II.O6

6.3K 1.1K 85
                                    

          "sekarang, setelah kita sudah menyelesaikan masalah ini, aku sebenarnya ingin mentraktirmu sarapan." jeno berucap sambil memandangi jaemin yang tampak lebih nyaman setelah berhenti menangis.

"pertama makan malam, lalu sarapan? bukankah seharusnya sebaliknya?" jaemin bertanya dengan licik.

"aku bisa mengatakan kau tidak terlalu suka tradisi. bukankah itu benar, mistress in distress?" jeno menggodanya dan mereka berdua tertawa sambil mengingat momen yang mereka habiskan bersama.

"kau sangat benar! kau beruntung, ini satu-satunya hari liburku. maka aku tak bisa menolak."

"sayang sekali kau harus menggantinya, aku pikir jaketku terlihat sangat bagus padamu." jeno memuji dengan candaan dalam suaranya, hampir terkejut dengan perilakunya sendiri.

sepertinya jaemin menarik beberapa sisi dalam dirinya yang bahkan ia tak tau sisi itu ada.

jaemin sedikit terkejut, mulutnya sedikit terbuka saat ia berusaha melawan senyum.

"hei! untuk informasimu, satu-satunya alasan aku masih memakainya adalah karena aku sangat lelah dan tak punya waktu untuk mengganti bajuku." jaemin membela diri, tulang pipinya terlihat dari senyuman yang tercetak.

"oh tentu, tanpa ragu. walaupun sepertinya kau punya sedikit energi untuk memulai..." suara jeno merendah ketika ia melirik kaki polos jaemin, dan napas yang lebih muda tertahan sebelum ia berdiri dari sofa, memperlihatkan celana dalam berendanya lebih jelas.

jeno menaikkan sebelah alisnya.

jaemin menyilangkan lengannya kemudian menyuruh jeno ikut berdiri. dan ia menurut, tampak bingung namun sangat terhibur.

ia melepaskan kendali dirinya sejenak untuk melihat celana dalam yang dipakai jaemin, hingga ia merasakan cengkeraman di bahunya.

"aku perlu mengganti pakaian jadi kau akan menunggu di luar!" ucap jaemin dengan riang sambil mendorong sang presiden dengan pelan menuju pintu.

jeno menjadi jinak, senyum mewarnai bibirnya.

ia sangat terhibur dengan cara jaemin mendorongnya, terlihat hampir gugup.

"oh, dengan senang hati."

dan kemudian, jeno mendapati dirinya di luar pintu jaemin, setelah pintu dibanting di depan wajahnya yang kedua kali pagi ini.

namun, anehnya, jeno sangat menikmati hal itu.

di sisi lain pintu, jaemin memegangi dadanya dengan pipi merah dan senyum lebar.

jaemin memegang mawar yang tergeletak di sofa, menatap dirinya di cermin.

mengenakan jaket jeno, menggenggam mawar jeno, memikirkan senyum dan suara dan janji jeno.

jaemin sangat puas dan dengan hati-hati menempatkan mawar itu dalam sebuah vas sebelum dengan enggan mengganti pakaiannya.







          "kau belum menyentuh makananmu." ucap jeno, pandangan terkunci pada sosok jaemin.

yang lebih muda sedang menikmati pemandangan di lantai tertinggi dari salah satu restoran terbaik di kota, memperlihatkan langsung pemandangan pantai.

jaemin memandangi ombak menari kesana kemari, senyuman lembut menarik bibirnya.

angin bertiup pada rambutnya membuat ia merasa bebas dan nyaman.

jaemin menatap langsung mata jeno saat ia menggigit croissant-nya, memastikan untuk menngunyah dengan perlahan.

jeno menyilangkan tangannya.

national anthem ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang