🌟3- Selfish🌟

4.4K 300 2
                                    


"Vino cepetan pijet nih kaki gue. Jangan pura pura lupa."

"Hoamm ngantuk banget gue ya Allah."

Kara mendelik ke Arvin. Kali ini tidak akan dia biarkan Arvin menang dengan alibinya. Sedari tadi Arvin selalu banyak alasan agar tidak memijat kaki Kara.

Saat ini mereka berada di rumah Arvin. Tadi mereka battle game Play station, dan yang menang akan di pijitin oleh yang kalah. Dan entah keberuntungan dari mana Kara memenangkan game itu. Tapi saat ia menagih hak nya ke Arvin, laki laki itu justru mengeluarkan semua alibinya untuk mengundur kewajibannya.

Kara tambah kesal dengan Arvin yang malah berbaring enak di sofa dengan sebelah tangan yang menutupi matanya. Entah itu beneran dia tidur atau sengaja mengibuli Kara. Karna kekesalannya itu akhirnya Kara menendang badan Arvin hingga Arvin menggelinding ke lantai.

"ANJAY!!" Teriak Arvin sambil memegangi bokong dan lengannya.

"Jahat banget sih! Orang lagi baring malah Lo tendang. Lo kira gue bola main tendang tendang aja?" Oceh Arvin yang membuat Kara terkekeh. Bukannya merasa bersalah Kara malah menatap Arvin dengan tatapan menantang seraya melipat tangannya di dada. Sekarang Kara persis seperti ibu tiri yang memarahi anak tirinya.

"Makanya jangan banyak alibi. Janji itu hutang. Kan aturannya Lo pijitin kaki gue, bukannya malah asik tiduran."

"Ya tapi gak usah pake nendang juga kali."

"Bodo! Cepetan nih pijit." Kara mengangkat kaki nya ke atas paha Arvin yang sudah duduk berhadapan dengannya. Arvin hanya berdecak dan menatapnya malas tapi ia tetap memijat kaki Kara.

Kara tampak menikmati pijatan Arvin. Kara menyenderkan tubuhnya pada lengan sofa dan memejamkan matanya.

"Ra."

"Rara."

"Hmm."

"Rara."

"Apasih!!" Sentak Kara karna Arvin terus memanggil namanya.

"Santai bego, kaget nih gue."

"Abis manggil mulu gak jelas."

"Gua cuman mau nanya."

"Nanya apa?"

"Besok Lo ekskul Musik?"

"Iya kayaknya. Kenapa?"

"Gue juga ada latihan basket."

"Nah terus?" Tanya Kara menaikan salah satu alisnya.

"Ya pulang bareng."

"Gue nungguin Lo lagi berarti. Ekskul Lo kan lebih lama latihannya."

"Tungguin gue aja. Jangan pulang sendiri."

Kara menghembuskan nafas nya seraya menurunkan bahunya. Sedetik kemudian ia mengangguki perkataan Arvin.

"Gue pengen main basket," gumam Kara yang bisa di dengar oleh pendengaran Arvin. Arvin mendengus mendengar nya dengan tangan masih memijat kaki Kara.

"Main basket gak becus sok mau ekskul," saut Arvin kemudian.

Kara menatap sinis Arvin lalu menghentakkan kaki nya ke paha Arvin hingga Arvin sedikit memekik.

"Heh Lo gak inget Klub SMP yang menangi siapa? Gak inget pas Lo kalah skor sama siapa? Lo ngomong gak becus dari mana nya?!! Gue juga gak main lagi gara gara Lo!" Saut Kara nyolot sambil mendelik ke Arvin.

Raut wajah Arvin merengut ketika Kara memarahinya, padahal juga dia yang memulai. Bibir nya mengerucut pertanda dia tidak suka Kara marah dengannya. Dan sekarang Kara malah melihat wajah Arvin semakin imut. Tapi sepertinya senyumnya harus ia tahan karna sekarang dia lagi mode kesal.

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang