05

5.6K 566 44
                                    

happy reading!
sorry for typo(s)

.

Sinar mentari pagi yang menembus tirai jendela mengusik tidur Jimin. Pemuda itu mengernyit, lalu perlahan mulai membuka mata. Tampaklah dua manik hazelnya yang berbinar cantik. Sesaat dia merasa asing dengan kamar bernuansa pink pastel ini. Tapi, kemudian dia tersadar bahwa dia kini berada di apartemen Yoongi. Tiba-tiba terbesit rasa sedih di benaknya mengingat kejadian kemarin.

"Kukira semua ini hanya mimpi." gumam Jimin tersenyum miris.

Menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, Jimin bangkit berdiri. Merapikan tempat tidurnya dengan telaten. Lalu meraih handuk dan pergi ke kamar mandi. Pagi ini dia harus berangkat kuliah. Sudah cukup Jimin membolos, dia bisa ketinggalan materi.

Tak butuh waktu lama untuk Jimin mandi. Ia sudah rapi memakai kemeja soft blue dipadu celana jeans putih. Setelah meraih tasnya, Jimin keluar dari kamar.

"Apa Yoongi hyung masih tidur?" lirih Jimin pada dirinya sendiri.

Jimin menahan nafas ketika tak sengaja melewati pintu kamar Yoongi yang sedikit terbuka. Di ranjangnya, Yoongi masih terlelap dalam keadaan telanjang dada. Pria itu tidur tengkurap tanpa mengenakan selimut. Hingga Jimin dapat melihat punggung lebar Yoongi yang terekspos jelas.

Astaga, pagi-pagi penglihatanku sudah tercemar saja! Batin Jimin segera balik badan.

Jimin bingung, dia harus berbuat apa. Sebenarnya masih ada waktu 30 menit sebelum masuk kuliah. Ia ingin sekali membuatkan sarapan untuk Yoongi. Tapi, tidak ada bahan makanan sama sekali. Jika pergi kuliah tanpa pamit saja sudah membuat Jimin tak enak hati, apalagi dengan keadaan meja makan kosong.

"Hey, sedang apa?"

"Astaga Ya Tuhan!" Jimin yang terkejut reflek memegangi dadanya.

Yoongi tertawa geli melihat ekspresi kaget Jimin. "Maaf, aku tak bermaksud mengejutkan."

"Hyung, sejak kapan kau bangun? Bagaimana bisa tiba-tiba di depanku?" heran Jimin.

"Baru saja, menemukanmu di depan pintu saat aku mau keluar. Apa kau hendak berangkat kuliah?" Yoongi menatap tas Jimin.

"Eh, iya. Aku akan ketinggalan materi kalau terus membolos."

"Tapi, kau sungguh baik-baik saja? Kau bisa cuti sehari lagi."

Jimin menggeleng pelan, "tak apa, aku sudah baik-baik saja."

"Setidaknya kau harus sarapan dulu, kita akan sarapan di luar."

"Tidak perlu, aku bisa sarapan di kantin kampus nanti."

"Maaf, sayangnya aku memaksa. Tunggulah sepuluh menit, aku mandi lebih dulu." ujar Yoongi datar, lalu masuk ke dalam kamar.

Jimin menghela napas, berpikir jika Yoongi mungkin orangnya sedikit pemaksa. Akhirnya dia duduk di sofa sambil menunggu Yoongi. Dalam hati dia berdo'a semoga saja waktunya cukup untuk sarapan. Ia takut akan terlambat ke kampus. Ditatap tajam dosen saja sudah membuatnya takut, apalagi jika diomeli atau dimarahi.

•••

Jemari lentik Jimin berulang kali membalik lembaran buku di depannya. Kelasnya baru saja selesai, dan dia menyempatkan diri untuk mampir di perpustakaan. Sebenarnya dia ingin langsung pulang ke apartemen Yoongi. Tapi, dia merasa tidak nyaman jika berada di sana tanpa si pemilik apartemen.

Yoongi sempat bilang padanya tadi pagi jika pria itu ada urusan sampai sore hari. Hal itu membuat Jimin sungkan untuk pulang ke apartemen Yoongi yang dia tak tahu passwordnya. Bukankah aneh jika dia tanya passwordnya pada Yoongi? Jadi, pemuda itu memilih untuk menunggu Yoongi pulang.

sunshine ✧ yoonminWhere stories live. Discover now