Perbandingan yang tak setara

83 6 0
                                    

Disclaimer : BSD adalah milik Harukawa Sango sensei dan Kafka Asagiri sensei. Serial fate adalah milik Nasuverse dan Kinoko Nasu sensei beserta cabang-cabangnya (Lord El Melloi II case files adalah milik Sanda Makoto dan Mineji Sakamoto). Kesamaan karakter, latar, dan tempat hanyalah kebetulan semata dan untuk keperluan fanfiksi. Cerita bersifat AU (Alternate Universe). Akan dilakukan perbaikan EYD kedepannya.

.

.

It is not our differences that divide us. It is our inability to recognize, accept, and celebrate those differences - Audre Lorde

.

.

Selamat membaca!

.

.

Setelah mengetahui identitas Barbatos, Jane memutuskan untuk istirahat di rumahnya yang terletak tak jauh dari pusat kota. Semua servantnya bekerja, demi kelangsungan umat manusia. Ia bukan malas atau mengeluh, tapi ia memikirkan tentang siapa musuhnya dalam perang kali ini. Merebahkan badan ke kasur bukanlah solusi terbaik.

Ia tidak bisa tidur. Setelah mendengar ocehan El Melloi, ia terus saja terpikirkan oleh hal tersebut. Sembari ia menatap kotak yang berisikan Avalon, ia menyentuh material tersebut dan mengucapkan mantra. Perlahan-lahan benda itu merasuki tubuhnya dengan kilauan cahaya yang terlihat semu.

Bayang-bayang malam yang terasa begitu jauh terlihat dari pelupuk matanya. Sembari mengindahkan jejak-jejak kenangan yang terhempas oleh genangan waktu. Terasa dekat, namun juga jauh. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, ia memutuskan untuk berlatih sihir di ruang bawah tanah.

***

Tidak cukup... hanya segini. Aku butuh lebih, kalau tidak banyak orang yang akan menjadi korban!Ia menggigit jarinya hingga berdarah karena ketakutan yang ia miliki walau perlahan menghilang karena kekuatan Avalon. Rasa takut kehilangan karena tak bisa menyelamatkan semua orang yang sudah mendarah daging. Bagaimana kalau dirinya tak bisa menyelamatkan kota dan justru kehancuran yang ia buat? Dengan pikiran bergerombol yang berusaha menjatuhkannya, Jane akhirnya pegi keluar mencari angin segar.

Mungkin dengan berjalan-jalan sebentar pikiranku bisa lebih tenang , begitulah pikirnya sebelum bertemu Dazai di taman kota sendirian.

"Kau keluar malam? Tumben sekali," berusaha bersikap dekat, Dazai menyuruhnya duduk di kursi. Jane menganggukan kepala dan duduk disampingnya sambil memandang sejenak langit malam yang penuh bintang.

"Aku hanya sedang bosan di rumah," jawabnya singkat.

"Bosan? Seorang magus sepertimu ternyata bisa bosan dirumah. Apalagi berkutat dengan mantra dan ramuan."

"Apa kau baru saja mengejekku?"

"Ah tidak... kau benar-benar defensif seperti Jeanne. Tsundere pula,"

"Aku minta maaf bila sikapnya merepotkan kalian. Aku tekankan kalau aku ini bukan tipe orang yang seperti itu."

"Oh, ayolah, jangan bersikap terlalu formal."

"Oke. Jadi... sedang apa kau disini, Osamu-kun? Kutebak kau pasti sedang mencari wanita yang bisa kau goda untuk bunuh diri ganda."

"Jawabanmu cukup kejam, nona konglomerat. Tetapi sayang sekali salah. Aku sedang menunggumu disini."

"Memangnya kalau aku tidak datang, apakah ada masalah?"

"Mungkin. "

"Hah?"

Setitik embun dibalik saljuWhere stories live. Discover now