04

5.9K 617 34
                                    

happy reading!
sorry for typo(s)

.

Yoongi's POV.

Aku menata makanan yang telah kupesan beberapa saat lalu. Tentu karena tidak ada bahan makanan sedikit pun di apartemen. Bahkan aku sempat lupa jika aku memiliki apartemen ini. Untung saja sepupu perempuanku, yang dulu menghuni apartemen ini menghubungiku.

Setelah selesai menata meja makan, aku melangkah menuju kamar Jimin. Hendak mengajaknya untuk makan malam bersama. Sampai di depan pintu, aku yang mau mengetuknya tiba-tiba teringat sesuatu. Pikiranku melayang ke kejadian sore tadi. Saat Jimin tiba-tiba saja memelukku erat.

Bukankah akan canggung jika aku bertatap muka dengannya?

Ah, entahlah! Kalau tidak kupanggil, nanti Jimin kelaparan. Akhirnya aku tetap mengetuk pintu kamarnya.

Tok! Tok!

"Jimin? Kau di dalam?"

Tidak ada sahutan, apa mungkin Jimin tertidur?

Tok! Tok!

"Jimin?" panggilku, tapi tetap tidak ada jawaban. Menghela napas, aku memilih membiarkannya.

Ceklek!

"S-sunbae?"

Mendengar suara pelan itu, aku balik badan kembali. Dan mungkin itu adalah suatu kesalahan. Jimin berdiri di ambang pintu hanya memakai bathrobe. Aku mentap pemuda itu dari bawah ke atas. Sial, kenapa dia terlihat begitu sexy?! Dan apa-apaan tatapan polosnya itu?!

Ujung surai blonde-nya masih basah, menandakan jika dia baru selesai mandi. Wangi aroma mawar dicampur lily menguar dari tubuhnya. Menambah pesonanya yang begitu jelas di mataku. Entah kenapa, lelaki di depanku ini terlihat sangat menggoda.

"Sunbae, kau baik-baik saja?" aku langsung mengerjab ketika Jimin mengibaskan tangan di depan wajahku.

"Eh, i-iya, aku baik-baik saja." sial, kenapa aku jadi gugup?!

"Maaf, aku pinjam handuk ini di kamar mandi. Handukku terselip di koper, belum kusiapkan." cicitnya menunduk takut.

Aku berdehem, "tak apa, pakai saja kalau memang masih bagus."

"Terimakasih, sunbae." bisiknya.

Anak ini, berapa kali dia mengucap kata 'terimakasih' padaku hari ini?

"Berhenti berterimakasih, kau bebas lakukan apapun di sini. Sekarang kau pasti lapar bukan? Ayo, aku sudah pesan makanan tadi." ajakku.

"Baiklah, beri aku waktu untuk ganti pakaian lebih dulu." ucapnya dengan wajah sedikit merona.

"Oh, tentu saja! Aku tunggu di meja makan kalau begitu." sahutku, berjalan ke arah meja makan.

Aku menyisir rambutku ke belakang menggunakan tangan. Pikiranku masih terbayang akan Jimin dengan bathrobe itu. Entah kenapa, aku merasa ingin menyentuhnya. Dan ini sama sekali bukan diriku. Aku bahkan tidak pernah tertarik dengan hal semacam itu sebelumnya. Astaga, kenapa Jimin bisa mengubah segalanya?!

Ini belum genap 24 jam aku tinggal dengan Jimin. Ya, aku memang memutuskan untuk tinggal di sini saja. Di rumah hanya membuatku stres karena ayahku. Tapi, di sini juga tidak baik untukku. Dengan adanya Jimin di sekitarku selalu berhasil membuatku menjadi orang lain. Astaga, kurasa membawa Jimin bersamaku adalah keputusan yang salah.

Namun, aku juga tidak bisa membiarkannya sendirian. Dia terlihat begitu rapuh dan butuh perlindungan. Sosoknya yang lembut pasti mudah disakiti oleh orang lain. Suara lirihnya, seulas senyum manis, dan juga tatapan polos itu. Semakin membuatku ingin melindunginya.

sunshine ✧ yoonminМесто, где живут истории. Откройте их для себя