41. Tulah?

1.4K 114 25
                                    

Hai! Anyoeng! DamarWulan dateng lagi di malam minggu kalian! 😄
Belum pada bosen sama mereka 'kan? 😁

Cus! Pencet vote ☆ dulu sebelum baca...

Happy reading!

🍁🍁🍁

Brak!!

Tepat setelah terdengar suara benda terjatuh tepat di sampingnya, Wulan masih mencerna apa yang terjadi. Apa lagi kini Damar masih saja terdiam, dengan posisi cowok itu yang masih memeluknya erat. Yang Wulan tahu, dirinya baru saja lolos dari sesuatu yang berbahaya.

"Damar," gumam Wulan ketakutan. Mencengkeram seragam olahraga Damar erat-erat.

Tidak lama kemudian, Damar melepaskan pelukannya. Ia menoleh ke samping, dan menemukan sebuah pot keramik yang sudah hancur berantakan tepat di samping dirinya dan Wulan. Damar kembali memusatkan perhatiannya pada Wulan yang masih terlihat sangat syok.

"Kamu enggak apa-apa 'kan? Ada yang sakit?" tanya Damar beruntun.

Wulan hanya menggelengkan kepalanya, dengan air mata yang mulai merembes perlahan.

Damar yang melihat itu pun menangkup wajah Wulan, dan mengusapnya guna menenangkan kekasihnya.

"Ssth! Udah jangan takut. Semuanya udah aman," gumam Damar mengusap rambut Wulan.

Bohong jika Damar mengatakan dirinya tidak merasakan apa yang Wulan rasakan. Takut, Damar sangat ketakutan. Satu detik saja dirinya terlambat, dirinya tidak tahu apa yang akan terjadi pada Wulannya.

"Kalian enggak apa-apa!"

Damar menoleh, menemukan Bayu dan teman-temannya sudah mulai berkerumun dengan wajah-wajah khawatirnya.

"Wulan enggak apa-apa 'kan?" Kali ini Uun lah yang bertanya dengan panik. Ia sudah berjongkok di samping Wulan yang masih terdiam, dengan tubuh yang gemetar.

"Kita baik-baik aja. Bay, lo ke atap sekarang. Gue sempet liat orang yang sengaja jatuhin pot itu. Gue enggak mau tau, siapa pun pelakunya lo seret ke hadapan gue!"

"Lo yakin?"

Damar menganggukkan kepalanya yang membuat Bayu langsung berlari meninggalkan tempat itu. Damar berharap si pelaku masih ada di sana, dan siapa pun pelakunya Damar bersumpah tidak akan pernah memaafkannya.

Damar lalu terdiam, menatap Wulan yang masih terlihat ketakutan dalam pelukan Uun. Damar mengusap wajahnya frustrasi. Damar menduga, kejadian ini pasti ada hubungannya dengan surat peringatan itu.

"Ada apaan rame-rame?"

Terlihat Pipit dan Kean yang baru saja datang dengan wajah bingungnya.

"Pit! Wulan kita hampir aja celaka! Ada yang sengaja mau jatuhin Wulan pake pot dari atap!" tutur Uun yang masih panik sendiri.

Pipit yang mendengar itu pun tersentak, ia segera menghambur di samping Wulan dan menanyakan bagaimana keadaan sahabatnya itu dengan panik. Pipit memberikan sebotol air minum yang sempat ia beli di kantin.

Kean yang turut mendengar pun tak kalah terkejutnya. Ia memperhatikan pot yang sudah hancur berantakan. Tatapannya lalu beralih pada Damar yang hanya terdiam terlihat syok.

"Kalian enggak luka 'kan?" tanya Kean pada Damar, yang membuat Damar tersentak dari lamunannya.

"Enggak, Bang! Tapi hampir."

"Lo yakin pot itu jatuh karena disengaja?"

"Gue yakin banget, Bang. Di depan mata gue, orang itu sengaja jatuhin pot tepat di atas kepala Wulan," tutur Damar dengan geramnya.

DamarWulan (Completed✔)Where stories live. Discover now