Pt - 26

3.1K 384 28
                                    

Jangan bosan ya walau panjang. Biar gak banyak part eheee.




^^

Berkat hari itu, terjadilah sedikit perseturuan antara ibu dan putra bungsunya. Yoongi memprotes habis-habisan atas sikap sang ibu pada istrinya.

Kejadian itu sudah dua hari lalu. Sayang, bukannya sang ibu memperbaiki sikapnya. Justru, beliau mendiamkan Rae Na. Sama halnya dengan Yoongi, dia juga mendiamkan sang ibu.

Disini Rae Na yang merasa terbebani. Harus menelan asam pahitnya sikap sang ibu mertua. Juga, merasa bersalah telah menjauhkan ibu dengan anaknya.

Ah!

Sekarang hanya kecanggungan yang melingkupi keluarga ini. Rae Na sampai dibuat bingung harus bagaimana.

"Sebenarnya ada apa kau dengan ibu? Kenapa jadi begini? Apa aku hanya beban disini?" keluh Rae Na yang sudah duduk di pinggir ranjang.

"Sudah ku bilang, katakan padaku jika ibu menyakitimu." balas Yoongi yang menyusul duduk di sampingnya.

"Tapi, ibu tidak menyakitiku."

"Sekalipun menyakitimu, kau juga tidak akan bilang." sangat hafal akan sikap sang istri yang kelewat baik, mungkin.

"Justru disini aku yang merasa menyakiti kalian. Kenapa kau jadi marah dan mendiamkan ibu?"

"Lupakan. Jaga kesehatanmu juga kandunganmu. Aku sungguh tidak ingin terjadi apa-apa denganmu. Secepatnya, ambillah cuti. Atau berhenti saja dari pekerjaanmu." Yoongi memunggungi Rae Na dan siap menjemput mimpinya.

"Hei! Mana bisa begitu? Lalu, apa yang akan ku lakukan di rumah?" Sanggah Rae Na, tidak terima. Sembari mengguncang lengan sang suami.

"Istirahat dan menunggu waktunya melahirkan."

"Itu membosankan."

"Besok, ajukan cuti atau pengunduran diri. Minggu depan kau sudah tidak boleh bekerja."

"Yoongi! Tidak bisa begitu!"

"Hm."

Ck! Sepertinya, keputusan Yoongi tidak bisa diganggu gugat. Ah, siap-siap saja melihat wajah ibu mertua yang asam setiap hari.



.

Tidak ada tawar menawar. Alhasil, mulai minggu ini Rae Na sudah tidak bekerja. Dia habiskan waktunya di rumah.

Sayangnya, Rae Na tidak menggunakan waktunya untuk istirahat. Wanita itu justru melakukan hal-hal yang kasar. Seperti, membersihkan langit-langit rumah, membersihkan kaca yang tinggi, mencabuti rumput di semua sisi rumah, dan banyak hal yang sedikit membahayakan.

"Istirahatlah. Jangan banyak bergerak!"

Ini ayah mertua. Setidaknya, beliau lebih hangat dibanding sang ibu mertua.

Rae Na yang tengah mencabuti rumput di pinggiran rumah beranjak berdiri. Senyumnya terulum tipis. "Tidak apa-apa ayah. Aku sudah hamil tua. Jadi, tidak terlalu khawatir."

"Tapi, jika suamimu tahu kau bisa dimarahi. Belum lagi suamimu mengira ibu dan ayah tidak peduli padamu."

Kembali Rae Na tersenyum. "Dia memang berlebihan. Nanti aku akan bicara padanya."

"Terserahmu. Sebaiknya kau siapkan makan siang."

Rae Na sedikit terkejut. Dia mendongak melihat matahari yang sangat terik. Lalu, kembali menatap ayah mertua. "Apa sudah siang? Pukul berapa sekarang?"

"Pukul sebelas."

"Ah, baiklah!"





.

I Choose Your Widow / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang