🌜49- drive Arvin crazy🌛

1.8K 126 10
                                    

Maaf kalau ada typo
Jangan lupa vote and comment
Happy reading💜

***

Bugh

Bugh

Bugh

Arvin terus meninju samsak yang tergantung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arvin terus meninju samsak yang tergantung. Tubuh Shirtless nya banjir keringat, tapi ia tak mau berhenti sedetik pun. Ia butuh pelampiasan saat ini. Untuk berpapasan dengan orang lain saja rasanya tak ada mood.

Ia pun tak mengerti kenapa ia bisa sampai se-emosi ini. Biasanya tak sampai seperti ini.

Ia hanya berusaha menjaga Kara.

Rasanya susah sekali membuat Kara hanya melihatnya. Melihatnya sebagai laki laki yang mencintai seorang gadis.

Ingatannya terlempar beberapa tahun lalu, saat Kara belum mengalami penculikan dan kecelakaan. Mereka masih baik baik saja, Kara pun tampak bahagia. Meski Arvin tau terkadang kebahagiaan yang di tunjukan Kara hanya kepalsuan semata.

Flashback

Arvin panik setengah mati saat melihat tubuh kecil Kara menggigil. Suhu badannya panas, tapi Kara meracau ia kedinginan. Saat itu Kara dijaga oleh pengasuhnya, bi Estu. Orang tuanya sibuk dengan perjalanan bisnis, sedangkan yang Kara cari adalah keberadaan orang tuanya.

"Ka-kara mau mama! Hiks pusing hiks hiks," racau Kara dengan air mata yang tak berhenti keluar.

Arvin terus menggenggam tangan Kara yang terasa panas. "Kara, jangan gini. Disini ada Arvin," katanya juga ikut berkaca kaca.

"Tapi Kara kangen Mama, Pino. Kara mau Mama."

Semua yang ada di sana pusing sendiri melihat Kara yang tak mau dibujuk. Arvin pun semakin khawatir karena nafas Kara mulai tak teratur. Ia menoleh, menatap Varo, bi Estu dan papanya.

"Kalian keluar aja, biar Arvin yang bujuk," katanya datar.

Mereka menuruti Arvin. Kini tinggal Arvin dan Kara yang masih sesenggukan. Perlahan Arvin masuk ke dalam selimut, membaringkan tubuh kecilnya di sebelah Kara.

"Kara jangan nangis lagi, Kara bisa sesak. Arvin sedih kalau Kara sakit, nanti kita gak bisa main," ucapnya seraya mengelus lembut pipi Kara yang memerah karena suhu badannya.

Perlahan tangisan Kara berhenti, hanya tersisa senggukan saja. Tubuhnya beringsut memeluk Arvin, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Arvin. Arvin pun dengan senang hati membalas pelukan gadis itu sambil terus mengelus lembut punggungnya.

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang