15. Cemburu? Enggak!

2K 161 72
                                    


Selamat malam, DamarWulan datang membawa kebaperan tiada tara...😁😁

Cus langsung baca!

Smoga sukak..😄😄

Happy reading!

🍁🍁🍁

"Menurut Lo, siapa yang udah nyuri buku kita, Dam?"

Pertanyaan Wulan memecah keheningan panjang yang terjadi. Keduanya kini masih ada di perpustakaan melakukan hukuman dari Pak Yono.

Damar yang tengah menata buku di rak mendesah sedikit kesal. "Kalo gue tau, udah gue samperin orangnya saat ini juga. Psikopat gue rasa itu orang!"

"Mungkin! Gue enggak habis pikir aja. Kenapa dia repot-repot buang buku orang sembarang. Punya dendam sama gue atau gimana? Gue ngerasa enggak punya musuh selain lo."

Damar melirik Wulan sinis mendengar kata 'musuh' yang di sematkan untuknya yang entah kenapa membuatnya tak suka. "Jadi selama ini lo menganggap gue sebagai musuh?"

Wulan menyengitkan dahinya melihat Damar yang berubah kesal. "Lah! Emang iya 'kan? Lo itu suka nyari ribut sama gue, suka banget ngerjain gue! Terus apa dong namanya kalau bukan musuh?"

Kali ini Damar bingung sendiri. Ia juga bingung kenapa malah kesal hanya karena mendengar kata 'musuh'. Apa seburuk itu pandangan Wulan untuknya? Dan itu berhasil membuat Damar tak terima.

Damar lalu berjalan mendekati Wulan dengan tatapan yang sulit diartikan, dan itu berhasil membuat Wulan menjadi waspada. Apa lagi ketika ia melihat posisi mereka yang terlampau dekat membuat Wulan pun memundurkan langkahnya tanpa sadar.

"L-lo mau apa?" gumamnya panik sambil terus melangkah mundur karena Damar terus saja mendekatinya.

"Lo maju lagi gue tendang peliharaan lo!" ancamnya sedikit panik. Namun Damar tak menghiraukannya.

Hingga tidak lama kemudian Wulan yang terus berjalan mundur pun akhirnya menabrak sebuah rak buku di belakang tubuhnya dengan sedikit keras, dan itu berhasil membuat barisan buku-buku tebal yang berada di barisan paling atas pun berjatuhan.

Damar yang melihat itu segera menarik lengan Wulan dengan sekali tarikan sebelum buku-buku itu menimpa kepala Wulan dan mendekap kepala Wulan di dalam dadanya karena gerakan refleksnya.

Wulan terdiam karena terkejut akan kejadian yang begitu cepat itu. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, apa lagi ketika ia menyadari posisinya yang masih ada di dalam dekapan Damar, dan cowok itu belum juga melepaskannya.

Di sisi lain Damar pun masih terdiam karena terkejut. Tatapannya lalu tertuju pada buku-buku yang sudah tergeletak di lantai. Damar tidak bisa membayangkan jika buku setebal itu mengenai kepala kecil Wulan, bisa pingsan cewek ini dan dirinya juga yang akan di repotkan.

Aarrgghh!

Damar memekik keras ketika ia merasakan kakinya merasakan sakit karena di injak oleh Wulan dengan kerasnya. Ia pun segera melepaskan rengkuhannya.

"Wulan!" teriak Damar dengan kesalnya sambil memegangi kakinya sendiri. Meskipun kini tengah memakai sepatu tapi tetap saja rasanya ngilu.

"Jangan nyari kesempatan ya!"

"Siapa juga yang nyari kesempatan! Udah ditolongin bukannya terima kasih kek!"

"Tapi enggak usah peluk-peluk juga kan bisa!"

Damar terperangah tak percaya akan kemarahan Wulan padanya. "Eh, kalo gue tadi enggak narik yang ada lo ketiban buku segede itu, lo mau kepala lo benjol! Hah?"

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang