Jilid 121

1.5K 30 0
                                    

Karena dari itu, dia mau sekali melihat wajah apakah yang terdapat di balik kain penutup muka itu. Menyaksikan kepandaian Kim Lo yang tinggi, dia jadi semakin penasaran dan bertekad hendak bertempur dengan si Pendekar Aneh Seruling Sakti ini. Dia berulangkali menghantam dengan kedua tangannya.

Sekarang dia bukan hanya sekedar buat melepaskan penutup muka Kim Lo. Bukan sekedar untuk menjambret kain itu, karena dia telah menyerang bagian-bagian yang berbahaya di tubuh Kim Lo.

Kim Lo sendiri melihat setiap serangan yang dilakukan oleh nikouw ini memang sangat berbahaya. Kepandaiannya juga tinggi sekali.

"Aneh, entah siapa nie-kouw ini? Dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan juga iapun berulang kali mendesakku, seakan juga memang ia memiliki ganjalan denganku!"

Sambil berpikir begitu, tampak Kim Lo sudah melayani nie-kouw itu. Karena memang kepandaian Kim Lo sangat tinggi, ia bisa menghadapi dengan baik sekali.

Tapi ia bisa mengakui dengan jujur bahwa jarang ada orang yang memiliki kepandaian seperti nie-kouw itu. Lawan-lawannya yang selalu dirubuhkannya, tak seliehay nie-kouw itu, dan Kim Lo jadi hati-hati juga menghadapinya.

Pek Ie Siu-cay mengawasi jalannya pertempuran tersebut dengan mata terpentang lebar. Ia merasa kagum sekali menyaksikan pertempuran yang demikian seru, pertempuran yang sangat hebat sekali.

Ia mengakui bahwa kepandaiannya memang tinggi. Tapi dibandingkan dengan kedua orang itu, kepandaiannya masih kalah satu atau dua tingkat.

Diam-diam Pek Ie Siu-cay jadi menyesal juga bahwa ia sudah melatih keras dan semula dia menduga bahwa dirinya sudah memperoleh kepandaian yang sempurna. Siapa tahu justeru dia tidak berhasil untuk memperoleh kepandaian yang lebih tinggi dari kedua orang yang tengah bertempur.

"Untuk memperoleh kepandaian setinggi seperti mereka, aku sedikitnya harus berlatih selama sepuluh tahun lagi.......!" Pikir Pek Ie Siu-cay di dalam hatinya.

Karena dari itu, dengan tertarik sekali dia memperhatikan jalannya pertempuran tersebut. Banyak hal-hal yang diperhatikannya, terutama sekali ilmu silat kedua orang itu, buat menambah pengalamannya.

Hui-houw-to mengawasi pertempuran yang tengah berlangsung dengan seru dengan bengong. Ketika melihat Pek Ie Siu-cay pun mengawasi ke dua orang yang tengah bertempur itu dengan mata terpentang lebar-lebar, diam-diam dia jadi bersyukur juga.

Dia harus memperoleh kenyataan, bukan dirinya saja yang berkepandaian belum cukup tinggi dihina oleh Pek Ie Siu-cay. Sebab Pek Ie Siu-cay sendiri sudah terhina oleh Kim Lo, orang yang mengenakan penutup muka itu.

Hui-houw-to sendiri pun jadi heran bertambah bingung, karena hari ini ia bertemu banyak sekali orang pandai dan berkepandaian tinggi.

"Apakah orang yang mukanya ditutupi kain dan nie-kouw itu bermaksud mencari Giok-sie?" pikir Hui-houw-to.

Tengah dia berpikir begitu, terdengar bentakan Kim Lo yang berseru nyaring sekali, "Rubuh kau!" Tampak sepasang tangan Kim Lo bergantian menghantam.

Angin pukulan itu kuat sekali. Pukulan yang pertama disusul dengan pukulan yang kedua, yang jauh lebih kuat. Pukulan yang ketiga jauh lebih kuat lagi.

Itulah pukulan yang dinamakan "Selaksa kati menindih gunung" dimana nie-kouw itu tampak sibuk sekali menghadapi terjangan angin pukulan tersebut. Ia berusaha untuk menghadapi dengan kekerasan karena nie-kouw itu sudah mengempos semangatnya dia pun menangkis dengan kekerasan juga.

Karena dari itu, dia pun tidak dapat untuk membendung lebih lama ketika tiba pukulan ketujuh, yang jauh lebih kuat dari yang sebelumnya. Tubuh nie-kouw itu tergetar, kuda-kuda sepasang kakinya jadi tergetar, tubuhnya terdorong semakin jauh....... terdorong mundur? Tanpa kaki melangkah!

Pendekar Aneh Seruling SaktiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora