Pt - 14

3.2K 444 54
                                    

Yee,,  ai bek.

Hepi 1k+. Sebulannya tgl 4 besok. Satu bulan baru 1k. 🙄🙄🙄


^^


"Ini rumahmu?"

Rumah yang cukup besar terpampang jelas di depannya. Rumah dengan warna dominan putih itu semakin meyakinkan bahwa keluarga ini adalah keluarga berada.

Bolehkah Rae Na memilih pergi saja?

Melihat rumahnya saja sudah membuatnya hilang nyali. Apalagi jika dihadapkan dengan orang tua pria di sampingnya ini?

"Rumah orang tuaku."

"Sepertinya aku pulang saja."

Yoongi menatap dalam wanita di sampingnya. Di genggam tangannya. Berusaha memberi keyakinan padanya. Lalu, menariknya hingga di depan pintu. Barulah, genggamannya dilepaskan.

"Jangan takut." ucap Yoongi seraya membuka pintu besar di depannya.

Rae Na terpaku di tempat. Jujur, perasaannya tidak baik. Seolah akan terjadi hal buruk di depannya. Sekarang, dia harus bagaimana?

"Masuklah!"

Dengan tarikan napas dan sedikit keberanian yang dibangunnya, Rae Na ikut melangkah mengikuti Yoongi.

"Duduklah!"

Rumah yang besar juga luas. Mata Rae Na tak hentinya mengedar pada setiap penjuru ruangan. Bukan kagum yang dirasakannya. Justru, ketidakpercayaan diri yang semakin menguasainya.

Tengah asik meratapi dirinya sendiri, Yoongi datang bersama sang ibu. Rae Na segera berdiri dan membungkuk memberi salam.

"Silakan duduk."

"Terimakasih, nyonya."

"Jadi, siapa namamu?" tanya Nyonya Min setelah keduanya duduk.

"Rae Na, Jang Rae Na" Rae Na menjawab dengan gugup.

"Sudah lama mengenal Yoongi?"

Astaga!

Kenapa jadi seperti diinterogasi begini?

"Cukup lama."

"Yoongi belum pernah membawa gadis ke rumah sebelumnya." ucapnya yang disambut senyum oleh Rae Na.

Gadis?

Belum pernah membawa gadis. Tapi, langsung membawa janda.

Entah dia harus bangga atau sedih mendengar tutur wanita paruh baya di depannya. Haruskah dia jujur sekarang juga?

"Kau bekerja?"

"Ya, saya bekerja di salah satu butik."

"Desainer?"

"Bukan. Hanya pegawainya."

Nyonya hanya mengangguk-angguk. Membuat Rae Na semakin tidak nyaman.

"Apa pekerjaan orang tuamu?"

"Saya sudah tidak memiliki orang tua."

"Kau hidup sendiri?"

"Ti-"









"Nenek!"

Ucapannya terhenti kala mendengar teriakan anak kecil. Sontak atensi mereka teralih pada anak kecil yang baru saja masuk bersama ibunya.

"Haebin? Kebetulan kau datang. Tolong buatkan minum untuknya."

Haebin melihat orang yang dimaksud sang ibu mertua. Haebin sedikit terkejut. Yoongi sudah berani mengenalkan jandanya rupanya.

"Kau sudah lama?" Tanya Haebin.

"Lumayan."

"Baiklah. Akan ku buatkan minum dulu."

Rae Na hanya mengangguk pelan.

"Dimana Yoongi, bu?"

"Mandi."

Setelahnya, Haebin pergi ke dapur mengabaikan sang putra yang sudah berlari entah kemana.

Kini suasana semakin canggung. Keduanya hanya saling diam. Rae Na yang menahan gugupnya hanya bisa menunduk.

"Kenapa tidak minum?"

Suara Yoongi menginterupsi kedua wanita beda usia itu. Membuat yang lebih tua berdiri dari duduknya.

"Tunggulah!"

Nyonya Min pergi ke dapur. Menghampiri sang menantu yang tengah membuat minum.

"Kau mengenalnya?"

"Tidak. Aku baru melihatnya sekali di restoran Yoongi." jawab Haebin apa adanya.

"Bagaimana menurutmu?"

"Apa dia sudah bilang? Dia seorang janda, bu."

Tepat saat itu Rae Na ingin ke toilet. Sontak langkahnya terhenti dibalik lemari yang tidak jauh dari mereka kala mendengar kalimat itu.

"Kau tahu dari mana?" Nyonya Min tampak sedikit terkejut.

"Yoongi sendiri yang bilang. Bahkan anaknya sudah TK."

"Astaga! Bagaimana mungkin Yoongi memilih seorang janda? Setelah dia pulang, bantu ibu bicara pada Yoongi. Kalau masih ada gadis, suruh dia cari seorang gadis. Kenapa harus memilih janda?"

Mendengar kalimat itu, Rae Na mengurangkan niatnya ke toilet. Dia memilih kembali ke ruang tamu. Kembali duduk seolah baik-baik saja.

Tak lama, ibu dan menantu itu datang membawa nampan dan beberapa gelas minuman. Rae Na mencoba tersenyum walau perasaannya sudah buruk.

"Oh, ya. Dimana anakmu?"

Haebin, akhirnya wanita itu yang memulainya. Meski begitu, Rae Na mencoba tak gentar. Kalaupun seketika dia ditolak keluarga ini, dia terima dengan lapang dada. Rae Na sudah cukup kebal dengan hal semacam ini.

"Bersama ayahnya."








.

Tak banyak yang mereka perbincangkan. Melihat raut wajah Nyonya Min, sudah cukup meyakinkan bahwa beliau tidak menyukai wanita dengan status janda dengan satu anak ini.

Selain statusnya yang menjadi aib, keadaan ekonomi yang dialaminya sudah pasti menjadi pertimbangan keluarga itu. Akan ada kemungkinan bahwa mereka menganggap Rae Na wanita materialistis yang hanya menginginkan kekayaan Min Yoongi untuk memenuhi butuhannya.

Sungguh, itu menjadi salah satu yang ditakutkan olehnya.

"Tidak perlu. Aku pulang sendiri saja."

Berkali Yoongi memaksa mengantar. Namun, berkali juga Rae Na menolak. Terbesit diotak wanita itu, mulai saat ini dia akan mencoba menjauhi pria itu.

"Tapi-"

"Tidak perlu, Min Yoongi. Kau sudah di rumah. Istirahatlah. Mungkin orang tuamu ingin bicara setelah ini."

"Hampir malam."

"Tidak masalah. Bus masih banyak di depan sana. Aku pulang."

Dengan segera, Rae Na meninggalkan pelataran rumah mewah yang baru saja dikunjunginya. Meninggalkan pria yang berdiri di teras depan rumahnya.

Tidak masalah. Rae Na, pernah ditolak sebelum ini. Jadi, sebaiknya memang dia sendiri. Menjalani kehidupannya seperti biasa.







TBC**

Maafkan jelek. Benar2 kacau sepertinya otak saya.

Heran saya. Kenapa seesaw bisa sebulan 12k ya?

Benar2 menurun kemampuan menulis saya.

Lavyu

Ryeozka

I Choose Your Widow / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang