8 ¦ mandi

2.5K 385 89
                                    

"Anggap saja rumah sendiri, nona."

[ name ] mengangguk, ia menuruti yang diperintahkan Kuroo dan duduk di sebuah sofa. Ia menggeliatkan tubuh, mencari posisi nyaman dan berakhir dengan tubuhnya yang menyosor  turun karena sofa yang begitu empuk.

Kuroo terkekeh, ia kembali dari dapurnya dengan membawa sebuah nampan berisi dua cangkir teh dan setoples cookies cokelat. Membuat [ name ] tergoda mencicipinya, mengingat ia belum sarapan pagi ini.

Pemuda itu duduk di sampingnya setelah meletakkan nampan di atas meja. Ia mengambil secangkir teh dan menyesapnya perlahan, sehingga [ name ] dapat melihat leher Kuroo naik turun saat meneguknya. Kulit lehernya basah dan tampak licin karena keringat, entah kenapa [ name ] merasa kepanasan hanya dengan melihat Kuroo meminum teh.

Dengan buru-buru, ia ikut mengambil cangkir teh yang tersisa dan meneguknya hingga setengah. Berbeda dengan Kuroo yang meminumnya dengan anggun, [ name ] minum seperti sedang mengikuti lomba 17 Agustus-an.

[ name ] meletakkan kembali cangkir tersebut, ia menengok ke sebelahnya dan segera memalingkan wajah saat melihat Kuroo tersenyum padanya. Gadis itu memekik dalam hati, kenapa ia tampak seperti gadis yang sedang jatuh cinta diam-diam?

"Kau tidak mau memakan kuenya? Aku dapat mendengar cacing-cacing di perutmu berteriak, loh."

Kedua iris [ name ] terbelalak. Ia mengumpat karena bunyi perutnya yang minta diisi tak dapat dicegah. Ia pikir Kuroo tidak dapat mendengarnya, namun ternyata pendengaran pemuda itu 11-12 dengan seekor kucing.

Lagi-lagi, Kuroo terkekeh geli. Ia bangkit dari duduknya dan membawa nampan menuju dapur.

"Aku mandi dulu ya, nona [ name ]. Jangan mengintip,"

Sialan.

Hampir saja [ name ] akan menjerit kalau bukan karena keadaannya yang memprihatinkan. Ia sadar betul wajahnya yang sudah memerah seperti tomat matang. Ditambah lagi ia sedang berada di apartemen pemuda itu, kalau ia berteriak dan membuat keributan bisa jadi seisi apartemen akan berpikir yang tidak-tidak.

[ name ] menampar-nampar kedua pipinya pelan. Diambilnya toples cookies dan dibukanya dengan tak sabaran. Ia langsung memakannya tak peduli berapa keping cookies yang ia masukkan ke dalam mulutnya sekaligus.

Samar-samar, [ name ] mendengar suara gemericik air dan siulan. Gadis itu menajamkan pendengaran dan pikirannya terbang kemana-mana. Alhasil pipi [ name ] kembali merona merah.

Di benaknya, tebersit Kuroo yang sedang mandi, tubuhnya tak tertutupi sehelai benang pun dan helaian rambutnya basah karena air dari shower yang mengguyur sekujur tubuhnya. Tetes demi tetes berjatuhan dari anak rambutnya, bibirnya mengeluarkan hembusan nafas teratur. Membuat embun di depan wajahnya yang tampan. Dengan rahang kokoh dan iris kelam yang tajam, membuat siapapun dapat memujanya.

Hanya saja kalau bukan karena pemuda itu memiliki sikap menyebalkan dan seringai aneh, paragraf di atas akan lebih sempurna. [ name ] merutuki dirinya sendiri saat wajah Kuroo yang sedang menyengir terlintas di pikirannya yang sedang berimajinasi kotor.

Baginya, siulan Kuroo cukup merdu. Tampaknya pemuda itu memiliki potensi dalam bernyanyi. Bagaimana kalau Kuroo bernyanyi untuknya? Ah, tidak mungkin. Paling pemuda itu hanya bisa bernyanyi lagu dangdut koplo, mengingat betapa mesum dan konyolnya dia.

Mendengar kata mesum,  membuat [ name ] teringat saat dimana Kuroo menciumnya tadi. Argh, Kuroo benar-benar mesum! Hanya orang mesum yang mencium gadis di sebuah taman yang ramai, pagi hari pula. Tapi tak dapat dipungkiri kalau [ name ] sebenarnya menikmati ciuman pertamanya. Ah, dasar mesum.

Baiklah, terlalu banyak kata mesum di atas.

Yang penting sekarang adalah, bagaimana perasaan [ name ] terhadap Kuroo. Begitu pun sebaliknya.

[ name ] galau, ia penasaran. Kenapa Kuroo menciumnya? Kenapa Kuroo suka menggodanya? Kenapa Kuroo menyebalkan? Kenapa seringai Kuroo tampak seperti kucing tua yang baru saja diberi ikan berukuran besar? Begitu banyak pertanyaan kenapa di otaknya.

"Nona [ name ]~"

[ name ] menengok kebelakang ketika ia sedang menjambak rambut panjangnya, frustasi karena pikirannya yang terus menerus meneriakkan nama pemuda yang sedang berdiri di belakangnya.

Kuroo menaikkan sebelah alis. [ name ] mematung. Pandangannya menyusuri tubuh atletis Kuroo yang telanjang, dengan handuk menutupi bagian selangkangan. Tetesan air mengalir di leher, perut, dan lengannya yang berotot. Bibir dan rambutnya basah, belum dikeringkan. Oh, astaga.

Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

"Ada apa, nona?"

Kuroo berjalan mendekat. [ name ] tersentak.

Pemuda itu sudah berdiri di hadapannya, [ name ] mendongak agar dapat melihat wajah Kuroo.

Kuroo masih menaikkan sebelah alis, heran. Tangannya terangkat untuk menyisir helai rambutnya ke belakang. Sementara tangan satunya berada di pinggangnya. Baiklah, apa ada di antara kalian yang melihat hidung [ name ] mengeluarkan darah?

"[ name ], apa kau sakit?"

Gadis itu meneguk ludah dengan susah payah.

"Kur-Kuroo.."

"Apa?"

"Sepertinya, aku menyukaimu."

Oke, ini mulai out of character.

Hening sejenak, sebelum Kuroo terbahak. Tawanya bergema di seluruh ruangan.

Kuroo menatap lurus [ name ], bibirnya menampilkan seringai nakal.

"Mandi dulu sana, jatuh cintanya nanti dulu."

Setelah itu, [ name ] hampir kehilangan jiwanya.

_________
tbc.

______________________
______________________

Akhirnya, apdet juga hehew

thank u next ¦ k. t. √Where stories live. Discover now