Chap 19 ; Ayah kandung

7.5K 216 5
                                    

; Lerai dalam Derita ;
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jezzy, apa kamu bisa datang lebih awal?" Jezzy mengerutkan kening mendengar Rere berujar sambil menangis.

"Ada apa?" Tanya Jezzy ragu.

"Marco terus muntah-muntah dan setiap malam terus mengigau, Jez. Marco sakit." Jezzy diam, membiarkan Rere untuk melanjutkan kata-katanya.

"Kata dokter dia sedang mengalami morningsick, Ibu enggak tahu siapa lagi yang dia hamili sekarang." Lirih di sebrang sana membuat Jezzy terkejut sekaligus lemas, kakinya tak kuat lagi menompang tubuhnya.

"Jez, dia ingin menemuimu, Ibu engga tahu kenapa dia ingin sekali menemuimu." Dada Jezzy terasa sesak, oksigen yang ada di sekitar tubuhnya terasa menipis.

Apa yang selama ini ia khawatirkan benar-benar terjadi? Bahwa janin yang ada di perutnya sekarang adalah milik Marco? Jezzy menggeleng kuat, ia menyangkal apa yang ia takutkan selama ini.

"Jez, Ibu mohon. Kamu adalah satu-satunya yang ingin Marco temui, dia juga susah sekali untuk makan, Ibu mohon, Jez. Sekali saja temui Marco sebelum Marco pergi ke luar negeri." Hati Jezzy bimbang, ia meremas ponselnya yang ada di samping telinga. Mendemgar lirihan Rere di sebrang sana membuat Jezzy tidak tega, sekaligus hatinya membenarkan bahwa anak yang ia kandung adalah milik Marco.

"Baik, Jezzy akan segera kesana." Dengan suara bergetar, Jezzy berujar lalu memutuskan panggilannya. Ia langsung terjatuh, duduk di sisi ranjang dengan perasaan berantakan, dadanya terasa sesak memikirkan jika benar bayi yang ada di dalam perutnya adalah anaknya bersama Marco.

Dengan tangan bergetar, Jezzy menghubungi suaminya, namun Willy tak kunjung memgangkatnya, berulang kali Jezzy mencoba menelpon Willy, namun sama saja sang suami tidak mengangkat panggilan darinya.

Jezzy menghela napas panjang, ia cepat-cepat bergegas menuju rumah Rere, tidak lupa juga ia terus mengubungi willy.

Setelah selesai memesan taxi, Jezzy mencoba lagi mengubungi Willy, namun hasilnya tetap sama, bahkan sampai taxi yang ia pesan datang, Willy tak kunjung mengangkat panggilannya dan itu membuat Jezzy semakin gelisah.

"Wil, angkat dong." Jezzy menggigit jempolnya, melihat keluar jendela yang menampakkan cuaca mendung tak bersahabat.

"Ada apa, Jez? Aku lagi revisi bersama dosenku." Jawab Willy langsung dengan bisikan.

Jezzy tak bisa lagi menahan air matanya, "Marcoㅡhiks."

Hening beberapa menit, Jezzy masih terisak, ia tidak bisa mengeluarkan kata-katanya, kenyataan yang tak bisa ia elak, meskipun belum ada bukti nyata bahwa anak dari janinnya sekarang adalah milik Marco, tapi Jezzy sangat yakin, bawah Marcolah yang membuatnya hamil, mengingat Marco yang pertama kali membuahinya.

"Ada apa?" Kini suara Willy tidak seperti sebelumnya, ada nada khawatir yang tersirat dari pertanyaannyan.

"Nyonya Rere menelponku barusan, dia bilangㅡhiks Marco sedang sakit danㅡhiks dan dia mengalami morningsick, aku takut apa yang aku khawatirkan selama ini benar, Wil. Aku takut jika ayah dari anak ini milik Marco." Lirih Jezzy pelan sambil terisak.

Kini kembali hening, hanya suara isakan yang keluar dari bibir Jezzy, air matanya pun tak kunjung berhenti untuk mengalir, Jezzy takut akan banyak hal.

"Kamu dimana?" Setelah begitu lama diam, Willy akhirnya kembali berujar.

"Sebentar lagi aku sampai di rumah Marco." Jawab Jezzy dan kembali melihat ke luar jendela. Ia menghapus kasar air matanya, menunggu suaminya untuk berucap kembali.

Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang