28) Enough

2.8K 422 33
                                    

Kegiatan baruku malam itu adalah menunggu Wonwoo. Setelah melayangkan pesan singkat padanya, tak serta merta lelaki Jeon itu mematuhi isinya. Malahan dia keluar gedung bersama sahabatnya yang terlihat kekenyangan.

Dengan geram, aku meninggalkan Hyemi yang tampak sibuk berbincang. Beralasan ingin pergi ke toilet sebentar.

Tidak sepenuhnya bohong memang, sebab sesampainya bertemu dengan Wonwoo aku segera membawanya ke toilet terdekat. Mengungkungnya yang memberontak di salah satu bilik toilet.

"Aku ingin pulang." Wonwoo tampak sebal ketika menatapku. Maniknya tajam dan terdapat ketidaksukaan disana.

"Kita sudah tak bertemu selama beberapa minggu, bukankah wajar jika aku rindu padamu?" protesku. Seketika dia melepas kancing kemejanya satu persatu yang mana membuat dahiku menyerngit heran. "Hey, apa yang-"

"Bercinta satu ronde, apa bisa memuaskan rindumu? Tapi setelah itu biarkan aku pulang." Matanya terlihat berkobar marah. Lagi-lagi sifat luar biasa membingungkannya berhasil membuatku diam tak mengerti. Aku hanya bisa mencegahnya untuk terus melucuti pakaian dan jasnya. Mengamati wajahnya yang terlihat begitu sebal.

"Apa aku melakukan kesalahan? Katakan, jangan berperilaku aneh seperti ini. Kau membuatku bingung, Wonu-ya."

Tangannya mengepal diantara genggaman yang kuciptakan. "Aku hanya tidak ingin bertemu denganmu. Aku lelah. Aku ingin semua ini segera berakhir."

Air mukanya berubah total, aku bisa melihat dia berusaha menahan air matanya untuk tumpah. Aku segera melepas genggamanku, membiarkan tangannya terkulai lemah di sisi tubuhnya.

"Beberapa bulan lagi, kau akan bebas dariku. Aku tidak akan menuntut banyak Wonwoo, hanya buat aku bertahan meski hanya kebahagiaan semu darimu. Aku mohon."

Aku menggenggam erat jemarinya. Menghantarkan semua perasaan tulus yang tersisa dariku. Aku tak ingin banyak berharap ketika dia tak membalas genggamanku. Namun, dekapan itu nyatanya lebih membuka harapan, beserta tangis tanpa suara yang meleleh dipundakku.

"Berhenti menjadi jahat, aku benci dirimu."

Apa kau kesakitan Wonu-ya? Katakan semuanya padaku.

.

Benar-benar tidak waras. Mingyu dan isi pikiran pendeknya yang seperti bom waktu berhasil mengejutkan Wonwoo kembali. Tidak percaya jika Mingyu mengucapkan kalimat sensitif itu dihadapannya.

"A-apa itu Wonwoo, Mingyu-ah?" Suara Hyemi di seberang sana terdengar bergetar.

"Ya, dan bisakah kita percepat perceraian kita?"

Dan seketika wanita itu berteriak kesetanan. "Bajingan kalian berdua. Yak! Jalang, kau merusak suami-"

Tertutup, Mingyu memutuskan panggilan itu secara sepihak. Mengamati Wonwoo yang beringsut di depan matanya. Tidak menghiraukan ponselnya yang kembali bergetar karena sebuah panggilan dari Hyemi.

"Lihat, aku akan lakukan semua untukmu. Aku tidak ingin kehilanganmu kembali. Cukup sekali Wonwoo, jangan buat aku terpuruk lagi. Kau tidak ingin aku mati kan? Aku menginginkamu, aku mencintaimu, kau segalanya bagiku. Tidakkah kau merasakan hal yang sama?" Mingyu mencurahkan semuanya. Wajahnya terlihat luar biasa putus asa.

"Bagaimana dengan Younghee, kau tidak peduli dengan putrimu? Disaat seperti ini pun kau masih egois."

Kemudian, sebuah senyum kecut terlihat di sudut bibir Mingyu. "Kau tidak tahu jika dia juga menginginkanmu? Aku tidak bohong ketika dia bilang dia ingin seseorang yang perhatian sepertimu. Dia merindukan sosok seorang ibu tapi tidak dengan Hyemi, dia bahkan tidak menaruh penuh perhatiannya pada anakku?"

"A-aku tidak percaya. Kami bahkan baru dekat. Dan aku tidak merasa dia..."

"Bertanyalah nanti padanya jika masih ragu. Tapi bisakah kau percaya untuk sekarang?"

.

.

.

Tbc

Cerai ga nih?

Thank U, Next | MEANIE✔Where stories live. Discover now