38. Kenangan

1.7K 131 34
                                    


Hai! Hai! DamarWulan hadir lagi di malam minggu kalian!

Semoga part ini bisa menghibur buat kalian! 😄

Kuy kasih VOTE ☆ nya dulu sebelum baca. Jangan pelit! Yang banyak! 😂

Happy reading!

🍁🍁🍁

Hari Sabtu, pukul 16.30 sore....

Di temani musik EDM yang mengalun dari ponselnya, Wulan mematut dirinya di depan cermin dengan mulutnya yang bersenandung kecil. Ia menyisir rambutnya yang sudah ia buat sedikit bergelombang di bagian bawahnya, mengoleskan lipstik berwarna natural kesukaannya agar bibirnya tak terlihat pucat.

Sesuai janji yang sudah Damar buat, Wulan mempersiapkan diri secantik mungkin, namun masih dengan make up yang setipis mungkin. Ia tidak mau terlihat buruk di hadapan Damar, apa lagi di acara nge-date pertamanya bersama cowok itu.

Nge-date? Jujur saja, Wulan masih sedikit merasa aneh jika ia mengingat statusnya yang kini sebagai kekasih Damar. Ada rasa geli dan antusias dalam dirinya. Apa lagi perlakuan manis Damar selama hubungan mereka yang baru lima hari itu. Damar semakin perhatian terhadapnya. Damar tak pernah lupa menanyakan masalahnya, dan satu hal yang selalu Damar lakukan setiap malamnya, cowok itu selalu keluar kamar lewat balkon hanya untuk menatapnya selama lima menit tanpa kata, sebelum akhirnya cowok itu mengucapkan selamat malam, dan barulah Damar akan kembali masuk ke dalam kamar untuk tidur.

Awalnya Wulan merasa aneh, tapi kini ia sudah terbiasa. Bahkan ketika entah sejak kapan panggilan mereka berubah. Dari lo dan gue, sekarang menjadi aku dan kamu. Kalau kata Damar sih biar kedengeran manis. Ada-ada saja.

Well, mungkin benar hubungannya dengan Damar masih sangat awal. Masih hangat-hangatnya. Kata orang awal hubungan memang selalu manis, tapi semakin lama akan semakin hambar. Dan Wulan percaya akan hal itu, mengingat ia pernah mengalaminya dulu bersama Revan. Tapi kali ini, Wulan harap hal itu tidak lagi terjadi.

Damar berbeda dengan Revan, cowok itu selalu bertingkah aneh. Terkadang manis, menyebalkan, posesif, tapi Damar juga selalu berhasil menghilangkan kekesalannya dengan sifat humoris dari cowok itu.

Wulan tersenyum kecil mengingatnya, sekali lagi ia menatap wajahnya di pantulan cermin.

"Perfect!" gumam Wulan puas.

Wulan mengalihkan tatapannya pada jam dinding di kamarnya. Tepat pukul lima sore. Wulan menyambar tas kecil miliknya, dan segera bergegas keluar kamar sambil mengecek ponselnya. Damar belum mengiriminya pesan, berarti ia belum terlambat.

Begitu sampai di teras rumah, tatapan Wulan lalu tertuju pada motor Damar yang sudah siap di sana. Tapi sosok Damar tak terlihat di sana.

Wulan berniat mengirim pesan, tapi satu pesan terlebih dahulu sudah masuk ke dalam ponselnya.

"Kamu tunggu sebentar di luar. Aku baru selesai mandi! Hehe!"

Wulan tercengang. Apa katanya? Baru mandi? Benar-benar!

Wulan berdecak kesal dibuatnya. Dasar! siapa yang buat janji siapa yang terlambat. Mood-nya yang sejak tadi baik kini berubah drastis, menyebalkan. Ia pun mengetikkan balasannya dengan kekesalan yang menggunung.

"Nyebelin! Awas aja kalo sampe sepuluh menit belum keluar juga! Acara batal!" balasnya, tanpa lupa Wulan menyertakan emoticon marah guna menggambarkan betapa kesalnya ia.

Sambil berjalan, Wulan mengentakkan kakinya guna meluapkan kekesalannya dan duduk di kursi. Tidak tahukah Damar, dirinya sudah begitu semangat untuk hari ini, tapi lihatlah, cowok itu malah terlambat dengan janji yang sudah Damar buat sendiri. Sepertinya Damar tengah mencari perkara dengannya.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang