22

298 25 4
                                    

Hari terakhir di Yogya dihabiskan di Pantai Parangtritis, pantai yang terkenal dengan ombak besarnya, juga mitos Ratu Kidulnya. Walaupun seharian gerimis, mereka tidak mengurungkan niat untuk
mengunjungi pantai. Radit yang paling antusias. Dia selalu memiliki alasan untuk melakukan sesuatu yang baru, berkunjung kepantai saat hujan.

Bella nyaris menolak mentah-mentah. Awan hitam yang menggantung dilangit Yogya bukan pertanda bagus bagi fobianya. Kalau saja Andra tidak meyakinkan Bella bahwa semua akan baik-baik saja, mungkin dia tidak ikut pergi kepantai.

"Tidak akan ada hujan yang lebat hari ini. Yakin deh."
Andra pembaca cuaca yang handal, Bella tahu itu. Akhirnya, disinilah Bella berada. Berada diantara teman-temannya, menikmati pantai dalam suasana
mendung.

Radit terlihat paling antusias. Dia menyeret Sarah dan Chintia untuk basah-basahan menyambut ombak. Mereka berkejaran diantara gulungan ombak yang menepi. Cuaca hari ini sejuk. Sinar matahari yang menyorot ke bumi terhadang gumpalan awan hitam yang menggantung diatas laut.

Viyan, Sarah dan Chintia mencoba banana booth. Mereka tertantang untuk menaiki banana booth yang dijajakan ditepi pantai. Mencoba medan berupa ombak berlekuk-lekuk sambil mengendalikan kemudi.

Angel dicegat beberapa orang yang pernah membaca profilnya dimajalah, anak-anak usia SMA. Mereka bergantian foto bersama Angel. Berlatar tebing curam diujung pantai, serta ombak besar yang bergulung-gulung ketepian.

Cara Angel menghadapi fans, kalau bisa dikatakan begitu, memang luar biasa. Walaupun kadang gadis itu sering uring-uringan tiap menghadapi hal sepele, dia bisa terus tersenyum saat menghadapi fansnya. Dari satu segi, Angel memang profesional.

"Cuma kita yang penggangguran."
Bella duduk berselonjor diatas pasir. Dia tidak peduli kalau bajunya nanti kotor. Mengamati pantai dalam suasana redup ternyata bisa membuatnya tenang, terlebih ada Andra yang juga duduk disampingnya.

"Siapa bilang kita pengangguran?" sahut Andra.
"Kita kan lagi kencan." sambung Andra kesal.
Bella menoleh, melirik Andra dengan tatapan pura-pura sebal. Sampai kapanpun, laki-laki satu itu tidak pernah bisa serius. Hari ini dia berpenampilan santai seperti biasa. Disertai kamera Nikon kesayangannya yang tergantung dileher.

Bella menatap Andra dalam diam. Fitur-fitur yang ada diwajah Andra selalu terlihat menarik dimatanya. Tegas, tapi teduh. Terlebih saat Andra membidik objek dengan angle pilihannya. Dia terlihat hidup, lebih tepatnya cool. Aura Andra bisa membuat jantung Bella berdebar cepat.

"Kok diam?"
suara Andra mengusik lamunan Bella.
Bella mengerjap. Dia baru sadar telah mengamati Andra selama itu. Ada banyak hal yang membuat Bella jatuh cinta kepada laki-laki berkulit eksotis itu.

"Ndra, kenapa kamu suka hujan?" tanya Bella polos. Andra menoleh, menjatuhkan tatapan matanya pada sepasang mata Bella. Sejenak, dia tersenyum dengan penuh pengertian. Dia tahu Bella benci hujan karena hujan selalu disertai petir. Petir selalu membuat Bella ketakutan.

"Coba ikuti apa yang kulakukan."
Andra memberi kode. Dia mengambil napas sedalam mungkin. Menghirup tiap udara segar yang ada disekelilingnya. Aroma laut yang khas, aroma rintik hujan yang menyentuh pasir dan tanah, aroma dedaunan yang basah karena terguyur rintik hujan, semua bercampur menjadi satu. Menimbulkam aroma khas yang tidak tergambarkan. Aroma khas yang hanya ada saat hari hujan.

"Kamu bisa merasakannya?" tanya Andra akhirnya. "Bau khas ini, yang hanya ada saat hujan turun". Bella mengangguk.
"Aku juga bau tanah sehabis hujan. Tapi, cuma itukah alasanmu menyukai
hujan?"

Andra menggeleng pelan. Alasannya menyukai hujan bukan itu saja. Ada hal lain yang membuatnya selalu menyukai hujan.

"Ada yang percaya bahwa didalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu sesuatu. Senandung lagu yang bisa meresonasi ingatan masa lalu. Aku percaya dengan hal itu. Tiap kali hujan turun, aku selalu teringat almarhum ibu. Bagaimana ibu selalu mendongeng saat aku kecil
dulu."
ujar Andra seperti bergumam pada dirinya sendiri.

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang