Tergetar hati Coa Mei Ling. Tapi, dia menggigit bibirnya, mengeraskan hatinya. Karena, dia melihat betapa anak buahnya semua tengah mengawasi dia.
"Hemm, baik! Baik! Engkau sendiri yang minta untuk mampus!" Kata Coa Mei Ling.
"Nah, kau menyeranglah!"
Si pendeta tersenyum tawar.
Melihat si pendeta tidak mau membuka serangan, malah dirinya dipersilahkan untuk menyerang, Coa Mei Ling tidak sungkan-sungkan. Segera dia mengempos semangatnya.
Dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghantam dengan tangan kanannya, mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya. Tangan kirinya telah meluncur sama hebatnya untuk menotok batok kepala si pendeta yang botak dan lonjong itu.
Tapi memang hebat pendeta Siauw-lim-sie ini. Walaupun Tang-ting Hweshio sudah terluka di dalam yang tidak ringan, setelah mengerahkan hawa murninya, dia bisa sementara waktu mengendalikan. Dan dia bisa pulih kembali kesegarannya, serta bisa menghadapi Coa Mei Ling dengan baik.
Waktu Coa Mei Ling sudah berkata dengan suara dingin: "Kau yang meminta agar aku memampusi kau dan kau jangan mempersalahkan aku jika engkau sudah dikirim ke neraka.
"Tidak Kouwnio, jika memang benar sudah tiba waktunya Pinceng terpulang tentu saja Pinceng tidak akan menyesali Kouwnio! Silahkan!"
Sambil berkata begitu, Tang-ting Hweshio sudah mengelakkan serangan Coa Mei Ling. Malah beruntun dia bergerak sebat sekali mengelakkan diri dari dua serangan ketua Hek-pek-kauw tersebut, dan dia mengayunkan kaki kanannya menendang dengan tendangan yang kuat sekali.
Coa Mie Ling merasakan betapa angin tendangan itu dahsyat sekali. Dia telah menerpah dengan tangan kanannya.
Kaki si pendeta terpukul ke samping. Tapi kaki itu seperti memiliki mata. Begitu terpah ke samping seketika telah meluncur lagi menyambar ke dada Coa Mei Ling membuat ketua Hek-pek-kauw itu kaget, tak terkira.
Cepat luar biasa tampak Tang-ting Hweshio beruntun menyerang sampai lima jurus.
Untung saja, Coa Mie Ling walaupun merasakan lweekangnya masih kalah tingkat dengan pendeta itu, dia memiliki gin-kang yang tinggi. Dengan demikian dia masih bisa bertahan diri dari serangan setiap si pendeta.
Malah diapun selalu membalas menyerang dengan hebat sekali. Serangannya selalu merupakan jurus-jurus yang bisa mematikan lawan kalau saja mengenai sasaran yang hebat.
Tang-ting Hweshio sekali ini bertempur dengan sungguh-sungguh. Sebab dia memang ingin memperlihatkan bahwa ilmu silat Siauw-lim-sie bukanlah ilmu silat sembarangan.
Bukankah si gadis tadi telah mengejeknya bahwa seorang pendeta Siauw-lim-sie telah kena dirubuhkannya? Jika si pendeta tidak membuktikan bahwa kepandaiannya menang seurat dari kepandaian ketua Hek-pek-kauw itu, niscaya nama Siauw-lim-sie akan ternoda. Karena dari itu, dia juga telah memutuskan, untuk merubuhkan Coa Mei Ling kalau saja ia menginginkannya.
Hui-houw-to sendiri berdiri dengan hati gelisah sekali. Dia melihat Tang-ting Hweshio sudah terluka akibat gempuran Coa Mei Ling, sekarang mereka bertempur lagi. Kemudian dean demikian, Hui-houw-to kuatir kalau saja kena dirubuhkan oleh ketua Hek-pek-kauw itu dan akhirnya menemui ajalnya.
Karenanya, ia mencekal golok pendeknya dengan erat. Ia sebetulnya sudah tak sabar hendak menerjang, guna membantu si pendeta.
Cuma saja, ia kuatir jika memang ia menerjang membantui si pendeta, nanti pendeta Siauw-lim-sie itu tersinggung, karena jelas itu hanya akan menjatuhkan nama baik Siauw-lim-sie.
Pemikiran seperti membuat Hui-houw-to akhirnya berdiam diri saja, ia tak meneruskan niatnya. Ia juga tidak menerjang buat membantui si pendeta.
Yang membuat Hui-houw-to jadi tercengang, walau Tang-ting Hweshio telah terluka di dalam yang tampaknya tak ringan sebab si pendeta sempat memuntahkan darah segar, tokh kenyataannya ia masih mau bergerak lincah sekali, kegesitannya tak berkurang malah lwekangnya di dalam pukulan-pukulannya mendatangkan kesiuran angin yang dahsyat.

YOU ARE READING
Pendekar Aneh Seruling Sakti
FantasyCinkeng ini merupakan lanjutan dari "Anak Rajawali".