Drabble 4: Before The Day

2.4K 355 36
                                    

Minggu ini Yifan terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk berolahraga setelah satu-satunya teman yang dekat dengan dirinya berkata jika dia tidak bisa berolahraga bersama hari ini karena suatu hal. Sementara Yifan tidak ingin melakukannya sendiri.

Alhasil di sinilah dirinya sekarang. Duduk tenang di perpustakaan dengan buku tebal yang beberapa hari lalu ia beli. Yifan baru memiliki waktu untuk membacanya, ditemani segelas kopi yang masih mengepulkan uap tipis dan sepiring biskuit yang dibuat oleh chef pribadi.

Buku itu adalah sebuah novel yang menceritakan kisah detektif yang cukup rumit, Yifan harus membuat otaknya terus bekerja karena juka tidak, dia bisa mati bosan. Terlebih hari ini tidak ada jadwal yang harus dilakukan di hari minggu.

Drrtt...

Atensinya terpecah. Melirik ke arah ponsel yang berada di atas meja kaca, Yifan memutuskan mengabaikan getaran beserta denting nyaring dari benda tersebut dan lanjut membaca.

Hanya beberapa detik kemudian ponselnya bergetar dan berdenting kembali, kali ini bertubi-tubi, membuatnya mau tak mau meraih benda pipih tersebut dan melihat beberapa pesan dari nama yang sama.

Aku tahu kau pasti bosan, karena itu aku memiliki hal menarik untuk ku beritahukan padamu.

Yifan tidak tertarik untuk membalas. Karena pasti temannya itu hanya akan mengatakan hal-hal tidak penting. Seperti yang sudah-sudah.

Kau yakin tidak ingin tahu? Karena aku melihat sekretarismu saat ini.

Tao? Karena dirinya hanya memiliki 1 sekretaris, tentu saja.

Bagaimana mungkin kau kalah dengan seorang sekretaris? Cepatlah mencari pasangan.

Tanpa mengalihkan tangan kirinya dari halaman buku yang terbuka, Yifan mengetik pesan balasan dengan perasaan kesal karena isi pesan tersebut.

Jangan merusak hari mingguku dengan hal tidak penting.

Belum sempat Yifan meletakkan ponselnya kembali, sebuah pesan kembali masuk.

Aku tidak yakin jika hal ini termasuk kategori 'tidak penting'.

Disertai sebuah foto di dalamnya. Foto yang tentu saja diambil secara candid, menunjukkan sosok sekretarisnya berada di sebuah cafe dan tampak tersenyum lebar pada seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya.

Bergerak refleks mendekatkan layar ponsel ke arahnya, Yifan memperhatikan dengan seksama foto itu. Dan entah sadar atau tidak, tanpa melihat buku yang berada di pangkuannya, tangan kirinya bergerak melipat halaman yang terbuka kemudian menutupnya. Sementara tangannya yang lain sibuk mengetik pesan balasan.

Kenapa jika dia berkencan? Apa kau harus melaporkan hal seperti ini padaku?

Yifan cukup kesal saat ini. Kegiatannya membaca buku kacau hanya karena pesan tidak penting yang ia terima.

Aku cukup prihatin denganmu. Carilah pasangan, sekretarismu saja memiliki teman kencan yang cantik, hahahahaha

Ekspresi Yifan berubah semakin kaku.

Tunggu sampai kita bertemu.

Tak ada lagi balasan yang muncul. Yifan setengah melempar ponselnya ke meja kaca hingga menimbulkan bunyi benturan yang cukup keras. Melipat tangan di dada, tidak tahu apa yang tengah dia pikirkan, karena tampaknya ia cukup terganggu.

Tidak ada yang salah dengan berkencan. Dia juga bisa melakukannya. Tapi tidak sekarang, tidak untuk saat ini.

Yifan meraih ponselnya kembali, menekan angka 1 cukup lama hingga tersambung pada nomor sang sekretaris. Mendengar nada sambung untuk beberapa detik sebelun sambungan itu terhubung.

H U A N G: Property Of Wu Yi FanWhere stories live. Discover now