A Summerful of Honesty (3)

289 45 8
                                    

Sebelumnya: Permainan kecil mengungkap kebenaran tentang diri dijadikan Jaehyun dan Yuna permainan hukuman agar mereka berlima belas bisa lebih saling mengenal. Namun, rahasia besar Jaehyun masih menunggu gilirannya untuk mengemuka ....

***

"Tidak baik tidur dengan musik masih menyala. Yuna yang bilang."

"Begitukah?" Mengapa suaraku gemetar begini?, keluh Jaehyun di balik senyumnya yang tersinari separuh oleh Bulan. "Sepertinya aku ketiduran. Terima kasih sudah mengingatkanku."

Tanpa menanggapi, Jungkook mengembalikan sebelah earpiece Jaehyun dan menggelosor lagi ke kasur kapuk di lantai, berimpit dengan tempat tidur utama. Berdasarkan undian, ia dan Jaehyun memang tidur di bawah, sementara Seokmin dan Sicheng menempati kasur atas.

Niat Jungkook menamatkan satu seri urung terlaksana begitu Jaehyun melangkah lesu ke kasur mereka. Jungkook membereskan komik-komik yang berserakan di atas seprai ke atas nakas, lalu bergeser untuk memberi Jaehyun ruang berbaring.

"Kalian juga sebaiknya tidur," tegur Jungkook, menatap Seokmin. "Kau besok pagi kan harus masak nasi."

Tidak ada pembagian kerja yang jelas untuk itu; Jungkook menetapkannya sendiri berhubung ia melihat Seokmin masak nasi saat makan siang.

"Tidak apa-apa jika kalian mau belajar lagi. Aku dan Jungkook akan tidur duluan. Jangan sungkan-sungkan pakai kasur yang atas walaupun aku di sini." Celah mata Jaehyun telah disempitkan kantuk. "Kau juga tidak harus masak nasi, Seokmin-ah. Jeon Jungkook, kau tuh yang harus coba masak nasi sesekali."

Yang diajak bicara sudah menutup mata.

Malah tidur duluan. Dasar bocah.

"Sebaiknya, kami sudahi juga belajarnya." Sicheng dengan pengertian menutup buku saat Jaehyun meletakkan kepala di atas bantal. "Kalau kami teruskan, malah mengganggu kalian berdua nanti."

Usai merapikan buku-buku latihan ke pinggir meja, Seokmin melepaskan kacamata dan meletakkannya di atas tumpukan itu, bersanding dengan kotak pensilnya. Ia menyusul Sicheng naik ke kasur. Memastikan semua sahabatnya benar-benar ingin tidur, Jaehyun lantas mengucapkan selamat malam dan membalikkan punggung.

Namun, sedikit demi sedikit, ingatan yang tidak menyenangkan dari vila musim panas ini menimbulkan nyeri tumpul di dada Jaehyun. Kegelapan di balik kelopak matanya mulai membentuk potongan-potongan adegan mengerikan yang selama ini berhibernasi. Kaki tergantung. Pertengkaran di kamar utama. Suara gadis kecil. Foto-foto terakhir. Kapsul waktu. Takut mengganggu Jungkook yang sudah mendengkur halus, Jaehyun—yang belum terlelap—kaku di atas tempat tidur. Ia butuh earphone untuk membungkam kilas balik dalam otaknya, tetapi baik benda itu maupun ponselnya terlalu jauh dari jangkauan ....

Mengundang teman-temannya untuk sebuah libur musim panas di vila ini sungguh sebuah keputusan yang keliru.

Sementara itu, di ranjang atas, Seokmin juga tidak bisa menyeberang ke alam mimpi. Maniknya enggan memejam, tubuhnya pun tidak ingin beristirahat. Berbaring miring, Jaehyun ada di ujung penglihatannya. Janji Seokmin pada Chaeyeon demi memperoleh dukungan gadis itu dalam 'pemberontakan' terngiang kembali.

Tapi, bagaimana aku harus mengembalikan hubungan mereka seperti dulu?

Tidurnya Jaehyun lama-lama tampak tidak natural. Ketika Jungkook dan Sicheng sudah berguling beberapa kali, Jaehyun masih tak bergerak, maka Seokmin bergerak pelan-pelan hingga berlutut di sisi kasur kapuk. Dari sini, jelaslah bagaimana tak teraturnya dada Jaehyun mengembang, juga betapa basah kaus yang ia kenakan kendati suhu udara tidak setinggi siang-sore. Hati-hati, ia sentuh telapak kiri Jaehyun. Baik yang disentuh maupun yang menyentuh sama-sama tersentak.

Rough ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang