Siangkoan Yap berdiri termenung sejenak, sampai akhirnya barulah dia bilang,
"Kalau begitu biarlah aku akan melihat perkembangannya saja setelah aku berada di lembah Pit-mo-gay, jika memang ada yang perlu di jelaskan jie-wi berdua benar adanya, maka aku malah akan meminta dan merampas Giok-sie dari tangan Mo-in-kim-kun."
"Ada yang harus kau ingat dan perhatikan, Siangkoan heng-tay. Sesungguhnya Mo-in-kim-kun bukan orang sembarangan.
"Ia memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Anak buahnyapun umumnya memiliki kepandaian yang tinggi, kukira tidak mudah heng-tay ingin meminta Giok-sie dari tangannya."
Muka Siangkoan Yap memerah, tapi tidak tersinggung, dia tertawa.
"Ya, tentu saja siauwte bukan bekerja sendiri, siauw-te hanya sekedar membantu jie-wie berdua untuk merampas Giok-sie, dan jika memang Giok-sie telah berhasil dirampas Siauwte tidak akan menginginkannya, akan menyerahkan kepada jie-wi berdua.
"Dengan demikian, tentu saja siauwte berhasil untuk bertindak dengan benar. Dan nanti setelah kembali ke gunung menemui guruku, maka siauwte akan memberikan penjelasan kepadanya!"
Ko Tie dan Giok Hoa mengangguk-angguk sambil tersenyum.
"Tapi Giok-sie itu pun bukan untuk kami," kata Giok Hoa sambil tersenyum. "Kami hanya akan merampasnya dan kelak diserahkan kepada seorang pendekar yang benar-benar sejati! Dan kami sendiri, memang hanya akan membantu untuk berjuang mengusir penjajah."
Sambil berjalan perlahan-lahan, Ko Tie menceritakan kepada Siangkoan Yap, bahwa di dalam rimba persilatan telah tersiar berita tentang Giok-sie, karena itu mereka segera datang ke Pit-mo-gay. Dan justeru berita Giok-sie yang ada di tangan Mo-in-kim-kun tersebar sangat luas serta banyak orang-orang gagah rimba persilatan yang bermaksud untuk mencari Giok-sie merampasnya dari tangan Mo-in-kim-kun, dan kemudian memiliki Giok-sie, untuk dirinya sendiri.
Bukankah ada kata-kata yang menyatakan jika seseorang berhasil memiliki Giok-sie, maka orang itu akan menjadi Kaisar, dan bisa duduk di singgasana sebagai junjungan rakyat di daratan Tiong-goan?
Siangkoan Yap menyatakan, dia baru hari ini mendengar urusan yang lebih jelas perihal Giok-sie. Gurunya memberikan gambaran yang belum begitu jelas. Dia pun bersyukur bahwa ia bertemu pasangan suami isteri ini, Ko Tie dan Giok Hoa, sehingga dia tidak salah melangkah dan berbuat.
Dan jika dia tidak mendengar keterangan itu dari Ko Tie niscaya setibanya di Pit-mo-gay ia akan menyatakan bahwa dirinya bersedia bekerja membantu Mo-in-kim-kun, berarti dia melakukan sesuatu yang tidak benar membela orang yang tidak pantas untuk dibelanya. Dan tentu diapun akan ditertawakan oleh orang-orang gagah rimba persilatan.
Ko Tie menyatakan pada Siangkoan Yap juga setibanya mereka di Pit-mo-gay, mereka harus hati-hati karena di sana berkumpul banyak sekali tokoh-tokoh rimba persilatan, yang bekerja untuk Mo-in-kim-kun. Mereka umumnya merupakan tokoh-tokoh dari kalangan sesat.
Demikianlah setelah melakukan perjalanan sekian lama, mereka tiba di kaki gunung Song-san, mereka pun mendaki dan selang setengah hari tibalah mereka di mulut lembah Pit mo-gay.
Waktu itu Giok Hoa menunjuk kepada seseorang yang tengah berlari-lari di mulut lembah itu
"Lihatlah! Seekor mahluk aneh!" Berseru Giok Hoa.
Dia menyebutnya dengan sebutan "seekor mahluk aneh" karena dilihatnya dari dalam lembah itu, berlari-lari keluar sesosok tubuh kecil, yang berpakaian seperti manusia, kanak-kanak. Tapi mukanya penuh bulu kuning, demikian pula dengan tangannya yang berbulu.
Mukanya pun tidak mirip-mirip muka manusia, melainkan muka seekor kera. Dengan bulu-bulu yang tumbuh cukup lebat berwarna kuning.
Mahluk ini juga berlari gesit sekali. Mulutnya yang lebar dan monyong itu benar-benar seperti mulut kera, hidungnya yang pesek sekali, sehingga terlihat kedua lobang hidungnya.

YOU ARE READING
Pendekar Aneh Seruling Sakti
FantasyCinkeng ini merupakan lanjutan dari "Anak Rajawali".