xiv

6K 1.1K 382
                                    

Hari ini, akhir pekan telah tiba. Bermimpi untuk menghabiskan dua hari libur untuk tidur seharian, namun apa daya Pak Hanbin menjadikan semua itu hanya sekedar mimpi.

"Pokoknya, kalian bikin makalah bab ini sama teman sebangku. Minimal pembahasan nya 30 halaman atau gak akan saya terima. Jelas?"

Jeongwoo makin kesal teringat bagaimana Haruto menaik turunkan alisnya dengan tengil saat Pak Hanbin mengumumkan tugas tersebut. Ah, sejak hari itu Jeongwoo tidak bisa menahan amarahnya pada Haruto yang bersikap kekanak kanakkan.

Bagaimana bisa ia bersikeras untuk naik di atas punggung Jeongwoo saat mereka di kantin? Dan belum lagi Haruto yang mengeluarkan kata kata makian untuk Jeongwoo.

Namun apa daya. Demi nilai, Jeongwoo akhirnya pasrah dan merencanakan pertemuannya dengan Haruto untuk mengerjakan makalah tersebut.

Keputusan terakhir mereka jatuh di suatu taman rindang yang berada di tengah tengah komplek perumahan Jeongwoo dan Haruto.

Tetapi pagi ini Jeongwoo terbangun 2 jam setelah alarm nya berdering. Ia hanya ingat bahwa hari ini adalah hari libur, tidak mengingat jika ia yang usul untuk mulai bekerja jam 9 pagi.

"MAMPUS REJEKI GUE DIPATOK AYAM." Jeongwoo langsung membuka ponsel dan yang ia pikirkan benar adanya, Haruto mengirim banyak pesan.

Haru
Jgn lupa jam 9 (3h ago)

Haru
Woy bangun bego (2h ago)

Haru
Lo masih molor ya (1h ago)

Haru
Gue udh di taman ini (45m ago)

Haru
Ya udahlah sana tidur dulu (30m ago)

Haru
Gue tungguin di depan (20m ago)

Jeongwoo tersedak saat membaca pesan paling terakhir. Ia pun segera bangkit dari kasur, berlari ke balkon. Dengan berjinjit sedikit, ia sudah dapat melihat sosok Haruto bertengger diatas motornya.

"Tunggu bentar ya!" Teriak Jeongwoo dari atas dan segera melesat pergi ke kamar mandi.

Haruto yang sudah menunggu hampir 45 menit di depan rumah Jeongwoo itu merasa bosan, tetapi ia tidak bisa menerobos ke dalam begitu saja dan menyiram Jeongwoo di atas kasurnya.

7 menit kemudian, Jeongwoo sudah terbalut oleh kemeja merah dan celana jeans. Ia segera berlari menuruni tangga dan berpamitan pada kedua orang tua nya di ruang tengah keluarga.

"Itu dari tadi ada cowok ganteng naik motor di depan rumah. Pengen mama suruh masuk tapi takutnya ternyata dia gangster." Celoteh ibu Jeongwoo saat anaknya memakai sepatu.

Haruto menghela nafas ketika dilihatnya pemuda yang ia sudah tunggu sedari tadi. "Lo tuh ya emang keong se-keong keong nya."

"Sorry. Lupa." Jeongwoo hanya bisa menyengir dan menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

"Cepetan naik. Gue tinggal lo." Perintah Haruto.

"Jangan tidur di punggung gue." Sepertinya Haruto menyadari kedua mata Jeongwoo yang belum terbuka sepenuhnya, ia masih mengantuk.

chairmates • hajeongwooWhere stories live. Discover now