Chap 2 ; Terikat

25.9K 564 9
                                    

; Lerai dalam Derita ;
.
.
.
.
.
.

Jezzy berbaring lemah di atas sofa, Willy menemukan Jezzy pingsan di halaman rumah temannya, langsung membawa Jezzy masuk, wajah pucat dan mata bengkak membuat Willy merasa iba.

"Kemana semua orang?" Willy melihat seisi rumah, namun tidak ada tanda-tanda ada orang.

Willy terpaksa mengambil minyak kayu putih sendiri untuk membangunkan Jezzy.
Mencari kotak P3K di sekitar dapur tidak terlalu sulit baginya. Diambilnya minyak itu dan ia segera membantu Jezzy agar cepat sadarkan diri.

"Jez, bangun," Willy menepuk pelan pipi Jezzy sambil mengarahkan minyak itu di bawah hidung wanita yang berwajah pucat pasi.

"Heem," Jezzy meringis, alisnya menyatu seperti menahan sakit.

"Kamu kenapa?" tanya Willy langsung saat Jezzy berhasil membuka matanya secara perlahan.

"Willy?" Lirih Jezzy dan mencoba untuk bangun, namun sekujur tubuhnya masih terasa sakit.

"Wil, aku mau pulang."

Willy manaikkan satu alisnya mendengar apa yang Jezzy katakan.

"Tante Rere dimana?" Jezzy meneteskan air matanya membuat Willy bingung.

"Nyonya Rere keluar kota," jawab Jezzy parau. Suasana semakin hening. Willy merasa ada yang aneh terjadi, tidak biasanya Jezzy seperti ini, ia sudah mengenal Jezzy seperti apa, umur mereka yang tidak terlalu jauh dan seringnya Willy bermain di rumah ini membuat mereka saling mengenal.

"Kamu istirahat dulu di kamar, ya?" Jezzy langsung menggeleng dan mengambil tangan Willy.

"Aku mohon, antarkan aku pulang," Jezzy memohon memegang tangan Willy, dapat di rasakan tangannya sangat dingin. Willy segera mengecek suhu tubuh Jezzy dengan telapak tangannya.

"Kamu demam, Jez. Istirahat saja, ya."
Jezzy semakin terisak dan terus menggeleng membuat Willy semakin bingung, akhirnya ia memilih kembali mengangkat Jezzy menuju kamarnya agar wanita lemah itu bisa beristirahat dengan nyaman.

"Ngapain loe disini?" Marco yang baru keluar dari kamar Jezzy sangat terkejut melihat Willy menggendong Jezzy.

"Loe ngapain keluar dari kamar Jezzy?" Jezzy memilih untuk memejamkan matanya, meskipun air matanga terus mengalir dan rasa sakit di hatinya masih terasa menusuk dan menyesakkan atas apa yang terjadi pada dirinya kemarin malam.

"Tentu saja bersenang-senang," jawabnya santai, Willy mendelik dan langsung mendorong Marco, ia menerobos masuk dan sangat terkejut saat melihat kamar Jezzy sangat berantakan, dapat ia melihat bercak darah di kasur itu. Wajah Willy seketika berubah, rahangnya mengeras.

"Jezzy, kamu istirahat dulu, ya."

Jezzy tidak menjawab dan membiarkan Willy membaringkannya dan menyelimutinya agar ia bisa merasa lebih nyaman, namun tetap saja, kamar ini mengingatkannya pada kejadian menyedihkan itu.

Willy tergesa-gesa menghampiri temannya itu, tibanya di kamar Marco, Willy tak segan-segan memukul wajah tampan temannya itu.

"Loe gila? Loe brengsek! Bajingan!" Tidak hanya satu pukulan yang didapat Marco melainkan lebih, Willy terus memukulinya tanpa ampun.

Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang