x

6.2K 1.1K 262
                                    

Kedua bibir Jeongwoo terbungkam. Ia melihat lurus ke depan tetapi ekor matanya masih dapat menangkap sosok Haruto yang memejamkan mata juga menaruh kepalanya di bahu Jeongwoo.

"Ngantuk. Semalem gue gak tidur."

Jeongwoo menoleh ke kiri, dapat dilihatnya Haruto belum membuka matanya. Seakan akan lengan yang ia dekap sekarang adalah lengan orang lain yang bukan Jeongwoo.

"Lihat betapa menyebalkannya lo." Jeongwoo berbisik pada dirinya sendiriㅡ yang mana sebetulnya dapat Haruto dengar.

Tetapi tidak ada reaksi apa apa dari Haruto. Apa dia benar benar tertidur? Raut wajah Haruto terlihat seperti ia tidak ada masalah apa apa.

Meskipun tidak ingin memperhatikan, nyatanya Jeongwoo melihat setiap inci wajah Haruto.

Bulu mata dia lentik juga. Hidungnya mancung banget ternyata, pasti sering mampet. Terus... Sialan, rambutnya kenapa wangi coklat?

"Udah ngeliatin gue nya?"

Sekujur badan Jeongwoo mendadak terhentak bersamaan. Suara Haruto mengejutkannya. Suaranya tidak pernah seberat itu sebelumnya.

"Apaan sih, pede banget." Jeongwoo memutar kedua bola matanya. Tetapi keheningan beberapa saat membuatnya melirik ke Haruto perlahan.

Dan di bawah kiri sana, Haruto mengangkat wajah nya ke atas dan tersenyum dari telinga ke telinga. Entah Jeongwoo harus berkata ia terlihat lebih tampan atau malah terlihat sangat konyol.

"Muka lo nyebelin." Ujar Jeongwoo.

Namun Haruto hanya tertawa pelan, sembari melepaskan rangkulannya pada lengan kiri Jeongwoo. "Ceritanya lo marah sama gue?"

Ya gimana nggak? Dua hari pertama gue di sekolah ini suram karena lo, Haruto.

"Nggak."

Haruto memberikan tatapan ragu. "Yakin? Jangan marah ya sama gue. Sedih banget kalo temen sebangku gue udah ngebenci gue duluan."

"Jadi maksudnya lo harus benci gue duluan?" Jeongwoo menghela nafas panjang.

"Gak gitu. Lu bego ya." Ucap Haruto enteng.

Jeongwoo langsung duduk tegak, memandang Haruto dengan kedua alis terpaut. "Gini nih, coba kasih tau gimana caranya supaya gue gak kesel?"

"Hmmm... Muka gue yang adem?" Haruto menaik turunkan alisnya, menggoda Jeongwoo.

Gue hajar lama lama muka ganteng lo itu.

"Terserahlah. Gue mau balik ke kelas. Udah bel." Jeongwoo beranjak dari tempatnya, meninggalkan Haruto di belakang.

"Ya elah laki masa ngambek. Tungguin woy!" Haruto berlari mengejar Jeongwoo yang sudah menutup pintu ruangan.

Dalam setiap langkahnya, Jeongwoo berkata pada diri sendiri bahwa dia tidak harus meladeni semua perkataan Haruto nantinya.

"Park Jeongwoo!" Lagi lagi, menjadi orang yang gampang terkejut itu menyusahkan Jeongwoo.

"Sialan banget manggil orang kayak ngajak ribut." Jeongwoo mengelus dada, lalu menaiki tangga yang sudah sepi.

"WOY KEONG AYO BERANTEM SAMA GUE!!!" Suara Haruto terdengar dari tangga lantai 3, Jeongwoo terpaksa berhenti dan menuruni tangga lagi.

"Apa sih? Kalo lo gini gue ajak berantem beneran loh." Ancam Jeongwoo saat berpapasan dengan Haruto yang sudah terengah engah.

"Ya Rabb, serius banget. Bercanda, say." Haruto tersenyum lebar. Ia amat sangat meledek.

Jeongwoo mengerucutkan bibirnya dan berbalik badan. Namun Haruto meraih pundak kiri nya. "Tega banget sama temen sebangku, gila."

Tanpa berbicara apa apa, Haruto memindahkan tangannya ke pundak kanan Jeongwoo. Dan Jeongwoo hanya bisa menarik nafas.

Mereka berdua berjalan tanpa ada yang berkata kata. Tangan Haruto mulai entah kenapa terasa panas di pundak Jeongwoo. Atau memang temperatur tubuhnya yang berubah?

"Your cheeks are pink."

Jeongwoo menelan ludah. "Kebanyakan nahan amarah gue rasa. Makanya jadi begitu.

Haruto hanya tersenyum tipis. Ia melepaskan rangkulannya sesaat sebelum mereka berdua memasuki kelas. He was obviously blushing.

"HARUTO!!! APA YANG KAMU PERBUAT KEPADA MURID TELADAN BARU KITA??! JEONGWOO, HARUTO DIEM DIEM KACAU, JANGAN MAU." Mashiho berteriak dari ujung kelas.

"Maho, berisik! Mau gue sumpel mulut lo?!" Wonyoung yang sedang membaca buku protes.

"Kalo yang nyumpel lo, mau sih dia pasti." Haruto menyambar pertikaian mereka berdua. Lalu ia duduk di tempatnya, disusul oleh Jeongwoo.

Jeongwoo duduk di kursinya dan bergerak dengan sangat canggung. Ia merasa tumit kaki kanan nya menginjak sesuatu di bawah sana.

"Um, Jeongwoo, nanti mauㅡ"

BSSSTTT!!!

Tumit kaki Jeongwoo menekan sesuatu tadi yang ternyata, tidak lain tidak bukan adalah tombol tutup buka payung di gagang nya.

Dan tentu saja, payung Jeongwoo terbuka lebar di sela kosong antara dia dan Haruto. Kejadian mendadak itu membuat Haruto terkejut sedikit.

Lain dengan Jeongwoo, dengkulnya sudah lemas dan jantungnya berdegup kencang. Belum lagi, pipi kanan nya terkena bagian runcing payung.

Haruto menyingkirkan payung yang menghalangi, mengecek keadaan Jeongwoo. "Lo gapapa?" Haruto memajukan wajahnya untuk mengecek.

"SIAPA ITU YANG BUKA PAYUNG DALEM KELAS, WOY! PAMALI! NTAR LAGI BERBUAT MAKSIAT DISAMBER PETIR TAU RASA LO!" Teriak Yoonbin.

"Gapapa. Tolong tutup payung nya dong, Haruto." Jeongwoo meringis sambil memegangi pipi nya yang tergores dan sedikit berdarah.

Haruto melakukan apa yang Jeongwoo bilang. "Gue tadi mau ngomong. Nanti mau minum kopi bareng gue gak pas pulang sekolah? Hm?"

Jeongwoo memberikan tatapan sulit diartikan.

Dia ini gak tau situasi banget, ya?

chairmates • hajeongwooWhere stories live. Discover now