O8

5.5K 1.1K 72
                                    

          "pertemuan horror sang pujaan hati bangsa? apa ini?!" renjun tersentak ketika membaca koran dengan siratan panik di matanya.

"yukhei, kau harus membuangnya!" dia bersikeras, namun yukhei menggelengkan kepala.

"presiden ingin korannya berada di atas meja setiap pagi, aku hanya melakukan tugasku."

renjun memutar matanya dan mengerang kesal, "kau benar-benar menyebalkan."

"ya, dalam banyak hal. tapi kau bersikap sangat tidak pantas, renjun." yukhei berucap sambil menjaga postur tubuhnya di depan ruangan sang presiden sementara lelaki yang lebih pendek mengalami frustasi.

"tapi jun, kau harus menyembunyikannya dari tuan presiden." yukhei kembali serius, dan renjun meneguk ludah sebelum memasuki ruangan tersebut, "dia akan panik."

renjun menyembunyikan koran tersebut di belakang punggungnya ketika melihat jeno memasuki ruangannya, "selamat pagi, renjun."

"selamat uh... selamat pagi, tuan. apakah kau mau secangkir kopi? sarapan? mungkin secangkir teh untuk memulai hari dengan sehat dan dalam... suasana hati yang baik?" kepanikan di mata dan suara renjun begitu jelas, namun jeno tidak memperdulikannya.

"dimana koran ku?" jeno duduk di mejanya, bingung kala ia tidak menemukan korannya di tempat yang biasa tiap pagi.

ia menatap renjun dengan curiga, yang membuatnya semakin terlihat gugup, "oh! uh, mereka... tidak mempublikasi apapun hari ini. tidak ada sama sekali."

jeno tak dapat menahan untuk tidak tertawa pada pernyataan konyol itu. "terkadang kau sangat humoris. aku bisa melihat kau menyembunyikannya di belakangmu."

jeno memberi isyarat pada renjun untuk memberikannya padanya, namun yang lebih pendek tidak bergerak. "renjun, kita tidak punya waktu seharian untuk ini."

renjun hanya menggelengkan kepala, mencengkeram kertas itu dengan erat.

jeno berdecak sebelum berdiri dan berjalan menghampiri asistennya, dengan mudah merebut koran di genggamannya.

"tidak!" renjun menggigit lidahnya saat mata jeno mengamati headline koran itu, alisnya berkerut.

renjun lebih memilih untuk memaku pandangannya pada lantai, tidak ingin melihat wajah murka jeno.

"katakan pada sopir untuk menyalakan mobil." suara jeno terdengar jelas, dan renjun tau lebih baik untuk tidak berdebat dengannya, jadi ia dengan tergesa meninggalkan ruangan sementara jeno terus menatap gambar disana, tenggorokannya terasa kering.





          perjalanan ke rumah jaemin terasa tak berujung, seperti waktu dengan sengaja berlalu lambat dari sebelumnya.

jeno panik, tidak sabar, dan penuh rasa bersalah.

ia membenci dirinya sendiri karena tidak berada dusana untuk menepati janjinya, pembuluh darahnya membeku memikirkan headline berita itu.

pemikiran tentang jaemin sendirian dalam ruangan bersama monster mengerikan itu saja sudah cukup untuk membuat tangan jeno mengepal.

namun jeno tau lebih baim untuk tidak membiarkan amarah mengalahkan dirinya.

dia harus selalu ada untuk jaemin. lebih dari sebelumnya.




          ketika pintu terbuka, jeno terkejut saat mendapati pria tinggi yang kelihatannya seperti seorang pengawal berdiri di depannya, bukannya jaemin sendiri.

pria itu tampak terkejut melihat sang presiden berdiri di depannya, namun ia dengan cepat menyingkir, kepalanya menunduk tanda hormat.

jeno melangkah masuk, mengamati lelaki itu dari atas sampai bawah ketika pengawal miliknya mengikuti di belakangnya.

"kau siapa?" jeno bertanya dengan hati-hati, dan lelaki itu menegakkan tubuhnya sebelum menjawab bahwa ia hanyalah seorang penjaga yang ditugaskan menjaga jaemin.

"dimana dia?"

"ia berada di kamarnya, tuan. dia sudah di dalam sana sejak kembali kemari." pngawal itu menjawab, dan jeno mengucapkan terima kasih singkat sebelum berjalan ke kamar jaemin.

dan dengan itu, berarti ia tanpa petunjuk membuka setiap pintu yang dilihatnya, sebelum akhirnya menyerah dan naik ke atas.

untungnya, pintu itu tidak dikunci, memperlihatkan kamar yang didekorasi dengan indah.

ranjang ukuran queen size terbungkus kain sutra, dan jaemin berbaring dengan punggung menghadap pintu.

pemutar rekaman di atas rak dengan pelan mengisi ruangan dengan suara elvis presley.

jeno melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan perlahan agar tidak mengganggu jaemin yang sepertinya tertidur.

melepas sepatu dan memanjat di tempat tidur bukanlah hal yang dipikirkan sebelum dilakukan jeno, namun disanalah ia, kaki bertemu sutra dingin dengan lengan melingkari pinggang jaemin.

"itu kau..." suara jaemin terdengar lelah dan tentu saja tidak bertenaga, yang mana itu normal setelah semua yang ia lalui dalam beberapa hari dan bahkan lebih buruk, beberapa menit.

ia tampak tak menolak sentuhan jeno, meleleh atas gerakan itu sambil meletakkan tangannya di atas tangan jeno.

"kau disini." jaemin meyakinkan dirinya dalam bisikan, dan jeno tidak pernah ingin memeluk seseorang sedekat itu sebelumnya.

"aku disini. dan aku sangat menyesal tidak berada disana tadi." jeno menghela napas, rasa bersalah menggores hatinya sekali lagi.

"semua terpampang di berita, kan?"

"iya," jeno menjawab dan jaemin tetap diam.

"aku memberi instruksi yang jelas tetapi sangat jelas bahwa bajingan itu menemukan cara untuk keluar dari sana. tapi aku tak akan membiarkan itu terjadi lwgi." nada suara jeno bukan salah satu janji, itu adalah jaminan dan kepastian.

"aku senang kau disini. kau membuatku merasa nyaman." jaemin mengakui, suaranya semakin lama semakin lelah, dan jeno berasumsi bahwa rasa kantuk menendangnya.

jeno pun menariknya lebih dekat, memeluk pinggangnya dengan nyaman, "aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

"jangan pergi," ulang jaemin, suaranya lebih rendah dari bisikan, tubuhnya melemas di dada jeno, napasnya semakin lambat dan melambat.

dan jebo memeluknya erat, menatap bagian belakang kepala jaemin, "aku berarti sudah tidak waras jika meninggalkanmu."

jaemin tak menjawab, dan jeno tau bahwa ia akhirnya terlelap dalam dekapannya.

berada sangat dekat dengannya terasa begitu tepat dan jeno tetap menatapinya hingga ikut terlelap, kepalanya terjatuh pada milik jaemin sambil musik yang tenang mengantar mereka pada mimpi indah.

ㅡㅡㅡ
WOIII 1K READERS 😭😭😭
MAKASIH SAYANG SAYANGKU
jAnGaN LupA LiKe,, kOmeN,,
dAn sUbscRibE,,, lOfyuUuu💖

national anthem ; nominWhere stories live. Discover now