#SORE POV

31 0 0
                                    

Aku menunggu Jingga di sebuah kedai teh tak jauh dari galeri lukisan yang biasa ku kunjungi di akhir pekan. Katanya kami harus bertemu sore itu juga. Meski belum tahu pasti apa motif mengajak ku bertemu, toh nyatanya ku iyakan juga.

4.00 pm

Angka yang muncul di layar jam digital ku saat aku meliriknya sekilas karena mendengar bunyi bib-nya. Lalu mata ku beralih ke layar ponsel yang masih anteng-anteng saja, tidak ada tanda-tanda balasan dari Jingga pada pesan yang ku kirim. "Anak ini kemana sih?" Batin ku mulai tak sabar. Pasalnya aku harus menemui seseorang tiga puluh menit lagi.

Akhirnya aku berinisiatif meneleponnya. Setelah nada sambung berkali-kali ku dengar, suara Jingga pun menyahut. "Maaf, aku terlambat! Tapi ini sudah sampai di depan kedai kok. Bentar, ya. Aku masuk dulu."

Tak sepatah kata pun sempat ku ucap, panggilan itu lantas diputus. Dari kejauhan aku melihatnya memasuki kedai dengan tergopoh-gopoh.

"Brukkk!" Dia menabrak meja, memandangku, lantas menyeringai. Napasnya terengah-engah seolah baru saja keliling lapangan bola sepuluh kali.

"Kamu baru ngapain, hah?"

"Mbak, mineral dingin satu botol." Jingga mangacuhkan pertanyaan ku seketika matanya melihat pelayan kedai melintas di depan meja kami.

"Jadi......." Ku tahan rasa dongkol yang mulai mencapai level klimaksnya. "Kamu pingin kita ketemu itu karena apa, sih?"

Jingga membenarkan posisi duduknya. "Ada hal SUPER PENTING yang mau ku bahas. Oh, maaf ya telat. He heee~" Dia menyeringai lagi, memamerkan gigi putihnya yang rapi.

"Oke," aku mengedikan bahu. "Tapi kamu cuma punya waktu lima belas menit." Ku seruput matcha latte di hadapan ku yang kini sudah dingin.

"Yaaaaaaahhhhhhh~ kok cuma lima belas menit, sih!?" Protesnya tak terima.

"Lah, kan kamu yang pingin kita ketemu di kedai jam tiga. Jam T-I-G-A" aku sengaja memberi penekanan pada kata tiga, agar Jingga tahu bahwa aku memang sudah lama menunggunya di kedai itu. "Terus kalau kamu datang telat sementara aku punya agenda lain setelah ini yaaa.. sorry to say aku ngga bisa. Lagian kamu tadi susah dihubungi. Kemana aja sih?"

"Itu juga yang mau ku ceritakan ke kamu. Makasih, mbak," tiba-tiba pandangan Jingga beralih saat pelayan kedai datang membawa pesanannya. Dengan gerakan cepat tangannya membuka segel dan tutup botol, lalu meminum isinya. "Jadi ada hal penting yang harus ku beritahu pada mu."

Aku mendengar apa yang diceritakan Jingga dengan seksama. Dan janji di jam setengah lima yang seharusnya ku penuhi terpaksa ku batalkan. Ada perasaan aneh yang menjalar setelah Jingga memberitahu ku mengenai sesuatu yang tak pernah ku duga sebelumnya.

TARO - Romansa Lintas DuniaWhere stories live. Discover now