4. Only as Your Brother

1.1K 161 9
                                    

Typo? Berarti salah ketik. Kalo nggak salah ketik ya, nggak typo. #Gaje
Happy reading!!!

.

.

.

.

.

Waktu sudah menunjukan 9 malam, itu artinya waktunya untuk menutup cafe. Renjun, Nakyung, dan Chaeyoung mulai membereskan tempat  itu.

Saat ksetelah kejadian tadi, Chaeyoung datang. Ia terlambat dan tidak mengerti apapun soal hal yang terjadi. Toh, tau atau tidak Chaeyoung soal tadi paling hanya menambah keributan. Jadi, Renjun dan Nakyung memutuskan tidak memberi tau Chaeyoung.

 Setelah beres-beres, mereka ganti baju lalu pulang. Chaeyoung yang mengunci cafe. Wajar saja, orang tuanya adalah pemilik cafenya.

Chaeyoung pulang naik motor dan ia tidak langsung pulang. Jadi, Nakyung tidak jadi minta antar Chaeyoung.

Alhasil, Nakyung dan Renjun pulang bersama. Mereka pun berjalan bersama menuju halte yang lumayan jauh dari cafe itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya mereka pulang bersama. Tapi karena kejadian tadi sore, mereka jadi agak canggung. "Eung, Renjun..."

Nakyung akhirnya membuka suara, Renjun langsung menengok ke arah Nakyung. "Ya?"

"M-makasih ya..." Nakyung agak malu-malu mengatakan itu. Renjun tersenyum simpul. "No problem."

"Eung, yang tadi itu kamu kenal sama dia?"

"Hm? Yang mana?" Renjun merenyitkan dahi.

"Yang tinggi dan yang matanya lebar itu."

"Yang tinggi namanya Nakamoto Yuta, dia kakak tingkat sekaligus tetangga. Dan yang mata lebar itu Lee Minhyung, dia kakak tingkat yang sering aku ceritain."

Nakyung agak terkejut. "Keliatan kaya orang baik-baik tuh, terus dia juga anak CEO."

"Don't judge the book by it's cover," Nakyung langsung tertawa melihat wajah cemberut Renjun. Dan tiba-tiba keheningan melanda mereka lagi. Baik Renjun maupun Nakyung itu tidak suka suasana canggung seperti ini, tapi mereka sama-sama bingung apa yang ingin dibicarakan.

Tiba-tiba Renjun mengingat suatu hal, tapi ia takut Nakyung akan menjauhinya. Tapi, ia juga bingung dengan hal itu. Jadi Renjun mengumpulkan keberaniannya.

Ia menghentikan langkahnya dan membuat Nakyung menengok. "Kyung, menurut kamu 'gay' itu gimana?"

Nakyung sangat kaget mendengar pertanyaan Renjun yang tiba-tiba itu. Nakyung sama sekali tidak berkata apapun, ia terlalu kaget. Renjun yang melihat ekspresi Nakyung langsung menyimpulkan. "Yah, abaikan aja."

"K-kamu 'gay'?"

"Aku juga nggak ngerti. Tapikayanya udah sejak lama aku 'belok'. Dan..." Renjun menggantungkan kalimatnya dan menatap Nakyung. "Dan kamu boleh jijik kok," Renjun tersenyum. Nakyung tau itu hanya senyum palsu Renjun.

Nakyung perlahan mendekati Renjun dan menangkup pipi Renjun. "Njun, mungkin aku bakal bohong kalo aku bilang 'aku nggak jijik'. Tapi, aku juga ngehargain semua keputusan kamu. Aku udah nganggep kamu lebih dari temen. Jadi nggak usah kaya orang yang baru kenal gini dong! Mana Njun yang selalu ngomong blak-blakkan dan nggak perduli kata orang, hm?"

Renjun terkesiap, ia agak terkejut kalau Nakyung akan berkata seperti itu. Tapi, ini seperti perkiraan Renjun, karena Nakyung itu lebih dewasa dalam menanggapi suatu hal daripada teman-temannya yang lain. Jadi keputusannya memberi tau Nakyung tidak terlalu salah. Renjun pun tersenyum tulus pada Nakyung.

Contrast [MarkRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang