🌜31 - Rain🌛

1.3K 104 5
                                    

***

Sedari tadi Kara hanya terdiam dengan tatapan kosong, di dalam mobil pun suasananya sangat hening. Kara hanya bisa pasrah dengan Revan yang entah mau membawanya kemana, ia tau pasti Revan tak ingin mengantarnya pulang karna Arvin bisa langsung menghampiri Kara. Untung saja di rumah sedang tidak ada orang, Lia masih di Sydney dan Bi Estu masih di kampungnya.

Mobil berhenti, Kara mengitari sekelilingnya. Ini basement apartermen. Untuk apa Revan membawanya kesini? Apa karna ini Revan menyuruhnya untuk mengambil beberapa baju sebelum pergi ke rumah sakit.

"Turun"

Kara mengikuti langkah Revan dari belakang. Ia tak punya tenaga lagi untuk berontak, sekalipun Revan menariknya ke dalam apartermen. Kara benar benar pasrah.

Kara disuguhkan dengan ruang tamu yang bernuansa monokrom. Tempat ini terlihat bersih dan rapi. Seperti tak pernah di kunjungi.

Revan berjalan masuk ke salah satu ruangan. Kara hanya bisa menunggu disini dan lebih memilih duduk bersender di sofa empuk. Pikirannya tertuju pada keadaan Arvin. Ia menghembuskan nafas berat. Apa Arvin bisa baik baik aja?

"Kara"

Kara menoleh ketika Revan memanggilnya. Di depan ruangan yang Revan masukin tadi ia berdiri dengan tegap, setelah itu mengedikkan kepalanya ke arah dalam ruangan. Mengisyaratkan Kara untuk masuk ke dalam.

Diam diam Kara mencengkram tasnya, lalu berdiri mengikuti arahan Revan.

Kamar ini bernuansa pink, kontras dengan nuansa di ruang ruang yang lain. Setelah melihat bingkai yang terpajang di sebuah nakas, barulah Kara sadar kalau ini kamar adiknya Revan.

"Dia Reyna, kadang Rain," ucap Revan terasa ambigu.

Kara menatap bingkai kecil itu, lalu beralih ke bingkai di sebelahnya. Foto satu anak laki laki yang tengah memeluk seorang perempuan. Laki laki itu jelas Revan. Kara menyipitkan matanya ketika meneliti perempuan yang di peluk Revan. Perempuan itu...

"Dia adek gue. Lebih tepatnya kembaran gue."

Kara membeku.

Tangannya terkepal diam diam. Ia memejamkan matanya. Ia familiar dengan wajah itu.

"Eh kamu Kara ya?"

Kara menoleh seketika saat seseorang menepuk pundaknya.

Ia mengangguk kaku. "I-iya"

"kamu beneran cuman sahabatan sama Arvin?" Tanya orang itu.

Kara tersenyum lalu mengangguk. "Iya nih, udah dari kecil."

Perempuan di depan Kara tampak tersenyum sumringah. "Ohh jadi gitu. Mm kar, aku mau kasih tau sesuatu."

Kara mengerutkan dahinya."Apa?" Sedikit bingung, karna baru kali ini ada orang yang berbicara banyak padanya.

"Sebenarnya aku suka sama Arvin, tapi jangan bilang siapa siapa ya."

Kara tersenyum kaku. "Kamu gak lagi minta bantuan aku buat deketin Arvin kan?"

Perempuan dengan senyum manis itu tertawa lalu menggeleng. "Enggak kok, kamu takut aku kayak cewek cewek yang suka gangguin kamu ya? Aku cuman kasih tau itu aja kok, gak berharap lebih. Semua orang kan berhak menyukai," ujarnya membuat Kara tersenyum lega.

"Nama kamu siapa? Aku belum tau nama kamu."

Gadis itu menyodorkan tangannya ke depan. "Aku Reyna, panggil Rain juga boleh." Kara membalas jabatan tangan Reyna.

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang