27) Destroy

2.8K 409 37
                                    

Di pertengahan tahun, Hyemi menggelar acara ulang tahunnya secara besar-besaran. Layaknya orang kaya pada umumnya, gadis itu bahkan sampai menyewa sebuah ruangan besar di sebuah hotel berbintang, mengundang seluruh teman seangkatannya untuk datang -termasuk aku.

Pada awalnya aku tak ada niat sedikitpun untuk menghadiri acara -sangat tak penting itu. Bayangan keramaian bahkan sudah memenuhi otakku ketika menemukan undangan Hyemi di loker milikku.

Siapapun tahu aku benci keramaian dan aku terpaksa tetap datang sebab Soonyoung memaksa. Sesungguhnya Mingyu juga, lelaki itu merengek di telepon. Meracau macam-macam jika aku tak terlihat datang. Yang mana membuatku terdampar disini -di ruangan berisi lautan manusia yang kebanyakan menggunakan pakaian semi formal.

Kali pertama datang, Soonyoung segera menyeretku untuk menyapa sang bintang malam itu. Hyemi dengan senyum manisnya berbincang-bincang singkat dengan kami, lebih tepatnya Soonyoung. Sedangkan aku tak sengaja bertemu pandang dengan Mingyu.

Lelaki itu berdiri tepat di samping sang gadis. Lengannya yang terbalut jas semi formal berwarna gelap diapit mesra oleh tangan putih Hyemi. Raut muka Mingyu terlihat jengah dan rasanya aku ingin tertawa.

Mingyu
Temui aku di toilet

Sebuah pesan singkat -yang lebih seperti perintah itu terbaca dengan jelas. Aku meliriknya yang terlihat tak acuh hingga membuatku menyipit sebal.

Segera saja aku mengucap kata permisi untuk menyudahi obrolan canggung antara Soonyoung dan gadis itu. Lantas pergi ke arah buffet yang menyediakan banyak sekali makanan mahal.

"Jeon, kurasa kau perlu menyerah sekarang, kau lihat tadi Hyemi dan Mingyu sangat serasi. Kau tega masuk diantara mereka?" Soonyoung berbisik di sebelah telingaku sembari terus mengambil beberapa makanan kecil untuk ia santap bersama segelas limun soda.

"Aku tidak pernah mengikat Mingyu, dia yang selalu ingin menempel denganku," ujarku dengan nada rendah, minuman tak beralkohol di tanganku kutenggak perlahan, berusaha membersihkan kerongkongankku yang terasa kering.

"Maksudmu dia terobsesi padamu?"

Ucapan Soonyoung lantas membuatku terdiam. Mengolah kalimat tanya sahabatku yang cukup membuatku berpikir keras.

Benar, terobsesi.

"Dia mungkin sudah ditahap gila."

Setelah mengucapkan itu, aku tidak sadar jika penggalan kalimat itu akan  menghancurkanku layaknya abu. 

.

Membujuk Wonwoo memang selalu menjadi sesuatu tantangan tersendiri. Bahkan ketika lelaki bermarga Jeon itu telah menorehkan luka menggunakan perkataan pedasnya, dia hanya bisa tersenyum miris.

"Selalu, kau mudah sekali berubah pikiran. Anakku memang begitu polos, dia masih terlalu naif, Wonwoo. Dan kau, kau mengolah perkataannya menjadi jawaban baru."

Wonwoo seolah tertampar akan kebenaran. Ya, dia sadar betul jika dia selalu mudah untuk dibujuk dan mengubah keputusan karena hal sepele, yang mana sering kali berujung sakit hati akibat tekatnya yang terlalu dangkal.

"Kau benar, dan kali ini aku akan memantapkan jawabanku." Kontak fisik mereka terputus pada detik itu juga, namun kembali terbentuk ketika Mingyu menyudutkan Wonwoo ke dinding terdekat. Mengunci pergerakan yang lebih tua menggunakan satu tangannya. Kemudian, mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.

"Mingyu aku sedang sibuk, bisa-"

"Hyemi, aku ingin bercerai denganmu."

.

.

.

"Kau sudah gila Kim Mingyu!"

.

.

.

Tbc

Thank U, Next | MEANIE✔Onde histórias criam vida. Descubra agora