xi

5.8K 1.1K 279
                                    

Kami Anak Ajaib (40)

Wonyoung
Guys, Haru sm Jeongu kemana?

Jiheon
Bukannya di belakang?

Mashiho
Kok pada chattan sih bego

Junkyu
Biar gak ketahuan lah

Yoonbin
Kalian bodoh ya??? Kan mereka
berdua juga join grup ini???

Jihoon
Dasar pemuda2 st2pid di negara
berflower ini ckckckckckckckckck

Mashiho
Bacot lu air liur

Wonyoung
AIUR WOY LU JAHAT BANGET

Haruto
lg di uks

• • •

Jeongwoo tentu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Haruto disaat situasi tidak pas.

"Gak tau lah. Gue mau ke UKS aja, kulit eksotis gue bisa rusak kalo kena kuman." Ujar Jeongwoo. Ia masih sedikit kesal dengan Haruto.

Entah kenapa sejak Yoonbin meneriaki mereka berdua, kelas menjadi semakin riuh dengan bisikan serta desisan yang juga terdengar.

Sehingga tidak ada yang menyadari ketika Haruto menyusul Jeongwoo keluar kelas ketika Jeongwoo bersikukuh untuk mengambil perban sendiri.

Tidak ada percakapan diantara mereka berdua di perjalanan menuju UKS. Baru saat Jeongwoo berusaha meraih kotak P3K yang diletakkan di lemari bagian paling atas, Haruto menyalip.

"Pendek." Lalu Haruto pun berjinjit sedikit dan langsung mengambil kotak P3K dari atas sana.

"Sini." Jeongwoo merebutnya dari Haruto, tetapi genggaman Haruto sangat kuat pada kotak nya.

"Udah, lo duduk aja. Ketula kan lo karena diem diem ngatain gue." Ujar Haruto mengejek.

Jeongwoo menahan amarahnya, namun tetap duduk di atas ranjang hitam sambil menekukkan wajah nya. "Cepet. Udah gue aja sini."

Haruto memberikan gestur agar Jeongwoo tetap diam, dan ia mengeluarkan perban serta plester. "Kegores dikit doang padahal. Jagoan kokㅡ"

"Udah lah sini gue aja." Jeongwoo merebut secara paksa perban dan plester di tangan Haruto. Tetapi Haruto menggenggam pergelangan tangan nya.

"Iya iya, sorry." Ucapnya sebelum kembali merebut perban dan plester di genggaman Jeongwoo.

Lalu dengan sedikit asal asalan, Haruto membuka segel perban dan memotongnya sekitar 8cm, dan melipatnya menjadi dua. "Gak kegedean, kan?"

Jeongwoo menggeleng.

"Oke." Haruto lanjut menggunting dua plester. Ia pun mendekat kepada Jeongwoo.

Jauhan dikit bisa gak sih?

"Maaf nih ya jadi deket deket gini gue."

Haruto mengangkat kedua tangannya, menempel perban dengan hati hati di atas luka Jeongwoo. Sementara yang terluka, ia menutup matanya.

"Loh, plester nya mana satu lagi ya?"

Jeongwoo membuka matanya, Haruto sedang celingak celinguk mencari plester yang ia pikir terjatuh atau apa, padahal tertempel di bawah hidung Jeongwoo. "Lo kali yang goblok."

Kedua tangan Haruto diturunkan dengan pelan, lalu Jeongwoo mengambil sendiri plester yang tersangkut dan menempelkannya di atas perban.

"Oh ternyata disitu. Oke, udah beres kan? Ayok balik ke kelas. Pelajaran nya Pak Seunghyun loh, gak ada dispensasi telat sama dia." Intonasi bicara Haruto berubah drastis. Ia terdengar... halus.

Jeongwoo mengangguk dan turun dari kasur. Dan lagi lagi, Haruto meletakkan lengannya di badan Jeongwoo. Kali ini, di sekeliling pinggangnya.

"Yang sakit pipi gue doang. Gak perlu dipegangin."

"Ih, gue mau ngerangkul doang gak boleh? Apa lo takut dikatain homo?" Haruto melepaskan rangkulan dan mengerucutkan bibirnya.

Ekspresi tersebut baru pernah Jeongwoo lihat, sehingga ia tertawa sedikit. "Gak pantes banget muka lo sok imut gitu."

Dan entah apa yang ada dipikirannya, Jeongwoo meraih tangan kanan Haruto. Lalu meletakkannya di tempat semula, sekeliling pinggang Jeongwoo.

"Siapa tau gue jatuh."

"Emangnya lo gampang jatuh kalo sakit?"

Jeongwoo mengangguk.

"Gampang jatuh cinta juga gak?"

Jeongwoo... Hampir mengangguk.

chairmates • hajeongwooWhere stories live. Discover now