beberapa diantaranya malah menunjukkan reaksi nyata dengan menatapku heran. Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan pernikahan Aric yang sebenarnya. Aku baru berada disini beberapa menit yang lalu. Sekarang, aku sudah duduk berdampingan dengan tokoh utama pria dalam drama ini sebagai pengantin perempuan.

"Sudah bisa dimulai?" tanya penghulu yang sudah duduk di hadapan aku dan Aric.

Aku hanya mengikuti gerakan Aric, mengangguk mengiakan, untuk merespons pertanyaan penghulu.

"Karena ayah pengantin perempuan masih berada di luar negeri, maka wali nikahnya wali hakim," katanya lagi mengumumkan.

Ayahku berada diluar negeri? Oh, sungguh cerita yang menarik. Dasar orang kaya. Hidup mereka penuh dengan drama. Hanya karena tidak mau kehilangan muka di depan kolega, mereka rela membayar tukang ojol untuk menjadi pengantin pura-pura dengan bayaran mahal. Tidak lama kemudian, akad nikah pun akhirnya dilaksanakan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Deandra Safitri binti Dharmawan Sanjaya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan satu set perhiasan emas dan berlian."

Seperangkat alat salat, emas, dan berlian?! Wow! Eh, tapi ini kan pernikahan pura-pura, hanya gimmick belaka. Namun, aku sempat terperangah saat Aric berhasil dengan lancar menyebut namaku dan ayahku. Dari mana dia tahu nama ayahku? Aku kan belum bilang ke Pak Surya dan Bu Mira.

"Sah? Sah?" tanya penghulu itu dengan suara kencang meskipun sudah dibantu dengan pengeras suara.

"Sah!" teriak gembira para saksi.

Alhamdulillah, akhirnya beres juga acara ini. Aku bisa cepat pulang dan memberikan uang yang diberikan Bu Mira kepada ibuku. Aku bangkit dari dudukku, tapi Lincess yang berdiri di belakang kursiku menahan pundakku. Secara otomatis aku menoleh ke belakang ke arahnya.

"Mau ke mana kamu?" tanyanya pelan tapi cukup mengintimidasi. "Masih ada acara sungkeman."

"Apa? Masih ada lagi?"

"Udah. Ikutin aja," desak Lincess.

Huft! Akhirnya aku mengikuti semua prosesi acara pernikahan ini. Niat pulang cepet jadi gatot, gagal total sodara-sodara!

Setelah acara sungkeman dan lain-lainnya selesai, aku dan Aric kembali dipersilakan duduk. Kali ini duduk di kursi pelaminan untuk berfoto bersama. Duh, ngapain sih ada acara beginian segala? Nggak penting banget. Namun, akhirnya kuturuti semua yang diinginkan bos baruku, Bu Mira dan Pak Surya, yang sudah membayarku. Tanpa sengaja, dalam sesi pemotretan, aku melirik jam dinding besar dan antik yang menggantung di dinding belakang ruangan ini. Eh, busyet! Jam 12? Wah, Enyak bisa didemo emak-emak sekampung nih gara-gara ngulek bumbu gado-gadonya lelet. Saat jam makan siang begini, biasanya warung Enyak selalu antre pembeli dan aku yang selalu membantu Enyak di sana kalau sedang tidak ada orderan ngojek. Hatiku mulai gelisah tak menentu. Kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Sial, rame banget. Bagaimana caranya bisa kabur dari sini?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Terpaksa Menikahi Driver Ojol (Cinta di Ujung Rindu)Where stories live. Discover now