#JINGGA POV

10 0 0
                                    

Ih siapa deh ini parkir mobil sembarangan banget ngehalangin jalan keluar. Dipikir jalan punya buyutnya apa ya. Aku celingukan mencari si empunya mobil yang parkirnya menghalangi pagar pintu rumahku. Tamunya Nadya bukan ya?

Nadya yang tembok rumahnya persis di sebelah rumahku ini juga teman Sore semasa SMA. Dia teman bermainku dari dulu sejak kita bertetangga.

Aku bergegas menuju rumah Nadya yang pintu pagarnya terbuka lebar. "Naaad? Mobil siapa yah di depan rumahku? Mau keluar nih!" teriakku dari depan pintu rumahnya yang terbuka juga. "Hooiii?" Nadya keluar dengan tergesa-gesa, diikuti lelaki berkacamata di belakangnya yang juga keluar dengan terburu-buru memegang kunci mobilnya. Bagus, cepat tanggap.

"Sori Nad ganggu, aku gak bisa keluar hehe bisa majuin dikit ngga mobilnya?"

"Iya sori-sori nih ada temenku mampir, kayaknya dia salah parkir, oon emang. Sori yaa, kita uda mau berangkat kok." Nadya menyalami dan mencium pipiku.

"Iya gakpapa, yaudah makasih ya."

"Tunggu deh," lelaki yang dipanggil Yan itu kemudian menatapku dengan aneh.

"Ya?" Aku juga menatapnya aneh. Ngapain sih? Udah buru-buru juga.

"Kok kayak familiar ya. Kita pernah ketemu dimana gitu?"

"Masa?" aku menatapnya agak lama. Siapa ya? Memang tidak asing sih, sepertinya aku juga pernah melihatnya suatu kali, tapi dimana ya?

"Kamu kenal?" Nadya juga tak kalah penasarannya denganku.

"Bentar deh, kamu yang ribut di cafe kapan hari ya? Yang ada orang nyerobot antrian?" kata lelaki itu kemudian mengulurkan tangannya. Kemudian buru-buru menjelaskan, "Aku Ryan, iya aku inget banget. Kamu marahin mbak-mbak di depanku yang nyerobot antrian, hehe, makasih ya." Aku mengangguk dan menyambut uluran tangannya.

"Hahahaa.. Jingga Jingga dia marahin mbak-mbak, Yan?" Nadya tertawa mendengar penjelasan Ryan.

"Hmm iya sama-sama, aku Jingga."

"Iya Nad! Jadi aku buru-buru juga waktu itu, eh ada yg nyerobot antrian. Mau marah juga, eh keduluan Jingga hehe.." Ryan menimpali. .

"Jingga mah gitu emang suka ngegas, hahaha.." Nadya mengerling ke arahku.

"Ya gimana ga emosi lah ya. Udah yaa aku buru-buru, nice to meet you Yan, Nad aku duluan yaa!"

"Oke Gaa, ati-atii!" Nadya melambaikan tangannya dan masuk ke mobil Ryan.

"Yoii," jawabku. Aku pun segera berangkat ke cafe langgananku, sudah ada banyak artikel yang menunggu untuk diupload, masih ada waktu setengah jam untuk ngopi.

Sesampainya di cafe, ada email masuk yang membuat pagiku lebih indah hari ini. Segera kupencet tombol dial untuk menghubungi sahabatku, "Soreeee! Aku traktir hari ini makan sepuasmu di tempat biasa! Jam makan siang yah!" seruku begitu telephone diangkat.

"Critanya ntar siang aja, kutunggu yaah. Byee sukses proyeknya!"

Kututup sambungan telephone dengan Sore, kemudian kutatap lagi layar laptop yang membuatku begitu bahagia pagi ini. Baru kali ini aku menang lomba, rasanya pengin jingkrak-jingkrak tapi aku bakal dikira punya sakit jiwa kalo jejingkrakan disini.

"Tring!" tiba-tiba ada notifikasi yang muncul dari gawaiku. Aku meliriknya, siapa tahu Sore lagi kepo banget.

"Hah? Aldo? Ngapain lagi nih ulet keket?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TARO - Romansa Lintas DuniaWhere stories live. Discover now