Bab 2 : Si cowok gagu or Bule?

68.7K 5.6K 2K
                                    

️WARNING⁉️
CERITA INI SEDANG DIREVISI DENGAN VERSI TERBARU YANG LEBIH SERU. SO, JANGAN TANYA KENAPA PARTNYA CUMA SEGINI!

Aku saranin kalian bacanya selagi masih on going, karna cerita ini akan segera terbit dalam versi cetak.

°°°
Bad day
Suatu hari dimana aku harus mengenalmu, menatapmu, dan berbicara langsung denganmu tanpa adanya kata baik-baik saja.

🦄🦄🦄

Sedikit lagi Sheva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sedikit lagi Sheva. Sedikit lagi Sheva bisa menyelesaikan tugasnya yang semalam lupa dia kerjakan, sebelum tinta di kertasnya perlahan mengabur akibat tumpahan cairan bening tak terduga. Sang pelaku, memandanginya dengan raut bersalah— siap menerima segala bentuk cacian dari seorang Shevanya.

"Shevalak ... maafin gue, nggak sengaja." Ghani meringis pelan.

Sheva mendongak, menatap Ghani dengan sorot amarahnya. Sudah tidak heran saat Ghani selalu mengganggunya padahal Sheva tidak pernah mengusik seorang Ghani. Tapi yang ini, sudah sangat keterlaluan. Sheva tidak bisa membiarkannya begitu saja

"Tayo sialan! Gantiin buku gue, nggak?!" teriak Sheva lantang sambil menggebrak meja miliknya.

Ghani berjingkat kaget.

"Gantiin tugas gue!"

Ghani panik saat melihat Sheva seperti ingin menangis, merasa bersalah sungguh. "Iya She gue ganti. Tapi gimana caranya?!"

"Gue gak mau tau pokoknya harus gantiin tugas gue, tayo sialan!"

"Iya nanti gue ganti. Jangan nangis ya," bujuk Ghani pelan, seperti membujuk seorang anak kecil.

"Sekarang!" teriak Sheva keras namun dengan nada bergetar— ingin menangis.

"Iya gue ganti pake buku gue."

"Tulisan lo jelek tayo! Gue nggak mau!" Ghani mendelik tajam, dengan rapalan kata sabar dalam hati agar dirinya tidak turut emosi.

"Sheva, Ghani diem, deh! Ribut mulu kalian berdua," ucap Bima sang ketua kelas menengahi.

"Lo yang diem!" ucap Sheva dan Ghani secara bersamaan.

Bima mengelus dadanya pelan, kaget mendengar teriakan nada tidak santai dari kedua makhluq absurd tersebut.

"Sana Rey. Bilang." Vano menyuruh Rey untuk mengatakan sesuatu.

"Lah, kok gue?" tolak Rey membuat semua pandangan mata menatap ke arahnya dengan pandangan terkejut. Kakel bule idaman yang mereka kira tidak bisa berbahasa Indonesia, tapi ternyata ...

Ingin rasanya Sheva menghilang saat ini juga untuk menutupi rasa malunya.

"Lawak lo. Udah ah gue cabut dulu!"

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang